Sunday, November 1, 2015

Andante, Andante ~ by ABBA



Take it easy with me, please
Touch me gently like a summer evening breeze
Take your time, make it slow
Andante, Andante
Just let the feeling grow

Make your fingers soft and light
Let your body be the velvet of the night
Touch my soul, you know how
Andante, Andante
Go slowly with me now

I'm your music
(I am your music and I am your song)
I'm your song
(I am your music and I am your song)
Play me time and time again and make me strong
(Play me again 'cause you're making me strong)
Make me sing, make me sound
(You make me sing and you make me...)
Andante, Andante
Tread lightly on my ground
Andante, Andante
Oh please don't let me down

There's a shimmer in your eyes
Like the feeling of a thousand butterflies
Please don't talk, go on, play
Andante, Andante
And let me float away

I'm your music
(I am your music and I am your song)
I'm your song
(I am your music and I am your song)
Play me time and time again and make me strong
(Play me again 'cause you're making me strong)
Make me sing, make me sound
(You make me sing and you make me...)
Andante, Andante
Tread lightly on my ground
Andante, Andante
Oh please don't let me down

Make me sing, make me sound
(You make me sing and you make me...)
Andante, Andante
Tread lightly on my ground
Andante, Andante
Oh please don't let me down
Andante, Andante
Oh please don't let me down...

Friday, May 15, 2015

Perbedaan Tingkat Keseriusan dalam Menunaikan Sholat


Jika diperhatikan, ada perbedaan tingkat keseriusan kaum muslimin dalam menunaikan sholat serta keinginan mereka untuk menunaikannya tepat pada waktunya. Sebagian di antara mereka ada yang menunaikannya tepat pada waktunya. Sebagian di antara mereka ada yang menganggap bilangan sholat itu terlalu banyak atau terlalu memberatkan mereka dalam menunaikannya seakan-akan merupakan beban yang amat berat di pundaknya, terutama bila mereka membandingkannya dengan sembahyang orang-orang nashara dan yahudi yang hanya terbatas pada waktu singkat di satu hari tertentu dalam setiap pekannya. Ini adalah persepsi yang keliru. Karena sholat pada dasarnya bukanlah pembebanan yang memberatkan dari Allah kepada kaum muslimin, tetapi justru merupakan rahmat, karunia, kemurahan, dan kebaikan dari Allah kepada mereka. Semua ini tidak bisa dirasakan kecuali oleh orang yang bisa mengetahui kebaikan-kebaikan dunia-akhirat yang terkandung di dalam sholat bagi orang yang melakukannya.

Manusia selalu menghadapi peperangan melawan setan dan bala tentaranya, dan selalu mengalami pergolakan dalam dirinya antara kecenderungan kepada kebaikan dan kecenderungan kepada keburukan. Sedangkan sholat lima waktu dengan interval waktu yang sudah ditentukan pada siang maupun malam hari tak ubahnya seperti stasiun-stasiun listrik untuk memberi strum baru berupa kekuatan ruhani atau seperti minuman kesehatan bagi jiwa kita dari Allah yang Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Hal itu harus kita pelihara dan kita lakukan pada waktunya sehingga menjaga diri kita dari fitnah dan menjauhkan kita dari penyimpangan dari jalan yang lurus.

Setiap kali iblis berusaha menjauhkan kita dari jalan lurus di sela waktu antara dua sholat, maka sholat berikutnya akan mengembalikan kita ke jalan yang lurus sekali lagi, dan demikianlah seterusnya. Sedangkan orang yang melalaikan sholatnya, atau menunaikannya tidak pada waktunya, atau tidak menunaikannya dengan khusyuk, serta tidak menghadirkan hati, maka akibatnya setan akan menjauhkan dirinya sedikit demi sedikit dari jalan yang lurus ini. Na'udzubillahi min dzaalik...

Padahal seandainya kita kalkulasi waktu yang dihabiskan untuk menunaikan sholat-sholat ini, niscaya kita akan mendapati bahwa waktu yang kita habiskan itu ternyata tidak lebih dari sepersepuluh waktu sehari semalam. Tetapi ternyata setan telah berhasil mengendorkan semangat dan melumpuhkan minat sebagian kita untuk menunaikan sholat. Sedangkan orang yang bisa menghayati hakikat sholat dan kalbunya hidup di mihrab sholat serta bisa merasakan nikmatnya iman dan lezatnya ketaatan, ia tidak akan menganggap sholat itu banyak dan berat. Ia bahkan selalu merindukan sholat dan menunggu-nunggu waktu kedatangannya untuk menentramkan bathin dan merasakan kebahagiaan dengan kedekatan/berdiri di hadapan Allah SWT.

Sholat lima waktu dengan jumlah rakaat dan penetapan waktu yang telah ditentukan merupakan santapan rohani dan suntikan-suntikan kesehatan yang disyariatkan oleh Allah SWT. Kita harus meyakini hikmah sholat, komitmen, dan istiqomah dalam menunaikannya. Karena hanya Allah-lah yang Mengetahui rahasia-rahasia yang terkandung dalam sholat, bagaimana pancaran cahaya yang muncul dari sholat, berkah dan rahmat yang akan diturunkan di dalamnya. Wallahu a'lam bish showwab...

'dikutip dari buku 'Fiqh Dakwah Jilid 2'


Aqidah tanpa Ilmu akan Merusak

Beranjak dari pernyataan pada judul, seyogiyanya kita dapat memahami bahwa potensi-potensi besar yang dibangkitkan oleh aqidah dalam kehidupan ini harus berpijak pada pemahaman terhadap agama Allah dan arahan-Nya. Karena mengenakan baju agama tanpa landasan ilmu akan mendatangkan bahaya besar dan melahirkan potensi yang membabi buta serta kekuatan destruktif yang akan merusak sendi-sendi sistem sosial. Pemilik aqidah ini akan mengira dirinya berada di atas petunjuk dan melakukan perbaikan, padahal sebenarnya ia tak ubahnya bagai angin topan yang merusak kehidupan di mana pun mereka berada.

Iman yang benar akan memberi pemiliknya kesabaran, keteguhan, dan kekuatan untuk menanggung penderitaan di jalan Allah tanpa menyia-nyiakan agama yang haq ini dan tuntutan-tuntutannya. Sumaiyyah, Yasir, Bilal, dan yang lainnya, bahkan tokoh-tokoh dari kalangan pergerakan Islam yang mengalami fitnah, tuduhan palsu, penyiksaan, dan gangguan-gangguan dahsyat merupakan contoh terbaik untuk hal ini. Dan pada hakikatnya, kesabaran dan keteguhan adalah karunia Allah. Karenanya Allah Mengajarkan kepada kita untuk selalu berdo'a pada saat mengalami kondisi seperti ini, "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir." (Al-Baqarah: 250)

Iman ini akan mendorong orang-orang beriman kepada kecintaan, persaudaraan, dan sikap itsar (mengutamakan saudaranya daripada diri sendiri) untuk meraih ridha Allah.

"Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum kedatangan mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin) dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu), Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Al-Hasyr: 9)

Iman yang benar akan mendorong kepada jihad fi sabilillah tanpa ada perasaan berat sedikit pun, akan mendorong kepada cinta kesyahidan di jalan Allah dan pengorbanan dengan jiwa dan harta demi tegaknya kalimah Allah menjadi yang tertinggi.

Iman ini akan menjadikan pemiliknya mengatakan yang haq demi meraih ridha Allah dan tiada pernah takut sedikit pun pada cercaan orang-orang yang mencerca, serta tidak pernah terbersit keraguan dan keputus asaan. Karena seorang mukmin mengetahui bahwa kebathilan, betapa pun besarnya pasti akan terkalahkan, dan ini merupakan sunnatullah yang tidak akan pernah berubah dan bergeser. Allah berfirman:

"Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya. Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi." (Ar-Ra'd:17)

Seorang mukmin akan melakukan ikhtiar, tetapi ia tidak bertumpu pada ikhtiar ini saja, melainkan tetap bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sesungguhnya. Ia akan merasa tenang karena meyakini bahwa Allah akan mencukupi keperluannya.

"Dan sesiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (Ath-Thalaq:3)

Dengan demikian ia bisa menempuh jalan yang benar dengan penuh keberanian, ketenangan jiwa, dan kepasrahan kepada Allah serta meyakini bahwa ia telah berlindung pada sendi pertahanan yang kuat (Allah), tidak gentar sedikit pun kepada orang-orang yang menghadang dan menyimpangkannya dari jalan Allah, tidak akan terbuai oleh rayuan dan tidak akan takut oleh teror karena ia menyandarkan diri kepada Allah dan berpegang teguh dengan tali yang kuat dan tidak akan terputus.

Iman yang benar akan mendorong pemiliknya untuk menaati Rasul S'AW dan mengikuti sunnahnya, karena ia mengetahui bahwa ketaatan kepada Rasul berarti ketaatan kepada Allah.

Iman melahirkan dalam diri pemiliknya perasaan bangga sekaligus tanggung jawab sebagai guru bagi umat manusia. Perasaan bangga ini tidak mendorongnya kepada kesombongan, tetapi justru perasaan bangga yang menghantarkan kasih sayang kepada orang lain dan menuntun tangan mereka kepada jalan petunjuk.

"Demikianlah Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia." (Al-Baqarah: 143)


Sumber: Bab XIV Fiqh Dakwah Jilid 2


Thursday, May 14, 2015

Standar Mematuhi Para Pemimpin

Salah satu perkara fundamental yang terkait dengan akidah seorang muslim ialah ihwal kepatuhan atau ketaatan. Di dalam ucapan kalimat tauhid Laa ilaaha ill-Allah terdapat kata ilaah yang seringkali diterjemahkan dengan Tuhan.

Padahal terjemahan ini tidak terlalu menjelaskan makna kata ilaah tersebut. Dalam bahasa Arab terdapat banyak arti dari kata ilaah. Setidaknya ada tiga makna mendasar, yakni (1) mahbuub (yang dicintai); (2) matbuu' (yang dipatuhi/ditaati); dan (3) marhuub (yang ditakuti). Bila seorang muslim membaca kalimat syahadat, maka pernyataan tersebut setidaknya harus mengandung arti sebagai berikut: Aku bersaksi bahwasanya tidak ada yang kucintai, lalu kupatuhi, dan kutakuti selain daripada Allah SWT.

Seorang muslim dituntut untuk memfokuskan kepatuhan atau ketaatannya hanya kepada Allah SWT. Ia harus berusaha sekuat mungkin untuk selalu menjadikan Allah Ta'aala semata sebagai pihak yang ia taati. Apakah ini berarti ia samasekali tidak dibenarkan menaati pihak selain Allah Ta'ala? Tentu tidak. Ia boleh menaati orangtuanya atau pemimpin di kantor/organisasinya atau menaati guru/ustadznya. Namun ketaatan kepada semua selain Allah Ta'ala bersyarat: (1) Ketaatan tersebut harus dilandasi ketaatannya kepada Allah Ta'aala dan (2) Prioritas utama ketaatannya haruslah senantiasa kepada Allah Ta'aala sebelum yang lainnya.

Jangankan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan dalam tradisi kemiliteran Islam saja tidak ada ceritanya bahwa seorang prajurit diharuskan menaati komandannya tanpa reserve. Ia hanya dibenarkan menaati komandan bila perintahnya benar dan selaras dengan perintah Allah ta'aala. Ia hanya dibenarkan menjauhi larangan komandan bila larangannya selaras dengan larangan Allah Ta'ala. Adapun suatu perintah atau larangan dari komandan bila mengandung kemaksiatan maka gugurlah kewajiban prajurit untuk menaatinya. Sesungguhnya ketaatan hanyalah dalam perkara yang ma'ruf, bukan dalam perkara yang mungkar.

Nabi S'AW mengutus pasukan dan menunjuk seseorang menjadi komandan mereka. Maka komandan itu menyalakan api dan berkata:

"Masuklah ke dalamnya." Maka mereka siap untuk memasukinya. Dan berkata sebagian lainnya, "Sesungguhnya kami lari dari api." Maka hal ini dilaporkan kepada Nabi S'AW. Beliau bersabda kepada yang ingin melakukannya, "Andaikan mereka memasukinya, niscaya mereka akan selamanya berada di dalam api itu hingga hari kiamat." Lalu beliau bersabda kepada yang lainnya, "Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan. Sesungguhnya ketaatan hanyalah dalam perkara yang ma'ruf." (HR. Bukahri)

Itulah sebabnya hingga Nabi S'AW memperingatkan kita bahwa kelak di akhir zaman akan muncul para pemimpin yang bermasalah. Para pemimpin bermasalah itu tampaknya sesuai dengan gambaran sebagian pemimpin yang muncul di panggung kekuasaan dewasa ini. Kita diperintahkan untuk waspada dan bersikap istiqomah betapapun situasi dan kondisinya.

Rasulullah S'AW bersabda, "Akan muncul pemimpin-pemimpin yang kalian kenal, tetapi kalian tidak menyetujuinya. Orang yang membencinya akan terbebaskan (dari tanggungan dosa). Orang yang tidak menyetujuinya akan selamat. Orang yang rela dan mematuhinya tidak terbebaskan (dari tanggungan dosa)." Mereka bertanya, "Apakah kami perangi mereka? Nabi S'AW bersabda, "Tidak, selagi mereka masih sholat." (HR. Muslim)

Maka saudaraku, pandai-pandailah menyikapi para pemimpin. Kita dewasa ini sedang menjalani zaman penuh fitnah. Zaman di mana umat Islam laksana anak-anak ayam kehilangan induk. Sejak runtuhnya khilafah Islamiyah di tahun 1924/1324 H, umat Islam menjadi laksana anak-anak yatim tanpa ayah. Tidak ada Nabi Muhammad S'AW bersama kita. Tidak ada khulafa ar-rasyidin seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan atau Ali bin Abi Thalib R'A bersama kita. Bahkan tidak ada mulkaan aadhdhon alias para raja-raja yang menggigit (Al Quran dan as-Sunnah) seperti khalifah Umar bin Abdul Aziz atau khalifah Sultan Abdul Hamid II Rahimahullah di tengah-tengah kita. Yang ada hanyalah para mulkaan jabriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak).


sumber: Suara langit_Penetrasi Ideologi_Ihsan Tanjung




Monday, April 27, 2015

Hasan Al Bashri (Sufi Agung yang Cerdas)


Hasan Al Bashri adalah seorang ulama yang jami’, tinggi nilainya, tsiqah, ‘abid, fasih, dan tampan rupanya.

Nama lengkap Hasan Al Bashri ialah Abu Said al Hasan bin Yasir al Bashri. Ibunya bernama Khairah. Ia dilahirkan pada tahun 21 Hijriyah, pada akhir masa pemerintahan Umar, dibesarkan di Wadil Qura dan wafat pada tahun 110 Hijriyah atau 728 Masehi, pada usia 89 tahun.
Awalnya beliau adalah pembantu Ummu Salamah yang telah dimerdekakan. Ia menjadi imam ternama di Bashrah, kota yang gemilang dengan ilmu-ilmu Islam di masanya. Ia merupakan salah seorang fuqaha yang berani berkata benar dan menyeru kepada kebenaran di hadapan para pembesar negeri dan seorang yang sukar diperoleh tandingannya dalam hal beribadah. Beliau besar dalam asuhan Ali Bin Abi Thalib.
Setelah dimerdekakan, Hasan Al Bashri sangat rajin/tekun belajar. Daya ingatnya yang luar biasa digunakannya untuk menghafalkan Al Quran dan Hadits sebanyak-banyaknya. Kemampuannya berpidato dan mempengaruhi orang lain, digunakannya untuk menyerukan kalimat-kalimat Allah. Khutbah-khutbahnya sangat disukai orang, karena mengingatkan orang kepada Sayyidina Ali yang piawai dalam berorasi dengan menggunakan kalimat-kalimat yang bernilai sastra tinggi. Hasan Al Bashri menerima hadits dari Abu Bakrah Imran bin Husain, Jundub al Bajali, Mu’awiyah, Anas, dan Jabir. Serta meriwayatkan hadits dari Ubay Bin Ka’ab, Sa’ad bin Ubadah, dan Umar bin Khattab, walaupun tidak mendengar sendiri dari mereka. Juga dari Usman, Ali, Abu Musa, Ibnu Abbas, Ibnu Amir, dan lain-lain. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh Humaid ath-Thawil, Yazid bin Abi Maryam, Jabir bin Abi Hazim, Abu al Asyhab, Samma’ bin Harb, Atha’ bin Abi as Sa’ib, Hisyam bin Hasan, Ma’bad bin Hilal, dan lain sebagainya.
Hasan al Bashri merupakan ahli ibadah yang sebanding dengan sufi wanita terkenal, Rabi’ah al Adawiyah. Hingga akhir hayatnya, Imam Hasan al Bashri memutuskan untuk tidak menikah. Suatu ketika, ia didorong oleh teman-temannya untuk menikahi Rabi’ah. Untuk menghargai teman-temannya, Hasan al Bashri lalu bertanya pada Rabi’ah:
“Wahai Rabi’ah, maukah engkau menikah denganku?”
“Boleh. Tapi ada syaratnya, wahai Tuan Hasan!” jawab Rabi’ah.
“Sebutkanlah syaratmu. Mudah-mudahan atas izin Allah aku bisa memenuhinya”, jawab Hasan al Bashri tanpa kurang tawadhu.
“Harap kamu bisa menjawab pertanyaanku ini dengan pasti. Jika tidak, jangan berharap kamu bisa menikahiku. Karena jika pertanyaan ini tidak terjawab, hilang seleraku untuk menikah”.
“Sebutkanlah pertanyaanmu! Kata Hasan al Bashri.
“Pertama, tahukah kamu kitab catatan amalku kelak di hari kiamat disampaikan dari arah mana, kanan atau kiri?”
Wallahu a’lam, sahut Hasan al Bashri.
“Kedua, tahukah kamu, di hadapan Allah ta’ala, aku nanti termasuk ahli surga ataukah ahli neraka?”
“wallahu a’lam”, kata Hasan al Bashri.
“Ketiga, tahukah kamu, banyak manakah antara ahli surga dan ahli neraka kelak?” tanya Rabi’ah.
“Wallahu a’lam waha Rabi’ah, mana ada manusia yang bisa menjawab pertanyaanmu. Hanya Allah Yang Tahu”.
“Kalau begitu, pergilah dariku. Jangan berharap aku akan menggubris dirimu lagi”, kata Rabi’ah, sang sahabat Hasan al Bashri di bidang keilmuan dan kesufian.

Sumber: Buku ‘Kisah Para Sahabat dalam Menulis & Mewartakan Sabda Sang Nabi’

Sunday, April 26, 2015

Setiap Manusia Ada Penjaganya...

Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus, tidak ada suatu jiwa pun (diri) melainkan ada penjaganya. (QS. At-Thoriq 1-4)

Tertib Al Qur'an itu Ketentuan Ilahi

Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kamu telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya. (QS. Al-Qiyamah 16-19)

Beberapa Larangan...

Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah). Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu. Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. Yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya, karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak. Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata, "(Ini adalah) dongeng-dongengan orang-orang dahulu kala." (Al-Qalam 8 - 15)

Siapkan Bekal untuk Akhirat

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr: 18)

Saturday, March 14, 2015

Jujur adalah Kedamaian...

Jujur adalah kedamaian, sedangkan kebohongan adalah kegundahan. Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan dan kebohongan adalah kegundahan (keraguan)" merupakan isyarat untuk selalu jujur dalam segala hal, termasuk ketika menjawab suatu pertanyaan, atau memberikan fatwa. Adapun tanda dari kejujuran adalah ketenangan hati, sedangkan tanda kebohongan adalah kegundahan yang menyebabkan hatinya tidak tenang.


sumber: Buku 'Al-Wafi'

Beberapa Sebab yang Memungkinkan Dikabulkannya Do'a

Berikut ini sebab dikabulkannya do'a:

1. Perjalanan Jauh --> Perjalanan jauh menjadi sebab dikabulkannya do'a karena beban yang dirasakan kerap kali sangat berat. Semakin lama suatu perjalanan, do'a akan semakin dikabulkan.

2. Baju yang kusut dan kondisi tubuh yang sangat lelah --> dalam sebuah hadits disebutkan bahwa orang yang kondisinya seperti ini (karena lelah atau pun kemiskinan) andai ia berdo'a, tentulah Allah akan mengabulkan.

3. Menengadahkan kedua tangan --> Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah itu Pemalu dan Pemurah. Ia malu untuk tidak mengabulkan permohonan hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya dalam berdo'a." (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi).

4. Benar-benar (sungguh-sungguh) berharap kepada Allah.


Sumber: Al Wafi

Aneka Pertanyaan...

Berikut ini adalah macam-macam pertanyaan:

1. Pertanyaan yang Diperintah

--> a. Bersifat fardhu 'ain, karena setiap orang wajib menanyakannya. Adapun pertanyaan yang bersifat fardhu 'ain adalah pertanyaan yg berkenaan dg urusan agama yg harus ia lakukan. Seperti yg berkaitan dg bersuci, sholat, puasa Ramadhan, zakat, haji, jual beli, nikah, dan perkara-perkara lain sesuai dg kebutuhan masing-masing mukallaf (org yg sudah terbebani kewajiban)


--> b. Bersifat Fardhu kifayah, artinya tidak semua orang wajib menanyakan, cukup sebagian saja. Yg terpenting, ada yang menanyakannya. Karena jika tidak ada yg bertanya, maka seluruh kaum muslimin mendapat dosa. Pertanyaan yg sifatnya fardhu kifayah ini adalah pertanyaan yang bertujuan untuk mendalami permasalahan. Misalnya mendalami masalah fiqih, hadits, tafsir, dsb. Pertanyaan seperti ini bertujuan untuk menjaga kemurnian agama, mengeluarkan fatwa, mengemban amanah dakwah, dan untuk mengajarkan kepada masyarakat berbagai masalah yg diperlukan, hingga mereka tidak terperosok ke dalam lembah kesesatan.


--> c. Bersifat Mandub (dianjurkan), artinya seorang muslim dianjurkan untuk menanyakannya. Contoh: menanyakan berbagai amalan sunnah, atau utk memperjelas hal-hal seputar sah atau batalnya satu perbuatan.


2. Pertanyaan yang Dilarang

--> a. Pertanyaan yang Haram, artinya orang yg bertanya akan mendapatkan dosa. Pertanyaan ini adalah pertanyaan tentang sesuatu yg dirahasiakan Allah. Misalnya tentang waktu tibanya hari kiamat, hakikat ruh, rahasia qadha dan qadar, dsb.

--> b. Pertanyaan yang bertujuan untuk mengejek

--> c. Bertanya tentang mukjizat dengan sikap menentang, sebagaimana yg telah dilakukan oleh orang-orang musyrik.

--> d. Menanyakan sesuatu yg rumit dan hampir tidak bisa dijawab.



3. Pertanyaan yang makruh (lebih baik ditinggalkan) --> pertanyaan yang sebenarnya tidak dibutuhkan, bertanya tentang sesuatu yg didiamkan oleh syara'



Sumber: Buku 'Al-Wafi'

Tuesday, March 10, 2015

Hikmahnya Baru Dirasakan Sekarang...

Dulu di masa kuliah S1, saya sempat bertanya-tanya ketika masih aktif di BEM Fakultas (baca: Badan Eksekutif Mahasiswa FMIPA Unpad), "kenapa ya, temen-temen atau pun kakak tingkat yang perempuan dari berbagai jurusan di fakultas ini ketika psikotest dan penempatan, lebih memilih untuk ditempatkan di Biro-biro semisal Kajian Strategis (Kastrat), Litbang, Kaderisasi, dan biro-biro kumpulan konseptor lainnya?" bahkan mereka 'terkesan' rela adu argumen di berbagai rapat, berdiplomasi sehebat mungkin, dan lagi-lagi 'terkesan' seolah ingin dinilai sebagai konseptor, intelek, visioner, dan layak ditempatkan di biro-biro potensial dan ujung tombak di BEM. Melihat kondisi seperti itu, saya memilih mengalah dan memilih untuk ditempatkan di biro yang kurang populer dan saya rela dianggap 'bukan konseptor' hanya untuk menghindari persaingan intelektualitas di berbagai forum-forum dan rapat-rapat para organisator fakultas. Saya rela juga mendapat predikat aktivis 'teknis' atawa aktivis lapangan yang lebih banyak menggunakan otot (baca: Biro entrepreneur kan kerjaannya jualan) dibanding argumentasi dan diplomasi. Sempat terlintas kekecewaan dan ketidak puasan dalam diri karena terkadang di rapat-rapat koordinasi saya tidaklah sedominan temen-temen yang berada di Biro-biro favorit tersebut. Di situ kadang saya merasa sedih (wkwkwk) :D

Hikmahnya baru saya rasakan saat ini, saya lihat-lihat kembali beberapa teman dan kakak tingkat dari berbagai jurusan alumni MIPA Unpad angkatan 2001 - 2003 (liat-liat di FB maksudnya, hehehehe :D), yang dulunya jebolan biro-biro potensial dan ujung tombak (motor) di BEM, ternyata kebanyakan mereka kini berprofesi menjadi entrepreneur, guru, motivator, dan lain-lain, serta bukanlah di lembaga-lembaga pemerintah atau birokrasi. Justru malah saya yang tadinya hanyalah aktivis kampus yang banyak berkiprah di urusan teknis, yang sekarang ini bekerja di bidang R&D (baca: Research & Development) a.k.a Litbang (Penelitian dan pengembangan) dan kerap kali juga saya menulis berbagai kajian strategis untuk perencanaan pembangunan, dan ketika saya ditugaskan untuk mengajar di salah satu perguruan tinggi milik Pemkab, saya rasa ada unsur dedikasi yang saya berikan pada mahasiswa berupa muatan pendidikan karakter yang dapat dikategorikan sebagai upaya kaderisasi dalam hal-hal positif.

Hikmahnya baru saya rasakan sekarang, begitulah adilnya Allah SWT, yang memberikan kesempatan pada teman-teman dan kakak-kakak tingkat saya di MIPA yang dulu itu untuk berkiprah di biro-biro potensial (Biro Kastrat, Litbang, dan Kaderisasi), sementara saya lebih ke teknis, Allah jualah Yang Maha Tahu, bahwa setelah lulus, ternyata mereka tidak lagi merasakan nuansa bekerja di biro-biro ujung tombak pada suatu badan/organisasi/birokrasi. Allah ingin memberikan mereka pengalaman manis dan sarat makna. Sementara saya, kini merasakan betul bagaimana rasanya berada di Litbang, beberapa kali mengikuti jalannya Musyawarah Perencanaan Pembangunan, dan merasakan bagaimana berkoordinasi dengan SKPD Teknis. Dan ini semua di dunia nyata, bukan lagi simulasi. Sasaran kegiatan sudah lebih luas, dibanding semasa di BEM dulu. Dan sekarang pun, insyaAllah saya tidak keberatan jika nantinya ada kesempatan berkiprah di SKPD Teknis (beberapa waktu yang lalu sempat kepikiran untuk pindah lapak, tapi gak jadi hehehe), untuk mendapatkan berbagai pengalaman nyata dan menjalani berbagai proses pembelajaran (satu-satunya hal yang membuat kita awet muda adalah terus belajar dan haus ilmu) ^_~

Apapun itu, yakinlah, menurut Allah itu terbaik. Kita mungkin terkadang mempertanyakan sisi-sisi keadilan dalam perjalanan hidup kita. Dan Allah menunda jawabannya di masa depan. Asalkan kita mau merenungkan kembali dan ambil hikmahnya ^_^

Wallahu a'lam bish showwab, mohon maaf jika ada salah kata, saya hanya tengah mengambil hikmah, merenung, dan berpikir (di situ kadang saya jadi happy, karena terus berpikir dan mencoba mengerti) ^^


*alumni BEM MIPA Unpad dari berbagai generasi, ayo dong mampir dimari & kasi comment dunk, biar rame, hehehe... ;)

Sunday, March 8, 2015

SURAT AL – ANFAAL

Surat Al – Anfaal (Surat Badar) termasuk surat Madaniyah, diturunkan setelah surat Al – Baqarah, secara urutan berada setelah surat Al A’raf dengan jumlah 75 ayat.

Perang Badar merupakan peperangan yang pertama kali dalam Islam. Allah Ta’ala menyebutkan surat ini Yaumul Furqan, karena ia adalah hari dimana Allah memisahkan antara hak dan bathil. Dialah hari yang menjadi bukti perbedaan antara 2 zaman, yakni zaman ketika Islam mengalami masa lemah, dan zaman saat Islam tampil dengan kekuatan dan memiliki umat yang banyak hingga sekarang.
Jika kemenangan diukur dengan materi, tentu kaum muslimin tidak akan mendapat kemenangan, mengingat jumlahnya hanya 313, sedangkan tentara kafir mencapai 1000 pasukan dengan peralatan perang yang lengkap.

Al Anfaal bermakna harta-harta rampasan perang (Al Ghanaa’im). Para sahabat memiliki pandangan yang halus mengenai surat Al Anfaal ini. Mereka mengatakan, “Ketika turun surat Al-Anfaal, kami semua dari kalangan sahabat Rasulullah S’AW berselisih pendapat tentang nafl (harta rampasan perang), dan sungguh buruk akhlak kami ketika itu.” Keburukan akhlak yang mereka bicarakan tidak seperti yang kita lihat sekarang. Mereka hanya hendak mengemukakan tentang perselisihan pembicaraan yang terjadi di kalangan mereka. Hal itu menunjukkan betapa agungnya etika dan ketawadhu’an mereka di kala itu.

Surat Al-Anfaal berbicara tentang beberapa faktor yang menunjang lahirnya suatu pertolongan. Kemenangan dapat dicapai melalui dua sebab utama berikut ini:

1.Yakin bahwa kemenangan (pertolongan) itu berasal dari Allah Azza wa Jalla, sebagaimana dalam firman-Nya, “Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah.” (Al-Anfaal: 10)

2.Mencari sebab-sebab atau melakukan usaha sungguh-sungguh untuk menyeimbangkan kekuatan yang dimiliki dengan kekuatan musuh, atau jika memungkinkan bisa melebihi kekuatan musuh. Selanjutnya membuat langkah-langkah dan perencanaan yang matang menurut ukuran materi apa saja yang dapat membantu tercapainya sebuah kemenangan.

Dalam surat ini ditegaskan pentingnya sikap tawakal kepada Allah, disertai sebuah keyakinan bahwa sesungguhnya hanya Allah yang dapat memberikan pertolongan. Hendaknya kita mengerahkan segala kemampuan semaksimal mungkin supaya kemenangan tersebut dapat diraih dengan kekuatan yang kita miliki (Keseriusan dalam perencanaan, dan kesungguhan dalam pelaksanaan.
Surat Al-Anfaal memberikan arahan kepada kita mengenai keharusan adanya keseimbangan di antara dua perkara yang berbeda. Pertama, kita harus mengimani adanya perencanaan Allah, dan kedua, kita harus mengusahakan faktor-faktor yang bersifat materi demi tercapainya kemenangan.

Dalam surat Al-Anfaal ini Allah SWT menjelaskan bahwa masalah pembagian ghanimah hanya bersifat far’iyyah (bukan sesuatu yang harus diutamakan) karena ia termasuk urusan duniawi.
Kemenangan pada Perang Badar terlahir berkat karunia dan keutamaan Allah SWT yang diturunkan kepada kaum muslimin, tercapai melalui:

1.Ketertiban Aturan Perang (Al-Anfaal ayat 5, 7, 8)
2.Persiapan Jiwa untuk Berperang (Al-Anfaal ayat 11)
3.Persiapan Mental Pasukan (Al-Anfaal ayat 43-44)
4.Turunnya Para Malaikat (Al-Anfaal ayat 9 dan 12)
5.Tempat dan Waktu Terjadinya Peperangan (Al Anfaal ayat 42)
6.Kemenangan hanya dari sisi Allah, Allah Yang Membinasakan musuh-musuh Islam (Al Anfaal ayat 10, 17, dan 24)
7.Siap menghadapi musuh dengan kekuatan (Al Anfaal ayat 60)

Faktor yang menjadi penopang tercapainya kemenangan adalah saling bantu dan meninggalkan perselisihan. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Anfaal ayat 46:

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Berdasarkan Al Anfaal ayat 62-63, disebutkan bahwa ukhuwah adalah termasuk faktor penting yang dapat menjadikan tercapainya kemenangan bagi orang-orang yang beriman.



Sumber: Buku 'Khowathir Qur'aniyah'

Friday, March 6, 2015

Sifat Orang Beriman Positif dan Aplikatif (dalam Surat Al Anfaal)

Ada banyak ayat dalam Surat Al Anfaal yang menunjukkan adanya keserasian di antara pengertian tawakal dengan melakukan usaha yang menjadi penopang tercapainya kemenangan. Di samping itu, terlihat pandangan yang sangat penting diketahui dalam surat ini.

Surat ini diawali dengan menyebutkan sifat orang-orang yang beriman dan penegasan terhadapnya: "...mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman." Juga pada ayat 74 menyebutkan mengenai sifat orang-orang yang beriman, "...mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman." Kedua ayat ini sama-sama menyebutkan tentang ciri-ciri orang yang beriman dalam bentuk yang berbeda.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal." (Al-Anfaal: 2)

Itulah sifat-sifat keimanan yang sangat halus. Bagian awal surat ini berbicara tentang sisi keimanan yang merupakan syarat tercapainya kemenangan.

Adapun pada bagian akhir surat berbicara tentang segi material yang merupakan faktor pendukung tercapainya kemenangan. Disebutkan sifat-sifat orang yang beriman adalah:

"...orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia." (Al-Anfaal: 74)

Orang-orang yang beriman adalah orang yang terkumpul padanya sifat-sifat yang disebutkan pada awal dan akhir surat. Mereka adalah orang-orang yang khusyu' (tunduk dan patuh) dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Mereka selalu berjihad di jalan-Nya, menolong agama-Nya, hidup demi Islam, dan terus berusaha secara konkret (dari segi material) mewujudkan tercapainya kemenangan. Ini ditegaskan dalam ayat yang secara fokus membicarakan hal itu. Allah SWT berfirman,

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu, dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung."

Dalam ayat ini disebutkan sejumlah faktor yang menjadi penopang tercapainya kemenangan. Perintah, 'Maka berteguh hatilah kamu' merupakan bagian dari usaha mencapai kemenangan. Perintah berdzikir dalam ayat, "dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya " meupakan bagian dari berserah diri kepada Allah sebagai Dzat yang menentukan kemenangan. Dan akhir ayat "agar kamu beruntung" bahwa keberuntungan berarti turunnya pertolongan (kemenangan) itu dari Allah. Aturan2 tersebut tetap berlangsung sepanjang sejarah. Hal itu tergambar dengan bentuk pengulangan pada ayat 52 dan 54,

"(keadaan mereka) serupa dengan keadaan Firaun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya...." (Al-Anfaal: 52 & 54)

Redaksi ayat tersebut diulang hingga dua kali sebagai bentuk penegasan maknanya. Ayat 52 menjelaskan bahwa sebab kebinasaan mereka adalah kufur kepada Allah SWT. Adapun ayat 54 menjelaskan bahwa sebab kebinasaan mereka adalah berbuat zhalim.

"... dan kesemuanya adalah orang-orang yang lalim." (Al-Anfaal: 54)

Monday, January 19, 2015

Syarat-syarat 'Kerja' yang Mengundang Ampunan Allah...

Ada beberapa syarat yang apabila terpenuhi pada suatu pekerjaan dan usaha maka pekerjaan yang kita lakukan itu dapat mengundang ampunan Allah.

1. Mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram. Karena ketika kita mengambil yang haram, maka kita tidak layak mendapatkan apa pun yang kita harapkan, apalagi ampunan dari Allah Ta'ala. Karenanya, Rasulullah S'AW selalu berpesan:

"Carilah rejeki dengan cara yang baik, ambillah yang halal dan tinggalkanlah yang haram." (HR. Baihaqi)


2. Pekerjaan itu tidak membuatnya lalai dari kewajiban-kewajiban lain sebagai seorang muslim, seperti sholat lima waktu dan sholat Jumat. Juga kewajiban lain sebagai seorang muslim, seperti sholat lima waktu, dan sholat Jumat.

Firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." (QS. Al-Jumu'ah (62):9)


3. Menunaikan apa yang menjadi kewajibannya dan meninggalkan hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan seorang pekerja atau pengusaha muslim, seperti mengambil apa yang menjadi haknya, dan tidak mengambil hak orang lain dengan cara yang bathil.

FirmanNya, "Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang lain dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah (2): 188)

Senantiasa jujur dan tidak berdusta, menepati janji dan tidak menyalahinya, berusaha dalam sektor yang halal, bukan yang haram maupun syubhat, dan menggunakan hasil kerjanya untuk sesuatu yang baik dan halal, bukan untuk yang haram dan maksiat.


sumber: Syarah Lengkap Arba'in Tarbawiyah

Sunday, January 18, 2015

Fatimah Puteri Rasulullah S'AW

Fatimah adalah puteri pemimpin para makhluk, Abul Qasim, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim. Ibundanya Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid. Dia juga digelari Al-Batuul, yaitu yang memusatkan perhatiannya pada ibadah atau tiada bandingnya dalam hal keutamaan, ilmu, akhlak, adab, hasab, dan nasab. Dia adalah puteri keempat Rasulullah yang paling beliau cintai sehingga beliau bersabda, "Fatimah adalah darah dagingku, apa yang menyusahkannya juga menyusahkan aku, dan apa yang mengganggunya juga menggangguku."

Cinta Rasulullah S'AW kepada Fatimah terlukis dalam sebuah hadits dari Musawwar bin Mughramah, ia berkata: "Aku mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata ketika beliau sedang berdiri di mimbar, "Sesungguhnya Bani Hasyim bin Mughirah meminta izin kepadaku agar menikahkan puteri mereka dengan Ali bin Abi Thalib, aku tidak mengizinkan mereka. Kemudian tidak aku izinkan kecuali bila Ali menceraikan putriku dan menikah dengan putri-putri mereka. Sesungguhnya Fatimah adalah bagian dariku, meragukanku apa yang meragukannya, dan menyakitiku apa yang menyakitinya." (HR. Ash-Shahihain)

Fatimah lahir tahun ke-5 sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul, bertepatan dengan peristiwa besar yaitu ditunjuknya Rasulullah S'AW sebagai penengah ketika terjadi perselisihan antara suku Quraisy tentang siapa yang berhak meletakkan kembali Hajar Aswad setelah ka'bah diperbaharui. Dengan kecerdasan akalnya beliau mampu memecahkan persoalan yang hampir menjadikan peperangan di antara kabilah-kabilah yang ada di Mekah.

Kelahiran Fatimah disambut gembira oleh Rasulullah S'AW dengan memberikannya nama Fatimah dan julukannya Az-Zahra, sedangkan kunyahnya adalah Ummu Abiha (Ibu dari bapaknya). Al Batuul (yang mencurahkan perhatiannya pada ibadah), Az-Zahra (yang cemerlang), Ath-Thahirah (yang suci), yang taat beribadah dan manjauhi keduniaan.

Ketika menginjak usia 5 tahun, terjadi peristiwa besar terhadap ayahnya, yaitu turunnya wahyu dan tugas besar yang diemban oleh ayahnya. Ia juga menyaksikan kaum kafir melancarkan gangguan kepada ayahnya. Sampai cobaan yang berat dengan wafatnya ibunda Khadijah. Ia pun sangat sedih dengan kepergian ibunya.

Pada saat kaum muslimin hijrah ke Madinah,Fatimah, dan kakaknya Ummu Kultsum tetap tinggal di Mekkah sampai Nabi S'AW mengutus orang untuk menjemputnya. Setelah Rasulullah S'AW menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar, para shahabat berusaha meminang Fatimah. Abu Bakar dan Umar maju lebih dulu untuk meminang, namun Nabi menolak mereka dengan lemah lembut. Lalu Ali bin Abu Thalib datang kepada Rasulullah untuk melamar Fatimah, Nabi S'AW bertanya kepada Ali bin Abu Thalib, "Apakah engkau mempunyai sesuatu?" Ali pun menjawab, "Aku tidak memiliki apa-apa wahai Rasulullah." Beliau lantas bertanya lagi, "Dimana pakaian perangmu yang hitam, yang aku berikan kepadamu." Ali menjawab, "Masih ada padaku wahai Rasulullah." Nabi berkata, "Berikan itu kepadanya (Fatimah) sebagai mahar."

Lalu Ali pun bergegas pulang dan membawa baju besinya, setelah itu Nabi menyuruh menjualnya, dan baju besi itu dijual kepada Utsman bin Affan seharga 470 Dirham, kemudian, kemudian hasil penjualan itu diberikan kepada Rasulullah yang lantas beliau serahkan kepada Bilal untuk membeli perlengkapan pengantin.

Kaum muslimin merasa gembira atas perkawinan Fatimah dan Ali bin Abi Thalib, setelah setahun menikah mereka dikaruniai anak bernama Hasan, saat Hasan putranya genap berusia 1 tahun lahirlah Husein pada bulan Sya'ban tahun ke-4 H. Pada tahun ke-5 H ia melahirkan anak wanita bernama Zainab dan Ummu Kultsum.

Rasulullah S'AW sangat menyayangi Fatimah, setiap kali Rasulullah tiba dari bepergian ia lebih dulu menemui Fatimah sebelum menemui isteri-isterinya . Aisyah R'A berkata, "Aku tidak melihat seseorang yang perkataan dan pembicaraannya menyerupai Rasulullah selain Fatimah, jika ia datang mengunjungi Rasulullah, Rasulullah berdiri lalu mencium dan menyambutnya dengan hangat, begitu juga sebaliknya yang diperbuat Fatimah bila Rasulullah datang mengunjunginya."

Rasulullah S'AW mengungkapkan rasa cintanya kepada putrinya tatkala beliau berdiri di atas mimbar. "Sungguh Fatimah bagian diriku, Siapa saja yang membuatnya marah berarti ia telah membuat aku marah."

Setelah Rasulullah S'AW menjalankan haji wada' dan ketika ia melihat Fatimah, beliau menemuinya dengan ramah sambil berkata, "Selamat datang wahai putriku." Lalu beliau menyuruhnya duduk di samping kanan beliau dan membisikkan sesuatu, sehingga Fatimah menangis dengan tangisan yang keras, tatkala Fatimah sedih, beliau membisikkan sesuatu kepadanya yang membuat Fatimah tersenyum.

Tatkala Aisyah R'A bertanya tentang apa yang dibisikkan Rasulullah S'AW kepadanya, Fatimah menjawab, "Saya tak ingin membuka rahasia." Setelah Rasulullah S'AW wafat, Aisyah bertanya lagi kepada Fatimah tentang apa yang dibisikkan Rasulullah S'AW kepadanya sehingga membuat Fatimah menangis dan tersenyum. Lalu Fatimah menjawab, "Adapun yang beliau bisikkan kepadaku pertama kali adalah beliau memberitahu bahwa sesungguhnya Jibril 'AS telah membacakan Al Quran dengan hafalan kepada beliau setiap tahun sekali, sekarang dia membacakannya setahun 2 kali, lalu beliau bersabda, "Sungguh aku melihat ajalku telah dekat, maka bertakwalah dan bersabarlah, sebaik-baik salaf (pendahulu) untukmu adalah aku." Maka aku pun menangis, itu yang engkau lihat saat kesedihanku. Dan saat beliau membisikkan yang kedua kali, beliau bersabda, "wahai Fatimah, apakah engkau tidak suka menjadi penghulu wanita-wanita penghuni surga, dan engkau adalah orang pertama dari keluargaku yang akan menyusulku." Kemudian aku tersenyum.

Tatkala 6 bulan sejak wafatnya Rasulullah, Fatimah jatuh sakit, namun ia merasa bahagia karena kabar gembira yang diterima dari ayahnya. Tak lama kemudian ia pun kembali ke sisi Rabb nya pada malam selasa tanggal 13 Ramadhan tahun 11 H dalam usia 27 tahun.


Sumber: Mushaf Fatimah

Petuah Bijak di Awal Tahun 2015

Bertanggung jawab penuh pada tugas apa pun yang dibebankan pada kita, dengan tidak melemparkannya pada orang lain, juga tidak turut campur pada tugas orang lain, adalah sesuatu yang harus diupayakan tiap pribadi muslim...


Ikhlas mengemban setiap tugas dengan tanpa pamrih, bukan karena uang, tapi murni lillah. Nanti Allah yang akan memberi gaji. In ajriya illa 'alallah...


Jika suatu pekerjaan diserahkan pada yang bukan ahlinya, tunggu saja detik2 kegagalannya. Dalam memilih seseorang untuk sebuah kepentingan, adalah harus seseorang yang cocok dan ahli dalam bidangnya.


Adalah himmah aliyah, atau kemauan yang tinggi, modal utama yang harus dimiliki oleh siapa pun dengan profesi apa pun. Terlebih bagi para penuntut ilmu.


Himmah aliyah adalah segalanya, tanpa himmah seseorang tak akan mampu menggapai target/cita-citanya. Himmah pula yang mendorong seseorang untuk berani dengan segala risiko demi kesuksesan. Himmah akan menjadi charger semangat dalam diri.



Jika ingin sukses, maka kita harus punya himmah yang kuat. Setidaknya ada tiga asas kesuksesan yang harus selalu kita punya. Arroghbah (keinginan), Assidq (kejujuran), dan al ikhlas (ketulusan)



Optimislah terlebih dahulu. Kemudian bolehlah menghitung kemungkinan, dengan menganggapnya tetap pada kemungkinan, tidak lebih. Agar tak jadi kerikil...



Ayat ke-87 dalam surat Yusuf adalah ayat yang difirmankan Allah untuk memberi support pada umat manusia agar tak menyerah dan berputus asa pada keadaan...

Saturday, January 17, 2015

So Yesterday ~ Hilary Duff

(So yesterday... So yesterday, so yesterday)
You can change your life (If you wanna)
You can change your clothes (If you wanna)
If you change your mind
Well, that's the way it goes

But I'm gonna keep your jeans
And your old black hat ('Cause I wanna)
They look good on me
You're never gonna get them back
At least not today, not today, not today
'Cause

[Chorus:]
If it's over, let it go, and,
Come tomorrow it will seem
So yesterday, so yesterday,
I'm just a bird, that's already flown away

Laugh it off, and, let it go, and,
When you wake up it will seem
So yesterday, so yesterday,
Haven't you heard, that I'm gonna be okay?
(Ha, okay)

You can say you're bored (If you wanna)
You can act real tough (If you wanna)
You can say you're torn
But I've heard enough

Thank you... You've made my mind up for me
When you started to ignore me
Do you see a single tear?
It isn't gonna happen here
At least not today, not today, not today
'Cause

Chorus:
If it's over, let it go, and,
Come tomorrow it will seem
So yesterday, so yesterday,
I'm just a bird, that's already flown away

Laugh it off, and, let it go, and,
When you wake up it will seem
So yesterday, so yesterday,
Haven't you heard, that I'm gonna be okay?

If you're over me, I'm already over you
If it's all been done, what is left to do?
How can you hang up if the line is dead?
If you wanna walk, I'm a step ahead
If you're moving on, I'm already gone
If the light is off, then it isn't on
At least not today, not today, not today,
'Cause

If it's over, let it go, and,
Come tomorrow it will seem
So yesterday, so yesterday,
I'm just a bird, that's already flown away

Laugh it off, and, let it go, and,
When you wake up it will seem
So yesterday, so yesterday,
Haven't you heard, you're so yesterday so yesterday
I'm just a bird that's already flown away,
Laugh it off, and, let it go, and,
When you wake up it will seem
So yesterday, so yesterday,
Haven't you heard that I'm gonna be okay.

Thursday, January 15, 2015

Uraian Tugas Calon Fungsional Statistisi pada Sub Bidang Penelitian

Dalam melaksanakan tugas selaku PNS, dan dikarenakan saat ini merupakan masa-masa peralihan menuju UU ASN, saya selaku calon statistisi (insyaallah diusulkan sebagai statistisi pada bulan April/Oktober Tahun ini), harus menjalankan double jobs, yakni secara struktural sebagai staf subbid penelitian dan secara fungsional sebagai calon statistisi. Berikut ini uraian tugas dalam kontrak kerja saya dengan atasan langsung (dalam hal ini kasubbid penelitian) pada SKP saya. Ini buat SKP 2015, kalo SKP 2014 mah udah disusun dan dinilai realisasinya dengan lancar, bahkan udah sampe ke BKPPD Kab Batang Hari.

URAIAN TUGAS CALON STATISTISI SEKALIGUS STAF SUBBID PENELITIAN
(Bidang Penelitian dan Pengembangan Bappeda Kab. Batang Hari)


Nama : Bunga Mardhotillah, S.Si, M.Stat
SK Pertama TMT: 1 Januari 2011
Pertimbangan BKN Tanggal: 30 Desember 2010


Uraian Tugas Saya pada tahun 2015 ini adalah sbb:

1.Mengumpulkan data, referensi, dan bahan perangkat kerja dalam proses pelaksanaan kegiatan penelitian.

2.Memindahkan data ke media komputer (entry data).

3.Menyusun konsep kajian dan perencanaan penelitian potensi daerah untuk penunjang pembangunan.

4.Menyiapkan Kerangka Acuan Kerja (Term of Reference) untuk kegiatan penelitian.

5.Menyusun Kajian Kegiatan Statistik untuk keperluan internal Bappeda dan atau Kabupaten Batang Hari (tidak untuk dipublikasikan eksternal).

6.Mengumpulkan informasi dan mengikuti Seminar Penelitian yang diadakan oleh Forum Litbang se-Provinsi Jambi.

7.Melaporkan setiap hasil seminar penelitian yang diikuti, sesuai dengan prosedur yang berlaku sebagai bahan evaluasi dan pertanggung jawaban

8.Mendiskusikan konsep penyusunan penelitian dengan Kasubbid Penelitian dan Kabid Litbang sesuai prosedur untuk kesempurnaan obyek kerja.

9.Mengumpulkan data dan daftar kebutuhan penelitian dari berbagai sektor.

10. Menyiapkan Resume Hasil Rakor Litbang dan Seminar Penelitian.

11. Mendistribusikan bahan-bahan kerjasama penelitian kepada pihak terkait.

12. Membuat daftar kendala dalam kegiatan penelitian dan pengembangan pembangunan Kabupaten Batang Hari.

13. Membuat berbagai matriks terkait program pembangunan, pemerintahan, dan penelitian rekomendasi kebijakan.

14. Melakukan proses editing informasi statistik dalam penyusunan buku Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Kabupaten Batang Hari.

15. Membuat Kajian Ilmiah dan Penelitian yang dipublikasikan pada Jurnal terakreditasi.

16. Melaksanakan penyusunan kerangka sampel (sampling frame) dalam lingkup observasi.

17. Melaksanakan penentuan metode penarikan sampel dalam lingkup observasi.

18. Melakukan pengumpulan data hasil kegiatan statistik objek rumah tangga dengan kuesioner sederhana.

19. Melakukan penyuntingan (editing), hasil kegiatan in depth interview.

20. Menyajikan metadata statistik.

21. Melakukan analisis sederhana lintas sektor.

22. Melakukan penyebar luasan hasil pengumpulan data statistik dalam rangka evaluasi kegiatan kelembagaan dalam bidang statistik tingkat lanjutan.

23. Melaksanakan tugas mengajar pada perguruan tinggi (maksimum 6 sks), per semester Strata 1.

24. Mengembangkan metodologi kegiatan statistik.

25. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diperintahkan atasan.


Muara Bulian, 2 Januari 2015

(Semoga di tahun ini saya dapat melaksanakan tugas dan fungsi saya dengan baik serta mampu mengatasi segala kendala yang mengganggu kinerja saya....aamiin....)

*upz, ntar-ntar mungkin bakal jarang update blog lagi nih, mau fokus ke pekerjaan....hehehehe :D

Wednesday, January 14, 2015

Surat Qaf dan Juz ke-27

Juz ke-27 terdiri dari surat-surat Mufashal (surat-surat yg memiliki ayat-ayat pendek), dimulai dari surat Qaf. Empat juz terakhir dari mushaf Al-Quran memfokuskan bahasan pada upaya menghidupkan iman dan jiwa kaum mukminin. Keimanan dalam jiwa akan membantu kita memahami rangkaian surat2 lain dalam Al Quran.

Surat-surat Al Quran pada juz ke-27 dan surat Qaaf, mempunyai kesamaan dalam menentukan pilihan, yaitu antara petunjuk dan kesesatan, serta antara surga dan neraka. Pada setiap surat selalu ada pemaparan mengenai dua jalan dan seruan untuk memilih.

Surat Qaaf adalah surat pertama yg berbicara tentang hari kiamat serta hari kebangkitan, dan penekanan pada kematian yang menjadi awal perjalanan hari akhir. Kemudian peristiwa peniupan sangkakala dan kedahsyatannya. Surat Qaaf juga mengungkapkan pemandangan yang menakutkan dan segala peristiwa yang ada di dalamnya, termasuk perselisihan antara orang-orang yang melakukan kerusakan dan teman-temannya dari kalangan setan.

Ayat-ayat kauniyah yg terdapat dalam surat Qaaf pun mempertegas keyakinan tentang kebangkitan dan penghimpunan manusia di Padang Mahsyar. Untuk apa ayat2 kauniyah tersebut dipaparkan? Agar kita meyakini bahwa ada Dzat yg menghidupkan bumi setelah matinya, Ia Maha Kuasa membangkitkan kembali hambaNya yg sudah mati dan berada di dalam kubur.

Saudaraku seiman, apabila ingin hati anda menjadi lembut, bacalah surat Qaaf. Ini akan mengingatkan anda tentang kehidupan akhirat. Rasulullah S'AW pernah berkhutbah hanya dengan surat ini tanpa menambahnya dengan kalimat apa pun. Kemudian beliau turun dari mimbar setelah para sahabat benar-benar terkesan dengan surat Qaaf tersebut. Sebelumnya para sahabat telah menunggu-nunggu surat itu dibaca Rasulullah dari waktu ke waktu. Alangkah indahnya jika kita melihat sunnah Nabawiyah seperti ini terulang kembali pada khutbah Jumat di masjid-masjid.


(To be Continued)


Sumber: Buku 'Khowathir Qur'aniyah'

Monday, January 12, 2015

Dua Puluh Sembilan Tahun Usia, semoga tak sia-sia...

Hari demi hari berlalu, musim demi musim berganti, setiap tahun datang dengan berjuta misteri. Menyibak lembaran demi lembaran di awal tahun, tibalah di tahun 2015, setelah melalui beratnya 2014. Bergantinya tanggal setiap harinya, tak terbendung, yang mengantarkan pada pertambahan usia, 8 Januari 2015. Dua puluh sembilan tahun kini, semakin sadar betapa diri ini terus menua.

Alangkah tak berdayanya aku melawan sang waktu, tahun apa pun yang berganti, hijriah maupun masehi, tetap saja akan kutanggung segala tantangan yang ada di depan, dan kutekadkan diri untuk menghadapi segalanya dengan caraku, dan hatiku...

Keajaiban Allah selalu kurasakan, terlebih dalam merasakan kehadiran sang waktu. meski hanya sedetik di masa depan, tiada kumampu menyingkap rahasia yang bakal terjadi...

Namun di atas segala misteri yang mungkin mendera tanpa dapat dinalar, sebagai muslimah yang yakin sepenuhnya akan keadilan takdir Ilahi, maka kusambut jua pertambahan usia sekaligus pengurangan jatah hidupku ini dengan harapan. Hanya harapan yang mampu membuat kita tersenyum melihat ke depan, dan bangga dengan apa yang telah dilakukan di masa lalu...

Dalam menempuh jalan setapak bernama kehidupan, yang ternyata rapuh ini, keyakinanlah yang kucoba selalu 'tuk perkuat. Pastinya Allah telah menyemai kisah terbaik untukku. Tak peduli seberapa besar kehidupan ini terus berusaha menggerus kebahagiaanku, bahagia sejatiku akan kupasrahkan pada Ilahi Rabbi....

Monday, January 5, 2015

Surah Al-Qashash...

Surah ini terdiri dari 88 ayat, diturunkan guna memberikan arahan kepada Nabi S'AW dan orang2 beriman sepeninggal beliau tentang tugas dakwah yang sangat penting.

Al-Qashash adalah satu-satunya surat yang secara fokus menjelaskan tentang kelahiran Musa, pertumbuhannya, dan pengembaraannya menuju Madyan. Surat ini tidak secara fokus membicarakan tentang Bani Israil dan pembangkangan mereka terhadap Musa 'alaihis salam. Lalu apa tujuan utama dari surat ini? dan apa korelasinya dengan hijrah Nabi Muhammad S'AW?

Surat ini mengatakan kepada Nabi Muhammad S'AW yang tengah keluar dari kota Mekah, "Wahai rasulullah, engkau akan kembali ke Mekah dengan membawa kemenangan, setelah engkau keluar darinya secara sembunyi-sembunyi."


Target utama surat Al-Qashash adalah tsiqah (percaya) pada janji Allah ta'ala, dan yakin bahwa janji tersebut pasti akan terwujud meskipun waktunya lambat atau situasinya sulit.


Terwujudnya janji Allah Ta'ala bergantung kepada pengorbanan dan kesungguhan para da'i itu sendiri. Oleh karena itu, surat Al Qashash mengisyaratkan perpindahan tempat untuk berdakwah.

Kemenangan dakwah diawali dengan para ibu yang mendidik anak-anaknya, serta menanamkan keteguhan memegang agama dan keyakinan pada janji Allah ta'ala. Surat Al Qashash memberikan isyarat jelas terhadap peranan wanita dalam memenangkan dienul Islam. Tokoh pertama adalah Ibunda Nabi Musa 'alaihis salam, lalu saudara perempuan Musa, tokoh ketiga adalah istri Fir'aun, dan tokoh ke-4 adalah anak perempuan Syu'aib yang dinikahi Musa).

Surat Al qashash memuat tujuh janji. Dan terealisasinya (terbuktinya) janji-janji tersebut.


Kenapa dinamakan Al Qashash? Al Qashash berarti mengikuti jejak sesuatu hingga selesai.


wallahu a'lam bish showwab...



Taken From: Buku 'Khowathir Qur'aniyah'

Surah Al-Ankabut...

Surah yg terdiri dari 69 ayat ini pada permulaan surahnya terlihat jelas bertujuan untuk mengingatkan tentang adanya fitnah (ujian) bagi orang yang telah menyatakan bahwa dirinya beriman.

Tanpa ujian, tidak dapat dibedakan siapa yg berhak mendapat surga Firdaus yg tertinggi & siapa yg berhak mendapatkan derajat surga yg paling rendah. Siapa yg berhak masuk surga setelah mengalami siksa? Di antara konsekuensi keadilan, Allah SWT memberikan ujian kepada hamba-hambaNya agar dapat dibedakan yang jahat dan yang baik. Allah SWT Memberikan ujian kepada manusia, agar manusia menyadari tentang dirinya, sehingga akan menjadi hujjah atasnya pada hari kiamat nanti. Firman Allah:

"Aku mengetahui, jika kamu ditempatkan pada posisi tertentu, maka kamu akan melakukan begini dan begitu... pergi dan masuklah kamu ke dalam neraka."


"...Maka sesungguhnya Allah Mengetahui org2 yg benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang2 yg dusta." (Al-Ankabut: 3)



Jangan mengira dunia ini mudah & sepi masalah. Meskipun anda seorang mukmin, keimanan tidak akan membebaskan anda dari fitnah-fitnah dunia. Sebab setiap orang akan diuji sesuai dengan kadar keimanannya dan pemahaman agamanya. Allah membutuhkan kesungguhan (mujahadah) kita dalam menghadapi ujian.

Di antara fitnah paling berbahaya yang ditampilkan dalam surat ini adalah fitnah dalam agama, yaitu ketika seorang muslim mendapat gangguan agar jauh dari agama Allah SWT.

Dan dalam surat ini juga disebutkan fitnah berupa tekanan kedua orang tua kepada anak mereka.

Di akhir surah terdapat sebuah ayat yang indah yang memberikan ketetapan (ketentraman) kepada kita bahwa fitnah itu adalah mudah. Dan sesungguhnya Allah akan memberikan hidayahNya kepada kita semua dan akan menolong kita dalam melewatinya/menghadapinya., dengan syarat kita melakukannya dengan penuh kesungguhan.


Sumber: Khowathir Qur'aniyah

Surat Yunus...

Surat ini membahas masalah pelik yg terjadi di kalangan banyak orang. Hal ini tercermin dlm bebrapa pertanyaan berikut ini:

1. Apakah manusia ini dipaksa (musayyar) atau disuruh untuk memilih (mukhayyar)?

2. Mengapa Allah Memberi hidayah kepada seseorang utk beriman dan tidak memberikannya kepada yang lainnya?

3. Mengapa Allah menyelamatkan si fulan dan membiarkan yang lainnya?

4. Rabbuna (Allah) telah menciptakan kita semua dan Dia Mengetahui apa saja yang kita perbuat. Dia juga memberikan ketentuan2 terhadap apa yang telah diciptakanNya. Lalu mengapa Dia akan menghisab kita pada hari kiamat?

5. Allah telah menentukan kepada sebagian manusia, bahwa mereka tidak mendapat petunjuk (hidayah), lalu kenapa harus beribadah kepada-Nya? Dan sebagian manusia ketika kita bertanya kepada mereka, mengapa kalian tidak sholat? jawab mereka, "nanti kalau Allah ta'ala menghendaki."

6. Jika memang Allah ta'ala menentukan, bahwa jika kita termasuk ahli surga atau ahli neraka, maka utk apa kita beramal?? karena meskipun kita berbuat amal baik, toh Dia tidak akan mengubah sedikitpun dari urusanNya?

Surat Yunus, mengajarkan bagaimana caranya memberikan jawaban kepada orang2 yg masih ragu, termasuk pada diri sendiri (jika masih ragu). Boleh jadi ada sebagian orang yang sampai pada keraguan hingga berpikiran bahwa Allah telah berlaku zhalim dg menentukan seseorang sbg ahli neraka (na'udzubillah)

Surat Yunus memberikan metode yg menakjubkan, yaitu tadabbur tentang alam & tafakkur thd hikmah Allah yg ada di dalamnya. Surat ini menjelaskan kepada kita bahwa semua yang ada di jagat raya ini merupakan bagian dari hikmah dan perencanaan Allah.

Tidak ada yang melontarkan banyak pertanyaan dan meragukan tentang hikmah Allah SWT, melainkan org yg tidak beragama & jauh dari ketaatan kepada-Nya. Mereka sengaja melontarkan pertanyaan-pertanyaan meragukan utk menyenangkan diri sendiri. Seseorang yang beragama & senantiasa melaksanakan perintah-Nya, tidak mungkin melaksanakan ketaatannya karena terpaksa. Surat Yunus menegaskan bahwa pada dasarnya penyakit yang menimpa mereka yang ragu-ragu adalah akibat kelalaian mereka terhadap ayat-ayat Allah & tidak memahami hikmahnya.


"Dan mereka menanyakan kepadamu: "Benarkah (azab yang dijanjikan) itu?" Katakanlah: "Ya, demi Tuhan-ku, sesungguhnya azab itu adalah benar, dan kamu sekali-kali tidak bisa luput (daripadanya)." (Yunus: 53)

"Sesungguhnya Allah tidak berbuat lalim kepada manusia sedikit pun, akan tetapi manusia itulah yg berbuat lalim kepada diri mereka sendiri." (Yunus: 44)

Di sisi lain, ayat-ayat yang menegaskan bahwa pahala diberikan Allah kepada manusia bukanlah sesuatu yang sia-sia. Namun sesungguhnya ia adalah jaminan bagi orang yg berhak menerimanya.

"Bagi orang-orang yg berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya..." (Yunus: 26)


Sumber: Khowathir Qur'aniyah


Surat An-Naml

Surat yang terdiri dari 93 ayat ini, berbicara tentang keunggulan peradaban dan pentingnya penguasaan rambu-rambu peradaban yg kuat, berupa ilmu, teknologi, kekuatan materi, dan kekuatan fisik untuk menegakkan ad-dienul Islam.


Surat ini menyampaikan pesan singkat kepada kita, "Wahai umat Muhammad, kamu tidak memperoleh penghargaan dan tidak akan mendapatkan peran istimewa di tengah berbagai umat, jika kamu tidak mempunyai peradaban yg istimewa di masamu."

Apabila surat Asy-Syu'ara menyampaikan pesan untuk berkonsentrasi pada publikasi dan media masa, maka surat An-Naml membawa pesan untuk berkonsentrasi pada keunggulan peradaban. Target kedua surat tersebut sama yaitu: "Pentingnya keunggulan & penguasaan faktor-faktor duniawi yg mengantarkan kaum muslimin menjadi istimewa & dpt mempengaruhi org lain."

Tokoh dalam Surat ini adalah Nabi Sulaiman 'Alaihis Salam. Faktor-faktor keunggulan beliau adalah:

1. Menyadari nilai ilmu.
2. Estaveta generasi.
3. Penguasaan bahasa.
4. Tersedianya berbagai perangkat.
5. Manajemen yang baik.
6. Pelatihan.
7. Kedisiplinan dan ketegasan.
8. Afiliasi anggota pada misi/tugas yg diberikan.
9. Teliti dlm mentransfer berita.


Sumber: Khowathir Qur'aniyah

Surat At-Taubah...

Surat ini diturunkan pada saat masyarakat Islam telah mempersiapkan diri untuk melakukan ekspansi Islam dari jazirah Arab ke berbagai penjuru dunia. Ayat dalam surat At-Taubah berjumlah 129, dan termasuk surat terakhir yang diturunkan kepada Nabi S'AW secara keseluruhan, sebelum beliau menghadap sang Khaliq.

Surat ini diturunkan setelah perang Tabuk. Surat terletak di urutan setelah surat Al Anfal yang berbicara tentang perang Badar. Boleh jadi hikmahnya agar pembaca Al Quran dapat memahami kondisi berbeda di antara 2 peperangan tersebut, demikian pula dengan hukum-hukum yang terkait dengan keduanya serta metode Al Quran dalam membawakan cerita keduanya.

Perang Tabuk merupakan peperangan yg paling banyak mempertontonkan fenomena nifaq. Tatkala itu banyak dari kalangan org2 munafik yg ikut serta dlm peperangan bersama pasukan Islam. Mereka (orang-orang munafik) sengaja berada di belakang pasukan Islam. Demikian pula dengan sebagian umat Islam yg sengaja berada di bagian belakang pasukan karena faktor malas. Peperangan tsb ternyata dimenangkan oleh pasukan muslimin. Surat At-Taubah diturunkan utk memberikan komentar atas semua sikap tersebut.


Surat At-Taubah merupakan satu-satunya surat yang tidak diawali dengan bacaan Bismillahirrahmaanirrahim (basmalah). Adapun penyebab tidak disebutkannya kalimat basmalah di awal surat At-Taubah, berdasarkan pendapat mayoritas ulama, adalah karena surat ini berbicara tentang orang-orang kafir & orang-orang munafik. Mereka diharamkan dari kalimat basmalah dan makna kasih sayang yang terdapat di dalamnya.

Surat At-Taubah memiliki nama-nama yg lain, yaitu Al-Fadhihah (yang menelanjangi kejelekan) karena isinya menjelekkan sikap orang-orang munafik. Di dalamnya terdapat 55 sifat orang munafik yang mereka tunjukkan di masa Nabi S'AW. Dinamakan juga dengan surat Al-Kasyafah (penyingkap), karena ia menyingkap aib-aib orang kafir dan orang-orang yg enggan memberikan pembelaan pada Islam.

Surat At-Taubah dinamakan juga dengan As-Saif (pedang) karena mayoritas surat-surat al-Quran berisi panggilan berjihad, anjuran untuk pergi berperang, dan peringatan keras bagi orang yg enggan (berpaling) dari peperangan. Dengan demikian, ia merupakan surat yg sangat keras. Lalu timbul pertanyaan, mengapa surat ini dinamakan surat At-Taubah?

Surat At-Taubah berisikan penjelasan mengenai adanya puncak interaksi hamba dengan Allah SWT. Hal itu mengandung pengertian bahwa ia selalu mengembalikan segala urusan hidupnya kepada Allah. Ia berserah diri kepada-Nya, menghindari perbuatan dosa & maksiat kepada-Nya.

Lalu apa hubungan surat At-Taubah dg sifat orang-orang munafik dan orang-orang musyrik dg anjuran untuk berjihad?

Surat ini merupakan dakwah terakhir yg ditujukan kepada umat manusia. Ia diturunkan sebelum penutup al Quran dan sebelum Rasulullah pulang ke haribaan Tuhan SWT. Surat ini berisikan peringatan (ancaman) keras terhadap orang2 kafir & orang2 munafik, serta ajakan terhadap orang2 mukmin utk melakukan pembelaan terhadap agama mereka.

Meskipun surat ini membicarakan keburukan org2 kafir & org2 munafik, namun banyak ayatnya yg tetap mengajak mereka agar segera bertaubat kpd Allah SWT. Bisa dilihat dari firman Allah SWT berikut ini yang disebutkan secara berulang:

"...Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka..." (At-Taubah: 74)



Sumber: Khowathir Qur'aniyah

Laporan Kompetensi Semester I Kelas I 'Keyza'

Tak terasa, tujuh bulan sudah ananda Keyza bersama kami di Muara Bulian. Beberapa pekan yang lalu di bulan Desember 2014, Keyza menerima raport hasil belajarnya. Dan sesuai dengan Kurikulum 2013, Raport tersebut ber-cover 'LAPORAN KOMPETENSI PESERTA DIDIK SDIT AULIA' berupa deskripsi non angka. Berikut kompetensi Keyza berdasarkan penilaian gurunya:


A. SIKAP

Alhamdulillah ananda Keyza sudah terbiasa berdo'a sebelum dan sesudah belajar, menerima dengan baik keberagaman ciptaan Tuhan, sangat baik dalam menunjukkan perilaku patuh pada aturan penjumlahan dan pengurangan, serta mampu dengan baik merasakan keindahan alam sebagai salah satu tanda-tanda kekuasaan Tuhan. Namun perlu bimbingan dalam kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab, serta membaca bismillah setiap melakukan aktivitas.


B. PENGETAHUAN

Alhamdulillah ananda Keyza sangat baik dalam mengenal anggota tubuh, cukup baik mengenal arahan tentang perawatan tubuh, sangat baik mengenal arti diri/personal tentang keberadaan keluarga serta memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menghitung dan menjumlah, namun perlu bimbingan dalam mengenal konteks terima kasih tentang sikap/penerimaan akan kasih sayang/perhatian dan pemberian dari orang lain.


C. KETERAMPILAN

Alhamdulillah ananda Keyza sangat terampil dalam menulis dan menghias kartu nama, memiliki kemampuan yang baik dalam mengenal perawatan tubuh dan pemeliharaan kesehatan, mampu melakukan lari berpasangan, sangat baik dalam menyebutkan dan menuliskan angka 20-100, serta mampu dengan sangat baik menyebutkan, mengenal anggota keluarga, dan menghias foto keluarga. Namun perlu bimbingan dalam bekerja sama dalam permainan ular naga.


D. MUATAN LOKAL

- Bahasa Inggris: Alhamdulillah ananda Keyza sudah mampu menyebutkan dan menuliskan angka dalam Bahasa Inggris, dan menyebutkan nama benda dalam bahasa Inggris, serta membedakan warna dalam bahasa Inggris.

- Bahasa Arab: Alhamdulillah ananda Keyza sudah mampu menyebutkan nama-nama benda dan angka dalam Bahasa Arab dari satu hingga sepuluh, dan menuliskannya dengan rapi.

- Iqro' dan Hapalan: Alhamdulillah ananda Keyza lancar menghapal surah Ad-Dhuha, Al-Insyirah, At-tin, At-Takatsur, namun masih membutuhkan bimbingan untuk surah Az-Zalzalah.

- Ibadah: Alhamdulillah ananda Keyza mampu melaksanakan tata tertib wudhu', sholat Dhuha, dan do'a-do'a pendek dengan baik. Namun butuh bimbingan untuk tugas Agenda kegiatan harian agar membiasakan mengemban bertanggung jawab.



^_^