Tuesday, November 5, 2013

Perbedaan Pendapat antara Aisyah Ummul Mu'minin dan Orang-orang Sezamannya



Aisyah seringkali melontarkan pendapat yang berbeda dengan pendapat orang lain di masanya. Tetapi, pendapat Aisyah biasanya lebih tepat dan banyak dianut oleh para ulama fiqih di Hijaz. Berikut ini merupakan daftar persoalan-persoalan di mana Aisyah berbeda pendapat dengan para sahabat yang lain. Daftar ini bersumber dari buku yang berjudul Aisyah The True Beauty hlm: 343

1. Pendapat Aisyah:Mencium istri tidak membatalkan wudhu. Pendapat Ibnu Umar: Mencium istri membatalkan wudhu.

2. Pendapat Aisyah: Membawa jenazah tidak membatalkan wudhu. Pendapat Abu Hurairah: Membawa jenazah membatalkan wudhu.

3. Pendapat Aisyah: Perempuan tidak harus menggeraikan rambutnya ketika melakukan mandi wajib. Pendapat Ibnu Umar: Perempuan harus menggeraikan rambutnya ketika melakukan mandi wajib.

4. Pendapat Aisyah: Bertemunya kemaluan laki-laki dan kemaluan perempuan telah mewajibkan mandi meski tanpa ejakulasi. Pendapat Jabir: Mandi wajib dilakukan hanya ketika sperma keluar.

5. Pendapat Aisyah: Makna quru' adalah suci dari haid; Pendapat para sahabat lain: Makna quru' adalah haid.

6. Pendapat Aisyah: Orang yang memandikan jenazah tidak wajib mandi setelahnya; Pendapat Abu Hurairah: Orang yang memandikan jenazah wajib mandi setelahnya.

7. Pendapat Aisyah: Rambut jenazah perempuan tidak perlu disisir; Pendapat Ummu Athiyyah: Rambut jenazah perempuan harus disisir.

8. Pendapat Aisyah: Melintasnya seorang perempuan di hadapan orang yang sedang melaksanakan sholat tidak membatalkan sholat. Pendapat Abu Hurairah: Melintasnya seorang perempuan di hadapan orang yang sedang melaksanakan sholat akan membatalkan sholat itu.

9. Pendapat Aisyah: Sholat Subuh dilaksanakan ketika pagi masih gelap. Pendapat Rafi' bin Khudaij: Sholat Subuh dilaksanakan ketika pagi sudah terang.

10. Pendapat Aisyah: Melaksanakan sholat Ashar pada awal waktu adalah sunnah; Pendapat Ummu Salamah: Sholat Ashar sebaiknya dilaksanakan pada akhir waktu.

11. Pendapat Aisyah: Melaksanakan sholat Maghrib pada awal waktu adalah sunnah; Pendapat Abu Musa al-Asy'ari: Sholat Maghrib sebaiknya dilaksanakan pada akhir waktu.

12. Pendapat Aisyah: Orang yg berada dlm keadaan junub di pagi hari, puasanya tidak batal. Pendapat Abu Hurairah: Orang yg berada dalam keadaan junub di pagi hari, puasanya batal.

13. Pendapat Aisyah: Mempercepat berbuka puasa adalah sunnah; Pendapat Abu Musa al-Asy'ari: Mengakhirkan berbuka puasa adalah sunnah.

14. Pendapat Aisyah: Memakan daging binatang kurban tetap boleh dilakukan setelah tiga hari; Pendapat Ali dan Ibnu Umar: Memakan daging binatang kurban hanya boleh dilakukan selama tiga hari.

15. Pendapat Aisyah: Berhenti di lembah Muhashshah ketika sedang berhaji bukan merupakan sunnah; Pendapat Ibnu Umar: Berhenti di lembah Muhashshah ketika berhaji adalah sunnah.

16. Pendapat Aisyah: Menggunakan wewangian setelah mencukur rambut dalam pelaksanaan ibadah haji boleh dilakukan. Pendapat Ibnu Umar: Menggunakan wewangian setelah mencukur rambut dalam pelaksanaan ibadah haji tidak boleh dilakukan.

17. Pendapat Aisyah: Orang yang membawa binatang qurban dlm pelaksanaan haji boleh melakukan apa yang boleh dilakukan oleh jamaah haji lainnya. Pendapat Ibnu Abbas: Orang yg membawa binatang qurban dalam pelaksanaan ibadah haji hanya boleh melakukan apa yang dilarang apabila binatang qurbannya telah disembelih.

18. Pendapat Aisyah: Perempuan yang haid tidak perlu melakukan thawaf wada'. Pendapat Ibnu Umar: Perempuan yg haid harus menunggu hingga suci dan melakukan thawaf wada'.

19. Pendapat Aisyah: Perempuan boleh mengenakan pakaian berwarna kuning ketika melaksanakan haji. Pendapat Umar: Mengenakan pakaian berwarna kuning ketika melaksanakan haji makruh hukumnya bagi perempuan.

20. Pendapat Aisyah: Memotong beberapa helai rambut sudah cukup bagi perempuan dalam pelaksanaan ibadah haji; Pendapat Ibnu Zubair: Seorang perempuan harus memotong, minimal seperempat dari rambutnya.

21. Pendapat Aisyah: Barang perhiasan tidak wajib dizakati (dalam sebuah riwayat); Pendapat para sahabat lain: Barang perhiasan wajib dizakati.

22. Pendapat Aisyah: Harta anak yatim dan anak kecil yang belum baligh wajib dizakati; Pendapat Ibnu Mas'ud: Harta anak yatim dan anak kecil yang belum baligh tidak wajib dizakati.

23. Pendapat Aisyah: Iddah bagi perempuan hamil yang ditinggal mati suaminya adalah sampai ia melahirkan. Pendapat Ibnu Abbas: Iddah bagi perempuan hamil yang ditinggal mati suaminya adalah salah satu yg paling lama dari dua hal: empat bulan sepuluh hari atau hingga ia melahirkan.

24. Pendapat Aisyah: Pemberian opsi perceraian oleh seorang suami kepada istrinya tidak dianggap talak; Pendapat Zaid bin Tsabit dan Ali: Pemberian opsi perceraian oleh seorang suami kepada istrinya dianggap sbg talak sekali.

25. Pendapat Aisyah: Penyusuan dapat menyebabkan hubungan mahram meskipun dilakukan kepada orang dewasa. Pendapat para istri Nabi yang lain: Penyusuan yang dilakukan kepada orang dewasa tidak dapat menyebabkan hubungan mahram.

26. Pendapat Aisyah: Untuk menyebabkan hubungan mahram, penyusuan harus berlangsung minimal lima kali. Pendapat Sebagian sahabat: Untuk menyebabkan hubungan mahram, penyusuan cukup berlangsung satu kali.

27. Pendapat Aisyah: Seorang budak yg berjanji bahwa ia hendak menebus dirinya dg sejumlah harta baru bisa dianggap merdeka setelah ia membayar seluruh harta yang dijanjikannya. Jika pembayaran itu kurang, meski hanya sebesar biji gandum, maka budak itu dianggap belum merdeka. Pendapat para sahabat yang lain: Jika yang tersisa kurang dari satu dirham, maka budak itu sudah bisa dianggap merdeka.

28. Pendapat Aisyah: Pemotongan tangan pencuri hanya bisa dilakukan apabila barang yang dicurinya bernilai. Paling tidak, bernilai tiga dirham. Pendapat Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud: Pemotongan tangan pencuri hanya dilakukan apabila barang yang dicuri bernilai. Paling tidak bernilai sepuluh dirham.

29. Pendapat Aisyah: Talak dan pembebasan budak tidak berlaku jika diucapkan dalam keadaan terpaksa; Pendapat Mazhab Hanafi: Talak dan pembebasan budak tetap berlaku meski diucapkan dengan terpaksa.

30. Pendapat Aisyah: Perempuan yang ditalak tiga harus menghabiskan masa iddah di rumah suaminya dan tidak boleh keluar rumah. Pendapat Fatimah binti Qais: Perempuan yang ditalak tiga boleh menghabiskan masa iddah di luar suaminya.

31. Pendapat Aisyah: Jika seseorang meninggal dan meninggalkan dua anak perempuan, seorang cucu perempuan (anak perempuan dari anak perempuan), dan cucu laki-laki (anak laki-laki dari anak laki-laki), maka dua orang anak perempuan mendapat 2/3 warisan, sepertiga sisanya dibagi antara cucu perempuan dan cucu laki-laki. Pendapat Ibnu Mas'ud: Sepertiga sisanya adalah milik cucu laki-laki (anak laki-laki dari anak laki-laki), sedangkan cucu perempuan (anak perempuan dari anak perempuan) sama sekali tidak mendapat harta warisan.


Taken From Book: Aisyah, The True Beauty


No comments:

Post a Comment