Friday, November 5, 2010

Upaya Mengelola Hati (Pasangan Suami Istri)

Banyak pasangan suami istri (pasutri) yang lebih senang tenggelam dalam permainan hati. Bukan mereka yang mengelola hati, tetapi justru hati yang mempermainkan mereka. Masing-masing pasutri sesungguhnya harus belajar tentang cara mengelola hati. Atau lebih tepatnya, membiasakan diri mengelola hati.


Sebagai contoh, saat seorang istri merasa sedih dan mendongkol, mendengar kata-kata suaminya yang cenderung kasar. banyak istri yang saat mengalami hal itu, justru mengikuti permainan hati. Kondisi hati yang sedang mendongkol, sengaja diperturutkan dengan melakukan hal-hal yang menurut dugaannya akan mampu meredam dan menenangkan jiwanya, padahal justru sebaliknya: membuat hati semakin membara.


Sebagian melampiaskannya dengan mengubah raut wajah menjadi seseram mungkin. Sebagian dengan menangis habis-habisan dan enggan menjawab pertanyaan suami yang kebingungan melihat istrinya tiba-tiba berubah karakter. Sebagian memilih diam seribu bahasa. Ada juga yang memilih 'mengulek' sambal sehalus mungkin.


Pelampiasan itu, sering dianggap sebagai jalan terbaik mengungkapkan rasa dongkol. Begitu juga seorang suami, yang melihat istrinya membandel, karena tidak mau mendengar nasihat suaminya. padahal bisa jadi, pendengarannya agak sedikit berkurang dan melemah, karena jatah uang belanja terlambat lama sekali. Bisa jadi, karakternya berubah drastis, karena kebutuhan privatnya terkebiri.


Banyak suami yang melampiaskannya dengan marah-marah, membentak-bentak, atau berkhotbah panjang lebar. Ada juga yang melampiaskannya dengan membanting pintu, mendiamkan istri, melotot, atau mungkin memilih menyetir kendaraan sekencangnya, atau membaca koran terbalik.


Padahal, hati itu harus dikelola. Saat seseorang bersedih, hendaknya ia mencari jalan mengatasi kesedihannya. Dengan mengingat-ingat berbagai kenikmatan yang diberikan oleh ALLAH SWT, misalnya dengan berdzikir dan menghibur diri dengan ayat-ayat ALLAH.


Bila hati mendongkol, seharusnya seseorang mengatur nafas, berusaha menekan emosi, lalu mencari-cari berbagai kebaikan pasangan yang membuatnya mengubah rasa mangkel menjadi senyuman indah di bibir. Bila perlu berdo'alah kepada ALLAH SwT.


Kesedihan, kedongkolan, emosi, amarah, kesuntukan, dan berbagai kondisi buruk dari hati, bukanlah untuk diperturukan. Semakin diperturutkan, kita akan semakin dipermainkan oleh hati kita sendiri.


Cobalah sesekali, saat marah sedang membara, saat emosi tidak terkendali, sebelum melampiaskannya dengan sumpah serapah, coba lihat wajah kita di cermin. Akan terlihat betapa memalukannya wajah kita. Saat melampiaskan kesedihan dengan menangis, batasilah tangisan itu dengan kebersahajaan dan batas-batas kenormalan.


Cobalah telaah, bahwa usai merasa puas dengan melampiaskan amarah, seseorang pasti dirundung penyesalan. Artinya, pelampiasannya itu bukanlah suatu hal yang normal. Menyesali adalah karakter pecundang. Orang yang hebat adalah orang yang mampu mengelola hati dan mengendalikan emosi, meski saat emosi sedang berkobar menyala-nyala.



Taken From: Majalah Nikah

Mengusir Migren


Nama Migren diambil dari kata hemicrania atau sakit kepala pada satu sisi, meskipun pada kenyataannya bisa juga menyerang kedua sisi. Serangannya bersifat episodik, berlangsung 4 sampai 24 jam atau mungkin lebih, bergantung pada pengobatan yang diberikan, dan serangan tersebut dapat berulang bila terkena faktor pemicu.


Serangan migren terbagi menjadi dua jenis, yaitu klasik dan umum.


MIGREN KLASIK

Sakit kepala, berdenyut (beberapa orang merasakan seperti diketuk pada daerah depan atau puncak kepala). Keluhan nyeri juga dapat menyerang daerah sekitar telinga, atau sekitar mata. Pandangan menjadi kabur atau mata berkunang-kunang. Gejala lain yang dapat mengikuti serangan migren klasik adalah sulit berbicara, kebingungan, lengan atau kaki terasa lemah, terdapat sensasi geli pada daerah muka atau tangan. Jika serangannya hebat, dapat memicu rasa mual, bahkan muntah.



MIGREN UMUM


Terdapat perubahan mood dan fatigue (kelelahan yang amat sangat). Selama masa serangan, penderitanya dapat mengalami nyeri perut, diare, sering berkemih, dan muntah.



BAGAIMANA MENGATASI MIGREN?

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi migren. Di antaranya adalah Menghindari pemicu, menghentikan rasa nyeri tatkala serangannya muncul, melakukan pengobatan pencegahan (profilaksis), dan melakukan perubahan gaya hidup.



MENGHINDARI PEMICU:

Beberapa faktor pemicu berikut perlu kita hindari (masing2 penderita berbeda faktor pemicunya): stres dan fatigue, alkohol (terutama bir dan anggur merah), Monosodium Glutamat (MSG) yang terdpat pada penyedap, ikan yang dikeringkan keju fermentasi, perubahan cuaca, iklim, atau ketinggian, perubahan pola tidur, cahaya yang menyilaukan, bau-bauan yang menyengat, rokok, khusus bagi wanita pengaruh hormon estrogen, biasanya pada saat menstruasi atau hamil merupakan faktor utama penyebab migren.



MENGHENTIKAN RASA NYERI:

Istirahat di tempat yang tenang dan tidak terlalu terang cahayanya, hindari pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi. Jika tindakan itu belum berhasil, dapat digunakan obat-obatan pereda rasa nyeri yang dijual bebas di pasaran (sebagian besar mengandung aspirin dan parasetamol). Yang perlu diingat, konsumsilah obat secara bijak, jangan sampai kelebihan dosis.



PENGOBATAN PENCEGAHAN:

Jika nyeri tak juga hilang setelah minum obat, segera hubungi dokter untuk dilakukan tindakan profilaksis (pencegahan) dengan menggunakan obat-obatan tertentu.



MENGUBAH GAYA HIDUP:

Pastikan makan secara teratur. Jika anda bekerja di dalam ruangan dengan kondisi yang statis, usahakan mencari udara segar dan melakukan gerak badan. Misalnya dengan berjalan kaki (bukan mengendarai mobil) pada saat anda mencari santap siang. Lakukan olahraga secara teratur. Aerobik 30 menit sehari sudah cukup bagi anda untuk memperbaiki sirkulasi darah. Usahakan lingkungan kerja anda senyaman mungkin, misalnya dengan mengatur tempat duduk, dan menghindari posisi duduk atau berdiri yang dapat membuat otot anda cedera atau teregang dalam waktu lama. Berhenti merokok!



KAPAN HARUS KE DOKTER?

Ada beberapa kondisi khusus yang mengharuskan anda tidak menunda pergi ke dokter, seperti: Serangan sakit kepala yang hebat, dan menyerang secara tiba-tiba. Serangan sakit kepala berat yang sering, tidak hanya menyerang satu sisi. Sakit kepala disertai dengan demam, leher kaku, kemerahan, gangguan mental, kejang, pandangan berganda, kelemahan, kesulitan bicara. Sakit kepala setelah mengalami infeksi saluran nafas, atau setelah merasakan infeksi pada tenggorokan (biasanya muncul sebagai tenggorokan kering disertai demam). Sakit kepala setelah mengalami cedera kepala, meskipun cedera ringan. Apalagi bila nyeri yang diderita semakin bertambah parah. Sakit kepala kronik yang makin bertambah parah setelah batuk, latihan fisik, peregangan, atau melakukan gerakan mendadak.


Sumber: Majalah Healthylife

Lepaskan Ikatan Stress!!! (Buat para superwoman :)))))

Secara general, stres dapat disebabkan oleh dua faktor; internal sekaligus eksternal. Faktor eksternal meliputi lingkungan fisik termasuk tantangan, dan harapan yang anda hadapi setiap hari. Faktor internal menentukan kemampuan tubuh anda untuk merespon dan menangani faktor eksternal yang mendorong stres. Berikut ini adalah hal-hal terkini yang sebagian besar menjadi penyebab stres:

1. Uang, 78%. Krisis moneter yang dihadapi dunia, berdampak pada semua aspek. Meningkatnya kebutuhan dan naiknya harga bahan pokok, sangat berpotensi menjadi pemicu stres. Tidak heran segala hal yang berhubungan dengan uang menduduki peringkat teratas tahun (2010) ini.


2. Tanggung Jawab dan Pekerjaan Domestik, 67%. Sekarang ini multitasking sudah menjadi standar utama. Superwoman dalam arti sesungguhnya. Para perempuan sekarang harus meluangkan waktu 10 jam lebih untuk pekerjaan kantor, dan masih harus tetap mengerjakan tanggung jawab urusan domestik.


3. Pekerjaan, 60%. Hello techno-stress. Tidak hanya tuntutan tugas yang 'memanggil'. Telepon, email, sms, bbm 24 jam/7 hari, hampir tidak memberi waktu untuk 'bernafas'. KIta punya rekan yang duduk di sebelah, tapi jarang saling berbicara. Jarak yang memutuskan koneksi antar manusia dan support sosial menjadi salah satu pemicu stres.



4. HUbungan Personal, 56%. Beban yang disebabkan oleh pekerjaan dan uang, bisa membuat hubungan kita dan partner menjadi 'panas' karena stres. Detail kecil yang kadang muncul, bisa menjadi pemicu pertengkaran yang mengarah pada stres.



5. Bencana Alam, 43%. Bencana alam yang membuat kita kehilangan orang-orang yang disayang, terkadang juga memicu stres.



KOMPONEN GENETIK

Berdasarkan riset, beberapa dari kita terlahir dengan 'perangkat' yang lebih baik untuk menghadapi stres. Penelitian terakhir mengatakan bahwa jika kita memiliki level NPY tinggi, maka otak tetap dapat bekerja maksimal, meskipun dalam tekanan stres. Sesungguhnya, secara biologis, diprediksikan 50% bagian dari tubuh kita dapat menerima dan mengatasi stres. Jadi satu hal yang perlu kita percaya, bahwa 'gen kita bukanlah takdir kita'.



Fakta Mengejutkan Pekerjaan dengan Tingkat Stres Tinggi:

Pustakawan: Pekerjaan repetitif dan harus berbisik sepanjang hari.

Manicurist: shift yang panjang, urat tangan yang sakit, dan terekspos zat kimia yang berbahaya.

Guru: Menghadapi remaja bermasalah setiap hari dengan upah kecil.

Statistisi, Akuntan, Ekonom, Matematikawan: Berkutat dengan angka dan detail hitungan yang berjumlah banyak dan menuntut ketelitian tinggi.


Sumber: Marie Claire

Keharuman Rezeki Kedai Kopi...

Secangkir kopi memang ideal untuk diseruput kapan saja. Entah untuk 'suntikan' energi di pagi hari, membuang rasa eneg setelah makan siang, atau hang out bersama teman sepulang kerja. Tanpa disadari, menikmati kopi dan duduk-duduk santai di kedainya telah menjadi semacam kebutuhan warga kota besar. Itu sebabnya, kedai kopi menjamur sejak beberapa tahun terakhir di mal hingga gedung perkantoran. Kepopuleran gaya hidup ini membuat beberapa pengusaha wanita jatuh cinta dan memutuskan membangun kedai kopi miliknya sendiri. Contohnya BENGAWAN SOLO COFFE (Julian Wibowo, andalkan 3 cara berjualan)

Nama sungai terbesar di Jawa yang melegenda, dipilih Julian untuk mengusung bisnis kedai kopi lokalnya yang lain dari yang lain. Pasalnya, kedai ini menawarkan berbagai bubuk kopi Indonesia, yang diracik menjadi aneka bentuk dan rasa kopi istimewa. Di antaranya cappucino, espresso, coffe latte, macchiato, caramel latte, mocha latte, hot chocolate, dan vanilla. Namun, yang paling laris tetap dua racikan kopi yang dinamakan The Ultimate dan Brandy Cookies. Harga per cangkir mulai dari Rp. 8000 sampai Rp. 26000.

Cut Nyak Dien...

Nanggroe Aceh Darussalam merupakan daerah yang banyak melahirkan pahlawan perempuan yang gigih tidak kenal kompromi dalam melawan kaum imperialis. Cut Nyak Dien merupakan salah satu dari perempuan berhati baja, di mana pada usianya yang lanjut masih mencabut rencong dan berusaha melawan pasukan Belanda dan akhirnya ditangkap.

Cut Nyak Dien merupakan pahlawan kemerdekaan nasional kelahiran Lampadang, Aceh, tahun 1848 yang sampai akhir hayatnya teguh memperjuangkan kemerdekaan bangsanya. Wanita yang dua kali menikah ini, juga bersuamikan pria-pria pejuang. Teuku Ibrahim Lamnga, suami pertamanya, dan Teuku Umar suami keduanya adalah pejuang-pejuang kemerdekaan, bahkan juga pahlawan kemerdekaan nasional.

Sebagaimana lazimnya putri-putri bangsawan Aceh, sejak kecil Cut Nyak Dien memperoleh pendidikan, khususnya pendidikan agama. Pendidikan ini selain diberikan orang tuanya, juga para guru agama. Pengetahuan mengenai rumah tangga, baik memasak maupun cara menghadapi atau melayani suami, dan hal-hal yang menyangkut kehidupan sehari-hari, didapatkan dari ibunda dan kerabatnya. Karena pengaruh didikan agama yang amat kuat, didukung suasana lingkungannya, Cut Nyak Dien memiliki sifat tabah, teguh pendirian, dan tawakal.

Cut Nyak Dien dibesarkan dalam lingkungan suasana perjuangan yang amat dahsyat, suasana Perang Aceh. Sebuah peperangan yang panjang dan melelahkan. Perlawanan yang keras itu semata-mata dilandasi keyakinan agama serta perasaan benci yang mendalam dan meluap-luap kepada kaum kafir.

Cut Nyak Dien dinikahkan oleh orang tuanya pada usia belia, yaitu tahun 1862 dengan Teuku Ibrahim Lamnga, putra dari Uleebalang Lam Nga XIII. Perayaan pernikahan dimeriahkan oleh kehadiran penyair terkenal Abdul Karim yang membawakan syair-syair bernafaskan agama dan mengagungkan perbuatan-perbuatan heroik sehingga dapat menggugah semangat bagi yang mendengarkannya. SEtelah dianggap mampu mengurus rumah tangga sendiri, pasangan tersebut pindah dari rumah orang tuanya. Selanjutnya kehidupan rumah tangganya berjalan baik dan harmonis. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki.

Jiwa pejuang memang sudah diwarisi Cut Nyak Dien dari ayahnya yang seorang pejuang kemerdekaan yang tidak kenal kompromi dengan penjajahan. Dia yang dibesarkan dalam suasana memburuknya hubungan antara Kerajaan Aceh dan Belanda semakin mempertebal jiwa patriotnya.

Ketika Perang Aceh meletus tahun 1873, suami Cut Nyak Dien turut aktif di garis depan sehingga merupakan tokoh peperangan di daerah VI Mukim. karena itu, Teuku Ibrahim jarang berkumpul dengan istri dan anaknya. Cut Nyak Dien mengikhlaskan keterlibatan suaminya dalam peperangan, bahkan menjadi pendorong dan pembakar semangat juang suaminya. Untuk mengobati kerinduan pada suaminya yang berada jauh di medan perang, sambil membuai sang buah hatinya ia menyanyikan syair-syair yang menumbuhkan semangat perjuangan. Ketika sesekali suaminya pulang ke rumah, maka yang dibicarakan dan dilakukan Cut Nyak Dien tak lain adalah hal-hal yang berkaitan dengan perlawanan terhadap kaum kafir Belanda.

Dua tahun setelah kematian suami pertamanya, atau tepatnya pada tahun 1880, Cut Nyak Dien menikah lagi dengan Teuku Umar, kemenakan ayahnya. Sumpahnya yang hanya akan menikah dengan pria yang bersedia membantu membebaskan tanah Aceh dari penjajahan kaum kafir terkabul, karena Teuku Umar adalah seorang pejuang kemerdekaan yang juga terkenal banyak mendatangkan kerugian bagi pihak Belanda. Teuku Umar bersama dengan Cut Nyak Dien berjuang membebaskan Aceh dari penjajahan Belanda.

Perlawanan terhadap Belanda kian hebat. Beberapa wilayah yang sudah dikuasai Belanda berhasil direbutnya. Dengan menikahi Cut Nyak Dien, Teuku Umar kian mendapatkan dukungan. Meskipun telah mempunyai istri sebelumnya, Cut Nyak Dien lah yang paling berpengaruh terhadap Teuku Umar. Perempuan inilah yang senantiasa membangkitkan semangat juangnya, mempengaruhi, mengekang tindakannya, sekaligus menghilangkan kebiasaan buruknya.

Teuku Umar sendiri terkenal sebagai seorang pejuang yang banyak taktik. Pada tahun 1893, ia pernah berpura-pura melakukan kerja sama dengan Belanda hanya untuk memperoleh senjata dan perlengkapan perang. Setelah tiga tahun berpura-pura bekerja sama, Teuku Umar malah berbalik memerangi Belanda. Tapi dalam satu pertempuran di Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur.

Sejak meninggalnya Teuku Umar, selama 6 tahun Cut Nyak Dien mengkoordinasikan serangan besar-besaran terhadap beberapa kedudukan Belanda. Segala barang berharga yang masih dimilikinya dikorbankan untuk mengisi kas peperangan. Cut Nyak Dien kembali sendiri lagi. Tapi walaupun tanpa dukungan dari seorang suami, perjuangannya tidak pernah surut, dia terus melanjutkan perjuangan di daerah pedalaman Meulaboh. Dia seorang pejuang yang pantang menyerah atau tunduk pada penjajah. Tidak mengenal kata kompromi bahkan walau dengan istilah berdamai sekalipun. Perlawanannya yang dilakukan secara bergerilya itu dirasakan Belanda sangat mengganggu, bahkan membahayakan pendudukan mereka di tanah Aceh, sehingga pasukan Belanda selalu berusaha menangkapnya tapi sekali pun tidak pernah berhasil.

Keterlibatan Cut Nyak Dien dalam perang Aceh tampak sekali ketika terjadi pembakaran terhadap Masjid Besar Aceh. Dengan amarah dan semangat yang menyala-nyala berserulah ia, "Hai sekalian mukmin yang bernama orang Aceh! Lihatlah! Saksikan sendiri dengan matamu masjid kita dibakar! Mereka menentang ALLAH! Tempatmu beribadah dibinasakan! Nama ALLAH dicemarkan! Camkanlah itu! Masih adakah orang Aceh yang suka mengampuni dosa si kafir yang serupa itu? Masih adakah orang Aceh yang suka menjadi budak Belanda?"

Lama-lama pasukan Cut Nyak Dien melemah. Kehidupan putri bangsawan ini kian sengsara akibat selalu hidup di dalam hutan dengan makanan seadanya. Usianya kian lanjut, kesehatannya kian menurun, seiring dengan bertambahnya usia, Cut Nyak Dien pun semakin tua. Penglihatannya mulai rabun dan berbagai penyakit tua seperti encok pun mulai menyerang. Di samping itu, jumlah pasukannya pun semakin berkurang, ditambah lagi situasi yang semakin sulit memperoleh makanan. Tapi ketika Pang Laot Ali, tangan kanan sekaligus panglimanya, menawarkan untuk menyerah sebagai jalan pembebasan dari kehidupan yang serba terpencil dan penuh penderitaan ini, Cut Nyak Dien menjadi sangat marah. Tapi Pang Laot Ali tetap tak sampai hati melihat penderitaan pimpinannya. Akhirnya ia berkhianat dan kepada Belanda ia melaporkan persembunyiannya dengan beberapa syarat, di antaranya jangan melakukan kekerasan dan harus menghormatinya.

Begitu teguhnya pendirian Cut Nyak Dien sehingga ketika sudah terkepung dan hendak tertangkap pun dia masih sempat mencabut rencong dan berusaha melawan pasukan Belanda. Pasukan Belanda yang begitu banyak akhirnya berhasil menangkap tangannya.

Ketika tertangkap, wanita yang sudah tak berdaya dan rabun ini, mengangkat kedua belah tangannya. Dari mulutnya terucap kalimat, "Ya ALLAH ya Tuhan, inikah nasib perjuanganku? Di dalam bulan puasa aku diserahkan kepada kafir."

Cut Nyak Dien marah luar biasa kepada Pang Laot Ali. Sedangkan kepada Letnan Van Vureen yang memimpin operasi penangkapan itu, sikap menentang mujahidah ini masih tampak dengan mencabut rencong hendak menikamnya. Tapi walaupun di dalam tawanan, dia masih terus melakukan kontak atau hubungan dengan para pejuang yang belum tunduk. Tindakannya itu kembali membuat pihak Belanda berang sehingga Cut Nyak Dien pun akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, yang berarti Belanda mengingkari salah satu butir perjanjiannya dengan Pang Laot Ali.

Di Sumedang tak banyak orang yang tahu perempuan ini. Tua renta dan bermata rabun. Pakaiannya lusuh, dan hanya itu saja yang melekat di tubuhnya. Sebuah tasbih tak lepas dari tangannya, juga sebuah periuk nasi dari tanah liat. Dia datang ke Sumedang bersama dua pengikutnya sebagai tahanan politik Belanda, yang ingin mengasingkannya dari medan perjuangan di Aceh pada 11 Desember 1906.

Perempuan tua itu lalu dititipkan kepada Bupati Sumedang, Pangeran Aria Suriaatmaja, yang digelari Pangeran Makkah. Melihat perempuan tua yang amat taat beragama itu, Bupati tak menempatkannya di penjara, tetapi di rumah H. Ilyas, seorang tokoh agama, di belakang Kaum (masjid besar Sumedang). Di rumah itulah perempuan itu tinggal dan dirawat.

Di antara mereka yang datang, banyak membawakan makanan atau pakaian, selain karena mereka menaruh hormat dan simpati yang besar, juga karena ibu Perbu (sebutan masyarakat untuk Cut Nyak Dien) tak bersedia menerima apa pun yang diberikan oleh Belanda. Keadaa ini terus berlangsung hingga 6 November 1908, saat Ibu Perbu meninggal dunia. Dimakamkan secara hormat di Gunung Puyuh, sebuah kompleks pemakaman para bangsawan pangeran Sumedang, tak jauh dari pusat kota Sumedang. Sampai wafatnya, masyarakat Sumedang belum tahu siapa sesungguhnya perempuan yang banyak memberikan manfaat bagi masyarakat itu, bahkan hingga kemerdekaan Indonesia.

Ketika masyarakat Sumedang beralih generasi dan melupakan Ibu Perbu, pada tahun 60-an, berdasarkan keterangan pemerintah Belanda baru diketahui bahwa Cut Nyak Dien, seorang pahlawan wanita Aceh yang terkenal, telah diasingkan ke Pulau Jawa, Sumedang, Jawa Barat. Pengasingan itu berdasarkan Surat Keputusan No.23. Akhirnya, dengan mudah dapat dipastikan bahwa Ibu Perbu tak lain adalah Cut Nyak Dien yang diasingkan Belanda bersama seorang Panglima berusia 50 tahun dan seorang kemenakannya bernama Teungku Nana berusia 15 tahun.

Perjuangan Cut Nyak Dien menimbulkan rasa takjub para pakar sejarah asing, sehingga banyak buku yang melukiskan kehebatan pejuang wanita ini. Zentgraaff mengatakan, para wanitalah yang merupakan de leidster van het verzet (pemimpin perlawanan) terhadap Belanda dalam perang besar itu. Aceh mengenal Grandes Dames (wanita-wanita besar) yang memegang peranan penting dalam berbagai sektor.

Dari Malahayati hingga Cut Nyak Dien adalah cermin zaman yang membuat kita harus bersyukur bahwa dari nenek moyang kita ada yang menjadi pahlawan zamannya dengan penuh ketulusan untuk membela kehormatan agama dan tanah air dari tindak kesewenangan dan ketidak adilan.

Berangkat dari perjuangan yang telah dilakukan oleh perempuan pada masa lampau maka dapat dikatakan bahwa perempuan muslimah zaman lampau memiliki keberanian yang tinggi. Mereka membuktikan bahwa perempuan bukan makhluk lemah dalam mempertahankan cita-cita, agama, dan hak asasinya, walaupun tidak melupakan tugas utama kodrat mereka sebagai ibu yang melahirkan anak-anak negeri penerus perjuangan. Hal inilah yang penting untuk terus diingatkan kepada perempuan muslimah pada saat ini, khususnya bagi perempuan muslimah dan bagi perempuan di seluruh Indonesia pada umumnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa perjuangan perempuan telah dilakukan sejak zaman dahulu. Hal ini dibuktikan dari adanya sejarah yang bukan hanya untuk dikenang, tetapi dapat dijadikan sebuah semangat untuk membangun jiwa perempuan yang kuat dan berkarakter.

Malahayati

Malahayati merupakan salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Pada tahun 1585-1604, Malahayati memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.

Malahayati memimpin 2000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda Pahlawan yang telah tewas) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September 1599 sekaligus membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal, dan mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya ini, sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati.

Laksamana Malahayati merupakan sosok pahlawan yang jarang disebut namanya dan tidak pernah diungkit searahnya. Dia adalah laksamana perempuan pertama di dunia dan seorang petarung garis depan. Laskar Inong Balee yang dipimpinnya disegani musuh dan kawan. Kisah Laksamana Malahayati, walaupun tidak banyak, semua bercerita tentang kepahlawanannya. Suami Malahayati gugur pada pertempuran melawan Portugis. Konon kabarnya, pembentukan Inong Balee sendiri adalah hasil buah pikiran Malahayati. Malahayati juga membangun benteng bersama pasukannya dan benteng tersebut dinamai Benteng Inong Balee.

Karier militer Malahayati terus menanjak hingga ia menduduki jabatan tertinggi di angkatan laut Kerajaan Aceh kala itu. Sebagaimana layaknya para pemimpin zaman itu, Laksamana Malahayati turut bertempur di garis depan melawan kekuatan Portugis dan Belanda yang hendak menguasai jalur laut selat Malaka. Di bawah kepemimpinan Malahayati, Angkatan Laut Kerajaan Aceh terbilang besar dengan armada yang terdiri dari ratusan kapal perang. Adalah Cornelis de Houtman, orang Belanda yang pertama tiba di Indonesia, pada kunjungannya yang kedua mencoba untuk menggoyang kekuasaan Aceh pada tahun 1559, Cornelis de Houtman yang terkenal berangasan, kali ini kena batunya. Alih-alih bisa meruntuhkan Aceh, armadanya malah porak poranda dipukul mundur armada Laksamana Malahayati. Banyak orang-orangnya yang terbunuh dan ditawan, sedangkan Cornelis de Houtman sendiri mati di tangan Laksamana Malahayati pada tanggal 11 September 1599.

Selain armada Belanda, Laksamana Malahayati juga berhasil memukul mundur armada Portugis. Reputasi Malahayati sebagai penjaga pintu gerbang kerajaan membuat Inggris yang belakangan masuk ke wilayah ini, memilih untuk menempuh jalan damai. Surat baik-baik dari Ratu Elizabeth I yang dibawa oleh James Lancaster untuk Sultan Aceh, membuka jalan bagi Inggris untuk menuju Jawa dan membuka pos dagang di Banten. keberhasilan ini membuat James Lancaster dianugerahi gelar bangsawan sepulangnya ia ke Inggris.

Markas pasukan Inong Balee berada di Lam Kuta, Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar. Salah satu jejak perjuangan yang masih tersisa hingga kini adalah kompleks makam Malahayati yang berada di puncak bukit dan sebuah benteng yang disebut Benteng Inong Balee di tepi pantai Selat Malaka, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.


Sumber: Buku 'KOntribusi Muslimah dalam Mihwar Daulah'

Dewi Sartika

Dewi Sartika dilahirkan dari keluarga priyayi sunda, Nyi Raden Rajapermas dan Raden Somanagara. Meski melanggar adat saat itu, orang tuanya bersikukuh untuk menyekolahkan Dewi Sartika, ke sekolah Belanda pula. Sepeninggal ayahnya, Dewi Sartika diasuh oleh pamannya (kakak ibunnya) yang berkedudukan sebagai patih di Cicalengka. Dari pamannya, beliau mendapatkan didikan mengenai kesundaan, sedangkan wawasan kebudayaan Barat diperolehnya dari didikan seorang nyonya Asisten Residen bangsa Belanda.

Sejak kecil Dewi Sartika sudah menunjukkan bakat pendidik dan kegigihan untuk meraih kemajuan. Sambil bermain di belakang gedung kepatihan, beliau sering memperagakan praktik di sekolah, mengajari baca tulis, dan bahasa Belanda kepada anak-anak pembantu di kepatihan. Papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting dijadikannya alat bantu belajar-mengajar.

Waktu itu Dewi Sartika baru berumur sekitar sepuluh tahun, ketika Cicalengka digemparkan oleh kemampuan baca tulis dan beberapa patah kata dalam bahasa Belanda yang ditunjukkan oleh anak-anak pembantu kepatihan. Gempar, karena di waktu itu belum banyak anak-anak (apalagi anak rakyat jelata) memiliki kemampuan seperti itu, dan diajarkan seorang anak perempuan.

Ketika sudah mulai remaja, Dewi Sartika kembali ke ibunya di Bandung. Jiwanya yang semakin dewasa semakin menggiringnya untuk mewujudkan cita-citanya. Hal ini didorong pula oleh pamannya, Bupati Martanagara, yang memang memiliki keinginan yang sama. Tetapi, meski keinginan yang sama dimiliki oleh pamannya, tidak menjadikannya serta-merta dapat mewujudkan cita-citanya. Adat yang mengekang kaum wanita pada waktu itu, membuat pamannya mengalami kesulitan dan khawatir. Namun karena kegigihan semangatnya yang tak pernah surut, akhirnya Dewi Sartika bisa meyakinkan pamannya dan diizinkan mendirikan sekolah untuk perempuan.

Tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata, seorang yang memiliki visi dan cita-cita yang sama, guru di Sekolah Karang Pamulang, yang pada waktu itu merupakan Sekolah Latihan Guru.

Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan. Di sebuah ruangan kecil, di belakang rumah ibunya di Bandung, Dewi Sartika mengajar di hadapan anggota keluarganya yang perempuan. Merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis, dan sebagainya menjadi materi pelajaran saat itu.

Usai konsultasi dengan Bupati R.A.Martanagara, pada 16 Januari 1904, Dewi Sartika membuka sakola istri (Sekolah Perempuan) pertama se-Hindia Belanda. Tenaga pengajarnya tiga orang, yaitu Dewi Sartika dibantu dua saudara misannya, Nyi Poerwa dan Nyi Oewid. Murid-murid angkatan pertamanya terdiri dari 20 orang, menggunakan ruangan pendopo kabupaten Bandung.

Setahun kemudian, yaitu pada tahun 1905, sekolahnya menambah kelas, sehingga kemudian pindah ke Jalan Ciguriang, Kebon Cau. Lokasi baru ini dibeli Dewi Sartika dengan uang tabungan pribadinya, serta bantuan dana pribadi dari Bupati Bandung. Lulusan pertama keluar pada tahun 1909, membuktikan kepada bangsa kita bahwa perempuan memiliki kemampuan yang tak ada bedanya dengan laki-laki. Pada tahun 1910, dengan menggunakan hartanya pribadi, sekolahnya diperbaiki lagi sehingga bisa lebih memenuhi syarat kelengkapan sekolah formal.

Pada tahun-tahun berikutnya, di beberapa wilayah Pasundan bermunculan beberapa Sakola Istri, terutama yang dikelola oleh perempuan-perempuan sunda yang memiliki cita-cita yang sama dengan Dewi Sartika. Pada tahun 1912 sudah berdiri sembilan Sakola Istri di kota-kota kabupaten (setengah dari seluruh kota kabupaten se-Pasundan). Memasuki usia kesepuluh, tahun 1914, nama sekolahnya diganti menjadi Sakola Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan). Kota-kota kabupaten wilayah Pasundan yang belum memiliki Sakola Kautamaan Istri tinggal tiga per empat. Semangat ini menyebrang ke Bukittinggi, di mana Sakola Kautamaan Istri didirikan oleh Encik Rama Saleh. Seluruh wilayah Pasundan lengkap memiliki Sakola Kautamaan Istri di tiap kota kabupatennya pada tahun 1920, ditambah beberapa yang berdiri di kota kewedanan.

Pada bulan September 1929, Dewi Sartika mengadakan peringatan pendirian sekolahnya yang telah berumur 25 tahun, yang kemudian berganti nama menjadi "Sakola Raden Dewi". Atas jasanya dalam bidang ini, Dewi Sartika dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda.

Dewi Sartika meninggal pada tanggal 11 September 1947 di Tasikmalaya dan dimakamkan dengan suatu upacara pemakamam sederhana di pemakaman Cigagadon, Desa Rahayu, Kecamatan Cineam. Tiga tahun kemudian dimakamkan kembali di kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Bandung.

Kerinci, Sejuta Potensi yang Terabaikan

Sumber: Harian Umum Kompas Juni 2010
Oleh: Irma Tambunan & Ilham Khoiri


Kerinci, di perbatasan Jambi dan Sumatera Barat, bisa dibilang surga dunia wisata. Kawasan ini tak saja memiliki banyak pesona alam dan budaya, tetapi semuanya hadir bersama: gunung, danau, air terjun, kebun teh, hutan, taman nasional, peninggalan bersejarah, dan seni tradisional.

Mari kita daki BUkit Kayangan, satu kawasan puncak di Sungai Penuh, pusat kota kabupaten yang telah dimekarkan dan berjarak 10 kilometer dari pusat kota.

Memandang ke arah barat, pepohonan rimbun memenuhi gugusan bukit barisan. Berpaling ke arah timur, Kota Sungai Penuh terhampar di sebuah lembah berpemukiman padat. Tampak pula Danau Kerinci dengan airnya yang kebiruan.

Di puncak bukit itu kita bisa merasakan udara dingin yang segar. Kabut dengan cepat menyelimuti seluruh pemandangan. Bak berada dalam dunia mimpi. "BUkit ini menjadi favorit wisatawan yang ingin menikmati seluruh kawasan Kerinci dari kejauhan." Papar Sofa, warga Sungai Penuh, awal Mei lalu.

Turun dari Bukit Kayangan, kita bisa menuju Kayu Aro, sentra pertanian hortikultura dan perkebunan teh di kaki GUnung Kerinci. Hamparan kebun teh tua membentuk petak-petak seperti motif beludru. Tak hanya menawan, kebun ini juga punya banyak keunikan.

Didirikan Belanda tahun 1928, Kebun Teh Kajoe Aro menjadi satu hamparan teh terluas di dunia, 2624 hektar, yang mencakup 29 desa. "Teh Kajoe Aro menjadi langganan para bangsawan di Eropa," kata Saiful Kholik Tanjung, Asisten Kepala Perkebunan Teh PTPN VI di Kayu Aro.

Di atas beludru hijau itu, Gunung Kerinci terlihat gagah. Menjulang setinggi 3805 meter di atas permukaan laut. Ini adalah gunung vulkanik tertinggi di Sumatera. Tak jauh dari kawasan ini terdapat Danau Gunung Tujuh pada ketinggian 1950 meter di atas permukaan laut, sebagai danau vulkanik tertinggi di Asia Tenggara.

Kerinci terasa semakin sempurna ketika kita mengetahui bahwa daerah itu juga kaya akan seni dan budaya tradisional, terutama tari dan lagu, yang rutin digelar pada Festival Danau Kerinci di pelataran danau. Selain itu, ada pula sejumlah batu besar peninggalan zaman megalitik pada awal Masehi, Danau Kaca, Rawa Bento, Air terjun Telung Berasap, dan air panas Sumurup.

Daftar wisata alam di Kerinci sekitar 20 obyek. Semuanya punya pesona kuat karena umumnya masih perawan alias terpelihara dengan baik.

Saking indah dan lengkapnya pesona alam di kawasan ini, muncul sebutan yang agak bombastis: Kerinci bagaikan sekepal tanah surga di dunia.

"Pokoknya, jangan mati sebelum ke Kerinci," demikian pesan Bustomi (45), warga Gunung Tujuh, Kerinci.

Sayangnya, berbagai potensi alam itu tak didukung infrastruktur yang memadai. Sarana pendukung seperti jalan raya, angkutan umum, dan penginapan, kurang menunjang. Kerinci, saat ini bisa diakses dari tiga lokasi, yaitu dari Tapan dan Solok Selatan, Sumatera Barat, serta Bangko, Jambi. Di antara ketiga akses itu, hanya jalan dari Solok Selatan menuju Sungai Penuh yang kondisinya baik, walaupun berkelok-kelok. Sementara, dari Tapan dan Bangko, jalannya hancur-hancuran.

Jalan dari kota Bangko menuju Kerinci sepanjang 60-an kilometer sudah lama rusak. Begitu pula ruas dari Tapan menuju Sungai penuh. Lubang besar, aspal terkelupas, dan retak-retak sangat mengganggu perjalanan.

Beberapa titik di jalanan yang berkelok-kelok di atas bukit itu juga longsor. Saat hujan deras, longsoran kerap menyelimuti badan jalan. Kendaraan sulit melintas, bahkan jika melintas bisa tertimbun reruntuhan tanah merah.

Sebenarnya ada juga transportasi udara, dari Bandar Udara Depati Parbo di Sungai Penuh. Setelah hampir tiga tahun ditutup, bandara itu belakangan ini beroperasi kembali. Namun frekuensi penerbangan rendah.

Transportasi umum lainnya juga minim. Untuk menempuh perjalanan darat selama 10-12 jam dari Jambi ke Kerinci hanya tersedia sejumlah minibus dan bus ekonomi. Tingkat kenyamanannya jauh dari memadai.

Hotel yang berfasilitas baik masih terbatas. Tapi, di Kersik Tuo, Kec. Kayu Aro, ada sejumlah rumah warga yang dijadikan home stay.

Lemahnya infrastruktur membuat pesona alam Kerinci menjadi terabaikan, bahkan seperti terisolasi. Akibatnya, Kerinci belum menjadi tujuan wisata favorit bagi wisatawan domestik, apalagi mancanegara.