Monday, May 3, 2010

Namaku...

B: Befriend (suka menolong)
U: Unafraid (tak kenal takut)
N: Naturalness (sedikit lugu)
G: Gadabout (petualang)
A: Ambitious (ambisius)

M: Moody (tergantung mood)
A: Affable (sopan)
R: Reliable (dapat dipercaya)
D: Different (berbeda)
H: Honest (jujur, lurus hati)
O: Obstinate (keras kepala, tegar)
T: Tactician (ahli siasat sesekali)
I: Inquisitive (keingin tahuan tinggi)
L: Loudness (bersuara Keras)
L: Lovely (menyenangkan)
A: Appreciative (menghargai)
H: Hiker (pejalan kaki)



B: Badass (memiliki kebiasaan ekstrim)
U: Unbiased (secara statistik sesuai antara yg diucapkan dg kenyataan...InsyaALLAH)
N: Normal (sebagaimana org kebanyakan)
G: Gutsy (berani)
A: Awesome (kadang2 mengagumkan)

M: Mature (dewasa)
A: Agreeable (ramah)
R: Rebellious (t'kadang b'jiwa pemberontak)
D: Diligent (rajin, tekun)
H: Harmonious (selaras, rukun)
O: Optimistic (Optimis)
T: Talented (berbakat)
I: Industrious (getol)
L: Likable (enak hati/suka hati)
L: Legendary (melegenda)
A: Agressive (agresif)
H: Helpful (kontributif)

Pantun (Minang) Merantau... ;)

Pakan Baru Taratak Buluah
Labuhan kapa dari Siak
Jawek pakirim dagang jauah
Sayang bacampua jo taragak

Singkarak kotonyo tinggi
Sumaniak mandado dulang
Awan Bararak den tangisi
Badan jauah di rantau urang

Rang lubuak Aluang ka Pasa Usang
Mambao ragi tapai jo lamang
Manangih badan di rantau urang
Iyo taragak badan nak pulang

Kok jadi pai ka pakan
Ikan bali balanak bali
Ikan panjang bali dahulu
Kok jadi pai bajalan
Kawan cari dunsanak cari
Induak samang cari dahulu

Elok-elok manyubarang
Jan sampai titian patah
Elok-elok di rantau urang
Jan sampai babuek salah


Sumber: Buku 'Keajaiban Pantun Minang'

Mengolah Sampah jadi Semen...

(Bahan Bakunya Abu Pembakaran Sampah)


Tidak selamanya sampah itu jadi masalah. Di tangan orang-orang kreatif dan cerdas, sampah bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai tinggi. Kabarnya di Jepang, kata Dedy Eka Priyanto, mahasiswa Tokyo National College of Technology, sudah ada orang yang mampu mengubah sampah jadi produk semen yang kemudian dinamakan dengan ekosemen. Mau tahu caranya???


EKOSEMEN

Pada tahun 1992, beberapa peneliti Jepang telah meneliti abu hasil pembakaran sampah, dan endapan air kotor. Hasilnya diketahui bahwa abu hasil pembakaran sampah itu ternyata mengandung unsur yang sama dengan bahan dasar semen pada umumnya. Sehingga pada tahun 1998, setelah melalui proses uji kelayakan, akhirnya pabrik ekosemen pertama di dunia yang mengubah sampah jadi semen didirikan di kota Chiba. Pabrik tersebut mampu menghasilkan ekosemen sebanyak 110.000 ton per tahunnya. Sedangkan sampah yang diubah menjadi abu yang kemudian diolah menjadi semen mencapai 62.000 ton per tahun. Sementara, endapan air kotor dan residu pembakaran sebanyak 28.000 ton per tahun. Hingga saat ini sudah dua pabrik di Jepang yang memproduksi ekosemen.



PEMBUATAN EKOSEMEN

Karena sudah diketahui bahwa abu sampah dan endapan air kotor ini mengandung senyawa-senyawa oksida seperti CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3, abu ini bisa berfungsi sebagai pengganti clay yang digunakan pada pembuatan semen biasa.

Namun, karena CaO yang terkandung pada abu hasil pembakaran sampah dinilai masih belum mencukupi, sehingga limestone (batu kapur) sebagai sumber CaO masih tetap dibutuhkan sekitar 52 persen dari keseluruhan. Sedangkan pada semen biasa, limestone yang dibutuhkan mencapai 78 persen dari keseluruhan.

Proses selanjutnya adalah abu hasil pembakaran sampah (39 persen), limestone (52 persen), endapan air kotor (8 persen) dan bahan lainnya dimasukkan ke dalam rotary klin untuk kemudian dibakar. Untuk mencegah terbentuknya dioksin, pada proses pembakaran di rotary klin, dilakukan pada suhu 1400 derajat celcius lebih. Di mana pada suhu tersebut dioksin terurai secara aman.

Setelah itu, gas hasil pembakaran pada rotary klin didinginkan secara cepat untuk mencegah proses pembentukan dioksin ulang. Sehingga hasil gas buangnya tidak berbahaya bagi manusia. Apabila pada hasil pembakaran masih mengandung senyawa logam, maka sebaiknya dipisahkan, untuk kemudian dapat dipergunakan untuk kebutuhan lain. Demikianlah hasil akhir dari proses ekosemen.


KUALITAS EKOSEMEN

Berdasarkan hasil pengujian JSA (Japan Standard Association), ekosemen memiliki kualitas yang sama baiknya dengan semen biasa. Sehingga saat ini ekosemen sudah banyak digunakan dalam pembuatan jembatan, jalan, rumah, dan bangunan lainnya di Jepang.




PELUANG DI INDONESIA

Indonesia belum bisa lepas dari masalah sampah. Meskipun sudah banyak upaya yang dilakukan, termasuk dengan mengubahnya menjadi sumber energi seperti metan, namun karena kurang prospek dari segi ekonomi, akhirnya dalam perkembangannya masih jalan di tempat.

Pengolahan sampah menjadi semen, tentu menjadi peluang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia. Sebab di jakarta saja sampah yang dihasilkan oleh warganya mencapai 6000 ton lebih per hari. Apalagi pembuatan ekosemen hampir sama dengan pembuatan semen biasa, sehingga mungkin saja bisa dilakukan kerja sama antara pemprov dengan industri semen. Apabila kerjasama ini bisa dilakukan, maka aka jadi kerjasama yang menguntungkan baik pihak pemprov maupun pihak industri. Dari pihak pemerintah penanganan masalah sampah lebih dapat diatasi dengan cara yang tidak menimbulkan masalah. Sedangkan bagi pihak industri, pembuatan ekosemen ini dapat mengurangi penggunaan limestone yang cukup signifikan (26 persen), sehingga biaya produksinya jauh lebih murah.



Sumber: Majalah Pelajar

Buya HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), Biar Dipenjara, Tak Pernah Mendendam


Ternyata yang namanya penjara itu nggak selalu bikin stress. Malah dalam penjara itu, Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan Buya Hamka ini ternyata berhasil menyelesaikan buku tafsir Al-Azhar 30 Juz.

Buya Hamka dipenjara selama dua tahun empat bulan karena berbeda pendapat dengan Bung Karno soal dasar negara Pancasila. Meskipun Bung Karno memenjarakannya, saat meninggal Buya Hamka lah yang menjadi imam untuk sholat jenazahnya.



SEKELUMIT TENTANG BUYA HAMKA

Sebagaimana umumnya anak-anak di Minangkabau, dia belajar mengaji dan tidur di surau selain belajar pencak silat. Dia juga masuk sekolah desa sampai kelas 2 tingkat dasar. Sore harinya ia belajar agama di Sekolah Diniyah (Sekolah agama-madrasah).

Katanya itu saat terindah pada dirinya. Pagi pergi ke sekolah dengan bergegas, supaya dapat bermain sebelum bersekolah, sampai pukul sepuluh tengah hari. Kemudian bermain-main lagi, main petak umpet, main galah, bergelut, bertinju, main banting-bantingan, seperti layaknya anak-anak lainnya bermain.

Tapi kemudian masa kecilnya yang indah itu berakhir. Hamka mengikuti ayahandanya yang mengajar di Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Ia berkesempatan belajar di Perguruan Thawalib yang dipimpin oleh ayahnya selama beberapa waktu, namun tak sampai tamat. Selama belajar di Thawalib, ia bukan termasuk anak yang pandai. Hamka sangat malas belajar dan seringkali meninggalkan sekolahnya selama beberapa hari.

Hamka remaja punya banyak hobi. Salah satu kesukaannya ialah mengembara mengunjungi perguruan pencak silat, mendengar senandung dan kaba, yaitu kisah-kisah rakyat yang dinyanyikan dengan alat musik tradisional, rebab dan saluang (alat musik tiup khas Minang). Kegemarannya yang lain adalah menonton Film, bahkan demi hobinya itu ia pernah mengelabui ayahandanya yang merupakan guru mengajinya, dalam memenuhi hasratnya menonton. Melalui hobi itulah seringkali ia mendapat inspirasi untuk menulis.

Buya Hamka lahir 16 Februari 1908 di Ranah Minangkabau, desa Kampung Molek, Nagari Sungai Batang, di Tepian Danau Maninjau, Luhak Agam, Sumatera Barat. Nama kecilnya adalah Abdul Malik, sedangkan Karim berasal dari nama ayahnya, Haji Abdul Karim dan Amrullah adalah nama dari kakeknya, Syeikh Muhammad Amrullah.


DIASUH SANG NENEK

Saat Hamka berusia 12 tahun, kedua orang tuanya bercerai. Hal ini berakibat terhadap perkembangan kejiwaannya. Dia merasa kurang mendapatkan kasih sayang yang sewajarnya dari kedua orang tuanya. Hamka yang kemudian mengikuti ayahnya pindah ke Padang Panjang, harus menghadapi cemoohan dari keluarga ayahnya sendiri. Menurut adat Minang, seorang anak lelaki dianggap tidak pantas tinggal bersama ayahnya yang tidak lagi beristrikan ibu kandungnya. Sebaliknya, untuk tinggal bersama ibunya pun, dia tidak merasa nyaman, karena ada bapak tiri. Beruntung neneknya sangat menyayangi Hamka sejak buya Hamka dilahirkan. Dia pun tinggal dan lebih banyak menghabiskan masa kecil bersama neneknya.


MERANTAU KE JAWA

Pada tahun 1924, Buya Hamka merantau ke Pulau Jawa. Hal itu dipicu renggangnya hubungannya dengan sang ayah serta etos merantau orang Minangkabau. Hamka pergi ke pulau Jawa saat baru menyelesaikan pendidikan formalnya antara 1916 sampai 1923 di Sekolah Diniyah di Parabek, kemudian dilanjutkan belajar di Sumatera Thawalib di Padang Panjang.

Dorongan lain dia merantau adalah karena awal abad 20, di pulau Jawa mulai muncul gerakan-gerakan politik keagamaan, seperti Sarekat Islam yang dipimpin oleh Haji Oemar Said Tjokroaminoto, Muhammadiyah yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Begitu juga gerakan-gerakan nasionalis yang kesemuanya bertujuan menuntut kemerdekaan Indonesia di bawah pimpinan Soekarno. Di Yogyakarta, Abdul Malik menumpang di rumah pamannya Jakfar Amrullah, seorang pedagang batik.

Selama bermukim di sana, Buya Hamka aktif mengikuti kursus-kursus yang diadakan oleh Organisasi Sarekat Islam. Dia belajar langsung pada H.O.S Tjokroaminoto, pimpinan Sarekat Islam. Belajar pengetahuan Sosiologi dari Soerjopranoto, Filsafat dan SEjarah (Islam) dari K.H. Mas Mansur, dan tafsir dari Ki Bagus Hadikusumo. Buya Hamka juga sempat mengembara ke Bandung, bertemu tokoh Masyumi A.Hassan dan M.Natsir yang memberinya kesempatan menulis dalam majalah Pembela Islam.


ULAMA MUDA YANG DISEGANI

Setahun merantau, pada 1925 Buya Hamka kembali ke Minang. Saat itu usianya baru 17 tahun, tapi telah menjadi ulama muda yang disegani. Dia tumbuh jadi tukang pidato. Maka di Minang dia membuka kursus-kursus pidato untuk kalangan seusianya. Dengan telaten pidato kawan-kawannya itu diterbitkan jadi buku dengan judul Khatib ul-Ummah. Inilah karya perdana Abdul Malik sebagai seorang penulis. Tapi itu mendapat kritik dari sang ayah.

Karena kritik itu, Hamka kemudian merantau lagi untuk menambah pengetahuannya. Pada 1927, Hamka pergi tanpa pamit kepada ayahnya untuk menunaikan ibadah haji sekaligus memperdalam pengetahuan Islam pada ulama-ulama di sana.

Beberapa lama tinggal di Tanah Suci, Hamka berjumpa H. Agus Salim. Lalu Agus Salim menyarankan agar Hamka segera pulang ke Tanah Air. "Banyak pekerjaan yang jauh lebih penting menyangkut pergerakan, studi, dan perjuangan yang dapat engkau lakukan. Karenanya, akan lebih baik mengembangkan diri di tanah airmu sendiri," kata Agus Salim.

Kata-kata pemimpin besar itu oleh Hamka dianggap sebagai suatu 'titah'. Ia pun segera kembali ke tanah air setelah tujuh bulan bermukim di Mekah. Tetapi bukannya pulang ke Padang Panjang di mana ayahnya tinggal, Hamka malah menetap di Medan, kota tempat berlabuh kapal yang membawanya pulang.


DEKAT KEMBALI DENGAN SANG AYAH

Karena tidak langsung pulang ke Padang Panjang, rupanya Hamka mendapat kecaman dari orang-orang di kampungnya. Beberapa kali surat dikirimkan, namun Hamka bersikeras tak mau pulang.

Ayahnya kemudian meminta A.R.Sutan Mansur untuk menjemput Hamka. Kharisma dan pribadi lembut guru sekaligus kakak iparnya itu yang membuat Hamka luluh. Akhirnya ia pulang ke kampung dan diterima ayahnya dengan rasa haru yang dalam.

Kata Haji Rasul, "Mengapa tidak engkau beritahu bahwa begitu mulia dan suci maksudmu? Abuya (ayah) ketika itu sedang susah dan miskin. Kalau itu maksudmu, tak kayu jenjang dikeping, tak emas bungkal diasah."

Hamka berurai air mata mendapat sambutan sehangat itu dari seorang ayah yang sepanjang masa mudanya terasa begitu jauh dari kehidupannya. Hapus sudah figur seorang ayah yang keras dan dingin.


BANYAK MENULIS BUKU

Selain jago pidato, Hamka juga jago menulis. Ada ratusan buku yang telah dikarangnya. Bukunya beragam. Mulai buku soal agama Islam hingga novel. Maka tak salah jika Hamka dijuluki Ulama Pujangga. Karya Hamka yang menjadi tonggak kepujanggaannya adalah LailaMajnun yang diilhami sebuah cerita pendek berjudul Majdulin yang dibacanya dalam sebuah majalah Arab.

Karya terbesar Hamka adalah buku Tafsir Al-Azhar lengkap 30 Juz. Hingga kini, bukunya tetap relevan dengan kehidupan beragama di Indonesia. Karyanya itu ia selesaikan ketika mendekam di tahanan saat berbeda pendapat dengan Bung Karno tentang Pancasila sebagai falsafah negara. Sejarah mencatat, ketika Soekarno wafat, Buya Hamka lah yang memimpin sholat jenazah Presiden pertama RI, kawan sekaligus lawan dalam kehidupannya itu.

Tidak hanya itu, jejak Buya Hamka ini banyak kita temui. Sebagai bukti penghargaan yang tinggi dalam bidang keilmuan, Persyarikatan Muhammadiyah kini telah mengabadikan namanya pada sebuah perguruan tinggi yang berada di Yogyakarta dan Jakarta: Universitas Hamka (UHAMKA). Buya Hamka wafat di Jakarta, 24 Juli 1981.


MUSEUM BUYA HAMKA

Di tanah kelahirannya kini berdiri sebuah bangunan yang dijadikan museum untuk mengenang jasa dan pengabdiannya pada masyarakat. Museum ini sudah berjalan enam tahun. Bangunannya diresmikan 11 November 2001 oleh H. Zainal Bakar, gubernur Sumbar masa itu.

Di dalam museum itu tersimpan bebagai peninggalan Buya Hamka. Ada ruang tidur yang berisi ranjang bersalut kelambu yang dulu sempat menjadi tempat tidurnya. Di sudut ruangan lainnya tampak aneka barang, seperti sebilah tongkat yang dalam rak tersendiri, dua kursi rotan, juga ada lemari kaca berisi jubah dan juga aksesoris lain yang biasa dikenakan buya. Di semua dinding banyak foto buya.


Sumber: Majalah Pelajar






Andrie Wongso

Anda pasti akrab dengan seruan motivatifnya: "Success is my right!" Tentu kalimat itu tidak muncul begitu saja. Ada kisah di baliknya, yaitu berbagai tempaan hidup yang menerpa diri dan keluarganya sejak kecil.

Andrie tumbuh di tengah keluarga sederhana. Ibunya berjualan pisang goreng di kantin sebuah sekolah di Malang, Jawa Timur, kota kelahirannya. Setelah peristiwa G 30 S, sekolahnya ditutup. Hal ini berdampak kepada mandegnya dua hal: arus keuangan keluarganya dan pendidikan formal Andrie. "Jadi sekarang gelar di belakang nama saya adalah SDTT, TBS (Sekolah Dasar Tidak Tamat, Tapi Bisa Sukses)," katanya.

Untunglah ibu Andrie tidak mudah putus asa. Ia melanjutkan berjualan sendiri di rumah, dibantu Andrie serta kakak dan adiknya. Mereka menjajakan kue yang dibuat ibunya keliling kampung. Dari situlah usaha terus tumbuh dan membesar. "Ibu saya telah memberi teladan bahwa masalah yang terjadi dalam hidup ini untuk diatasi, bukan dikeluhkan," kenangnya.

Menyadari hal itu, semangat hidup Andrie terpompa. Maka Andrie (kala itu berusia 22) hijrah ke Jakarta dan bertekad menghadapi apa pun dengan berani dan jujur. Dari menjadi salesman, guru kungfu, bintang film hingga sukses seperti sekarang. "Al-Quran punya ajaran universal yang sangat bagus, bahwa ALLAH tidak akan mengubah nasib kalau kita tidak berupaya mengubah diri kita sendiri," ujarnya. Dengan kata lain, lanjutnya, manusia telah diberi hak untuk mengubah dirinya sendiri, dan ALLAH akan membantu, entah dengan cara apa. Karena sudah menjadi hak, maka bekerjalah dengan keras, berpagarkan bingkai benar, baik, dan halal.

Kalau kesadaran itu sudah tumbuh, langkah selanjutnya adalah membesarkan mimpi kita. Dengan bekal kesadaran 'sukses itu hak kita', maka mimpi akan mudah diraih. "Sukses bukanlah keberuntungan, bukan pula kebetulan dan instan. Sukses itu berproses, dan ada banyak unsur yang berperan: kita sendiri, orang lain, waktu dan Tuhan," serunya.


Taken From: Reader's Digest Indonesia

Halalan Thayyiban (Catatan Kuliner Nurul Fajriati saat liburan di Thailand)

Waktu tiba di Phuket untuk liburan, sudah terbayang semangkuk sup Tom Yam rasa ayam pedas. Karena tahu bahwa penduduk di bagian selatan Thailand itu sebagian besar muslim, saya yakin takkan sulit mencari makanan halal. Ternyata tidak, lho!

Di sepanjang jalan di Pantai Patong, Phuket, memang banyak restoran. Sayang, hampir semua menu menyelipkan kata pork alias babi. Yah, nggak halal deh.

Karena sudah lapar, akhirnya food court di mal jadi pilihan. Di sudut mal, saya menemukan kedai masakan India dengan tulisan halal terpampang di papan namanya. Sup Tom Yam halal akhirnya bisa saya santap, walau harus ke Khai Nai, pulau kecil di tengah laut Andaman.

Penasaran ingin berwisata kuliner, keesokan harinya saya kembali ke Patong. Malam hari, pedagang makanan kaki lima jauh lebih ramai dibandingkan siang. Ada yang menjual lembaran cumi-cumi panggang. Ada juga daging yang ditusuk biting bambu dan dicelupkan ke saos merah. Masalahnya, para pedagang itu sulit sekali ditanya-tanya tentang dagangannya. Saya hanya bisa gigit jari melihat mie gerobak yang menggiurkan. Sekilas tampak toge yang besar-besar dan kuah panas yang mengepul-ngepul.

Akhirnya saya jajan waffle isi pisang dan martabak pisang. Martabak itu mirip martabak telur. Isinya telur kocok dan pisang. Saat disajikan, martabak disiram susu kental manis dan cokelat cair. Nyam...nyam.

Selain itu, saya juga membeli sticky rice with mango alias nasi ketan yang dimasak dengan santan dan gula, dan disajikan bersama susu kental manis dan potongan mangga matang. legit rasanya.

Sarapan juga menjadi masalah buat saya di Patong. Tak banyak toko yang buka di pagi hari. Untung saya sudah berbekal makanan instan dari rumah.


Taken From: Reader's Digest Indonesia

Sunday, May 2, 2010

IBROH SIROH NABAWIYAH (Part 2)

Oleh: Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy

• Nabi S’AW Mendatangi Kabilah-kabilah dan Permulaan Kaum Anshar Menganut Islam. Pada tahun ke-11 dari kenabian, Rasulullah S’AW mendatangi kabilah-kabilah sebagaimana dilakukannya setiap tahun. Ketika berada di Aqabah, Nabi S’AW bertemu dengan sekelompok orang dari kabilah Khazraj yang sudah dibukakan hatinya oleh 4wl untuk menerima kebaikan. Setelah Rasulullah S’AW berbicara kepada mereka dan mengajak mereka untuk menganut Islam, mereka berkata seraya saling berpandangan, “Demi 4wl, ketahuilah bahwa dia adalah Nabi yang dijanjikan oleh orang-orang Yahudi kepadamu. Jangan sampai mereka mendahului kamu.” Akhirnya mereka bersedia menganut Islam dan berkata, “Kami tinggalkan kabilah kami yang selalu bermusuhan satu sama lain. Tidak ada kabilah yang saling bermusuhan begitu hebat seperti mereka; masing-masing berusaha menghancurkan lawannya. Mudah-mudahan bersama Anda, 4wl akan mempersatukan mereka lagi. Kami akan mendatangi mereka dan mengajak mereka supaya taat kepada Anda. Kepada mereka, akan kami tawarkan pula agama yang telah kami terima dari Anda. Apabila 4wl berkenan Mempersatukan mereka di bawah pimpinan anda, tidak ada orang lain yang lebih mulia dari Anda!” Mereka kemudian pulang dan berjanji kepada Rasulullah S’AW akan bertemu lagi pada musim haji mendatang.

• Ibroh dari Bai’at Aqobah Pertama, adalah mudah bagi 4wl untuk Menegakkan masyarakat Islam tanpa memerlukan jihad, kesabaran, dan jerih payah menghadapi berbagai penderitaan tersebut. Akan tetapi, perjuangan berat ini sudah menjadi sunnatullah pada para hamba-Nya yang ingin mewujudkan ta’abbud kepada-Nya secara sukarela, sebagaimana secara terpaksa mereka harus tunduk patuh kepada ketentuan-Nya. Ta’abbud ini tidak akan tercapai tanpa perjuangan dan pengorbanan. Tidak akan dapat diketahui siapa yang jujur dan siapa yang munafik tanpa adanya ujian berat atau pembuktian. Tidaklah adil jika manusia mendapatkan keuntungan tanpa modal. Karena itu, 4wl Mewajibkan dua hal kepada manusia. Pertama, menegakkan syariat Islam dan masyarakatnya. Kedua, berjalan mencapai tujuan tersebut di jalan yang penuh dengan onak duri. Hasil-hasil yang telah mulai tampak pada awal tahun ke-11 dari dakwah Rasulullah S’AW:
1. Hasil dan buah yang dinanti-nanti ini datang dari luar Quraisy, jauh dari kaum Rasulullah S’AW sendiri, kendatipun beliau telah bergaul dan hidup di tengah-tengah mereka sekian lama. Mengapa? Hikmah Ilahiyah menghendaki agar dakwah Islamiyah berjalan pada jalan yang tidak akan menimbulkan keraguan terhadap orang yang memperhatikan tabiat dan sumbernya sehingga mudah diyakini. Agar tidak terjadi kerancuan antara dakwah Islam dan dakwah-dakwah lainnya, 4wl Mengutus Rasulullah S’AW dalam keadaan ummi, tidak pandai membaca dan menulis, di tengah-tengah umat yang ummi yang tidak pernah mengimpor peradaban lain, dan tidak dikenal memiliki peradaban atau kebudayaan tertentu. Karena itu, 4wl Menjadikannya teladan akhlak, amanah, dan kesucian. Itulah sebabnya, 4wl kemudian Menghendaki agar para pendukungnya yang pertama datang dari luar lingkungan dan kaumnya supaya tidak muncul tuduhan bahwa dakwah Rasulullah S’AW adalah dakwah nasionalisme yang dibentuk oleh ambisi-ambisi kaumnya dan suasana lingkungannya.

2. Jika kita perhatikan cara permulaan Islamnya kaum Anshar, tampak 4wl telah Mempersiapkan kehidupan dan lingkungan kota Madinah untuk menerima dakwah Islam. Di dalam dada para penduduk Madinah telah ada kesiapan untuk menerima Islam. Apakah bentuk kesiapan jiwa ini? Seperti telah diketahui, penduduk Madinah terdiri atas penduduk asli, yaitu musyrikin Arab dan orang-orang Yahudi yang datang dari berbagai tempat di jazirah. Kaum musyrik Arab terbagi menjadi dua kabilah besar, Aus dan Khazraj. Terjadi beberapa kali peperangan antara mereka. Berkata Muhammad bin Abdul Wahhab di dalam kitabnya, Mukhtasar Sirah Rasul S’AW, bahwa peperangan antara kedua suku ini berlangsung selama 120 tahun. Dalam peperangan yang panjang ini, masing-masing dari suku Aus dan Khazraj bersekutu dengan kabilah Yahudi. Aus bersekutu dengan bani Quraidhah, sedangkan khazraj bersekutu dengan bani Nadhir dan bani Qainuqa’. Peperangan terakhir yang terjadi antara Aus dan Khazraj ialah Perang Bu’ats. Terjadi beberapa tahun sebelum Hijrah dan mengorbankan sejumlah besar pemimpin mereka. Selama masa tersebut, setiap kali terjadi perselisihan antara Yahudi dan Arab, kaum Yahudi senantiasa mengancam orang-orang Arab dengan kedatangan Nabi yang mereka akan menjadi pengikutnya dan memerangi orang-orang Arab sebagaimana kaum ’Aad dan Iram diperangi. Kondisi inilah yang menjadikan penduduk Madinah senantiasa mengharapkan kedatangan agama ini. Banyak di antara mereka yang menggantungkan harapan kepada agama ini untuk bisa mempersatukan barisan mereka dan mengakhiri perselisihan yang berkepanjangan sesama mereka itu. Hal ini termasuk sesuatu yang telah dilakukan 4wl untuk Rasul-Nya, sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Qayyim di dalam Zaadul Ma’ad. Dengan demikian, dia telah dipersiapkan untuk hijrah ke Madinah karena 4wl Menghendaki Madinah ssebagai tempat bertolaknya penyebaran Islam ke seluruh penjuru dunia.

3. Pada Baiat Aqabah pertama, beberapa tokoh penduduk Madinah masuk Islam. Bagaimanakah gambaran keislaman mereka? Apa batas-batas tanggung jawab yang dipikulkan Islam kepada mereka? Telah diketahui bahwa keislaman mereka bukan sekedar mengucapkan dua kalimat syahadat, melainkan merupakan ketetapan hati dan pengakuan lisan kemudian dilanjutkan dengan janji setia (baiat) kepada Rasulullah S’AW untuk membina akhlak mereka dengan akhlak dan prinsip-prinsip Islam, tidak menyekutukan 4wl, tidak berzina, tidak mencuri, tidak membunuh anak-anak mereka, tidak akan berdusta untuk menutup-nutupi apa yang ada di depan dan belakang mereka, dan tidak akan bermaksiat kepada Rasulullah S’AW dalam hal kebaikan yang diperintahkan. Inilah rambu-rambu terpenting dari masyarakat Islam yang akan ditegakkan Rasulullah S’AW. Setiap keimanan terhadap keesaan 4wl dan Risalah Muhammad S’AW harus dibarengi dengan keimanan kepada kedaulatan 4wl dan keharusan mengikuti syariat dan undang-undang-Nya. Hanya saja, dalam baiat ini tidak terdapat butir tentang jihad karena pada waktu itu jihad dan qital belum disyariatkan. Karena itu, pembaiatan Rasulullah S’AW kepada dua belas orang tersebut tidak menyebutkan masalah jihad.

4. Tidak diragukan lagi bahwa Rasulullah S’AW adalah pengemban kewajiban dakwah kepada agama 4wl karena beliau utusan-Nya yang harus menyampaikan dakwah kepada semua manusia. Akan tetapi, bagaimana halnya dengan orang-orang yang memeluk Islam dan apa kaitan mereka dengan tugas dakwah ini? Jawaban terhadap pertanyaan ini terdapat pada penugasan Rasulullah S’AW kepada Mush’ab bin Umair supaya menyertai kedua belas orang tersebut ke Madinah. Tugasnya adalah untuk mengajak penduduk Madinah masuk Islam dan mengajarkan bacaan al-Quran, hukum-hukum Islam dan cara melaksanakan sholat kepada mereka. Mush’ab bin Umair menyambut perintah Rasulullah S’AW ini dengan senang hati. Sesampainya di Madinah dalam menunaikan tugas dakwahnya, tidak jarang ia menghadapi ancaman pembunuhan, ia selalu membacakan ayat-ayat al-Quran dan hukum-hukum Islam kepada orang yang mengancamnya sehingga dengan serta merta orang tersebut melepaskan pedangnya dan menyatakan diri masuk Islam. Karena itu, tersebarlah Islam di semua rumah penduduk Madinah dalam waktu yang sangat singkat sehingga Islam menjadi pokok pembicaraan di antara penduduknya. Mush’ab bin Umair adalah putra Makkah yang hidup dalam kemegahan dan kemewahan Arab. Setelah masuk Islam, semua kemewahan dan kesenangan itu ia tinggalkan demi menunaikan tugas dakwah Islam dan mengikuti perintah Rasulullah S’AW dengan menanggung beban yang berat sampai akhinya mati syahid di perang Uhud. Bahkan ketika syahid, ia hanya mengenakan selembar kain yang tidak cukup untuk mengafaninya. Ketika hal ini disampaikan kepada Rasulullah S’AW, beliau menangis karena mengenang kemegahan dan kemewahan yang pernah direguknya pada awal kehidupannya. Rasulullah S’AW kemudian bersabda, ”Tutupkan kain itu di atas kepalanya dan tutuplah kedua kakinya dengan pelepah.” Tugas dakwah bukan hanya tugas para Nabi dan Rasul, juga bukan hanya tugas para khalifah dan ulama yang datang sesudahnya, melainkan bagian yang tak terpisahkan dari hakikat Islam itu sendiri. Tidak ada alasan bagi setiap muslim untuk tidak melakukannya. Apapun kedudukan, pekerjaan, dan keahliannya. Hal ini karena hakikat dakwah Islam ialah amar ma’ruf dan nahi munkar yang mencakup semua pengertian jihad dalam Islam. Dari sini dapat diketahui bahwa dalam masyarakat Islam tidak ada yang dinamakan rijaluddin (petugas agama) yang ditujukan kepada pihak tertentu dari kaum Muslimin. Hal ini karena setiap orang yang memeluk Islam berarti telah baiat kepada 4wl dan rasul-Nya untuk berjihad menegakkan agama (Islam), baik lelaki maupun wanita, orang berpengetahuan maupun bodoh. Seluruh kaum Muslimin adalah prajurit bagi agama Islam. 4wl telah Membeli jiwa dan harta mereka dengan harga surga.

• Baiat Aqabah kedua secara prinsip sama dengan Baiat Aqabah pertama karena keduanya merupakan pernyataan masuk Islam di hadapan Rasulullah S’AW dan perjanjian untuk taat, mengikhlaskan agama kepada 4wl, dan patuh kepada perintah-perintah Rasul-Nya. Dua perbedaan penting yang patut dicatat di sini, pertama, jumlah orang-orang Madinah yang berbaiat pada Bai’at ’Aqabah pertama sebanyak 12 orang lelaki, sedangkan jumlah orang-orang yang berbaiat pada Bai’at ’Aqabah kedua lebih dari tujuh puluh orang, dua di antaranya adalah perempuan. Kedua, butir-butir baiat yang pertama tidak menyebutkan masalah jihad dengan kekuatan. Akan tetapi, baiat kedua menyebutkan secara jelas perlunya jihad dan membela Rasulullah S’AW dan dakwahnya dengan segala sarana. Baiat kedua merupakan landasan bagi hijrah rasulullah S’AW ke Madinah karena Baiat ini menyebutkan prinsip-prinsip yang akan disyariatkan setelah hijrah ke Madinah, terutama mengenai masalah jihad dan membela dakwah Islam dengan kekuatan. Kendatipun hukum ini belum disyariatkan 4wl di Makkah, tetapi sudah disyariatkan kepada Rasulullah S’AW bahwa hukum tersebut sebentar lagi akan disyariatkan. Dari sini dapat diketahui bahwa qital (peperangan) dalam Islam tidak disyariatkan kecuali setelah hijrah Rasulullah S’AW ke Madinah. Mengapa jihad dengan kekuatan qital baru disyariatkan pada masa tersebut? Itu karena beberapa hikmah, di antaranya sebagai berikut:

1. Tepat sekali jika dilakukan pengenalan tentang Islam, seruan kepadanya, pembeberan argumentasi-argumentasinya, dan penjelasan terhadap segala kemuskilannya sebelum diwajibkan qital. Tidak diragukan lagi bahwa hal ini merupakan tahapan-tahapan awal dalam jihad. Karena itu, pelaksanaannya merupakan fardhu kifayah, di mana kaum Muslimin sama-sama bertanggung jawab terhadapnya.

2. Adalah rahmat 4wl kepada hamba-Nya bahwa 4wl tidak Mewajibkan qital kecuali setelah ada Darul Islam yang dapat dijadikan sebagai tempat berlindung dan mempertahankan diri. Dalam kaitan ini, Madinah adalah Darul Islam yang pertama.

• Penjelasan Umum tentang Jihad dan Pensyariatannya. Tidak perlu heran jika melihat musuh-musuh Islam menaruh perhatian besar terhadap masalah jihad ini karena jihad merupakan hal yang paling ditakuti oleh musuh-musuh Islam. Mereka menyadari, jika semangat jihad ini bangkit di dalam dada kaum muslimin dan memiliki pengaruh pada kehidupan mereka, kapan dan di mana saja berada, niscaya tidak ada satu kekuatan pun yang sanggup mengalahkannya.

• Jihad ialah mengerahkan segala upaya untuk meninggikan kalimat 4wl dan menegakkan masyarakat Islam. Mengerahkan upaya dengan jalan qital merupakan salah satu bagiannya. Tujuannya ialah menegakkan masyarakat Islam dan mendirikan negara Islam yang benar.

• Tahapan-tahapannya; Pertama, jihad pada masa awal Islam berupa dakwah secara damai disertai kesiapan menghadapi berbagai kesengsaraan dan cobaan berat. Kemudian bersamaan dengan permulaan Hijrah disyariatkan ”perang defensif”, yaitu membalas kekuatan dengan kekuatan serupa. Setelah itu, disyariatkan qital (perang) terhadap setiap orang yang menghalangi penegakan masyarakat Islam. Bagi orang-orang atheis, penyembah berhala, dan musyrik, tidak ada pilihan lain kecuali harus menerima Islam karena tidak mungkin terjadi keselarasan antara mereka dan masyarakat Islam yang sehat. Seperti halnya Ahli Kitab dibolehkan tunduk kepada masyarakat Islam dan tinggal bersama kaum Muslimin dengan syarat bersedia membayar jizyah kepada negara. Jizyah ini sama dengan zakat yang dibayar oleh umat Islam. Pada tahapan akhir inilah hukum jihad dalam Islam ditetapkan secara final dan tuntas. Hal ini menjadi kewajiban kaum muslimin pada setiap masa manakala mereka memiliki kekuatan dan persiapan yang memadai untuk melakukannya. Menyangkut tahapan ini, 4wl berfiman:
”Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah bahwa 4wl bersama orang-orang yang bertaqwa.” (at-Taubah [9]: 123).

Tentang tahapan ini pula, Rasulullah S’AW menyatakan, ”Aku diperintahkan memerangi manusia sampai mereka mengucapkan la Ilaha illallah. Barangsiapa telah mengucapkannya maka harta dan jiwanya terpelihara dariku, kecuali karena haknya (hak Islam). Kemudian urusannya terserah kepada 4wl. (HR. Bukhari & Muslim).
Dari sini dapat disimpulkan bahwa pembagian jihad di jalan 4wl kepada perang defensif dan perang ofensif tidaklah tepat sebab disyariatkannya jihad bukan karena faktor defence (mempertahankan diri) dan offense (penyerangan) itu sendiri. Akan tetapi, jihad itu disyariatkan karena kebutuhan pengakuan masyarakat Islam kepada sistem dan prinsip-prinsip Islam.

Adapun perang defensif yang disyariatkan ialah seperti seorang Muslim yang mempertahankan harta, kehormatan, tanah, atau kehidupannya. Tindakan ini dalam fiqih Islam disebut dengan qitalush shail (pertarungan).

Para orientalis ingin menghapuskan fikrah jihad dari pemikiran kaum Muslimin dan mematikan semangat perjuangan dari dada mereka. Berikut ini pernyataan orientalis Inggris, Anderson, yang dikutip oleh Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam kitabnya, Atsarul Harbi fil-Fiqihil Islami. ”Orang-orang Barat, terutama Inggris, takut akan munculnya pemikiran jihad di kalangan Muslim yang akan mempersatukan mereka dalam menghadapi musuh-musuhnya. Karena itu, orang-orang barat selalu berusaha menghapuskan pemikiran jihad ini.”

Kembali kepada masalah Bai’at Aqabah kedua. Karena sesuatu yang diinginkan 4wl, akhirnya kaum musyrik Makkah mengetahui berita bai’at ini dan apa yang telah disepakati antara Rasulullah SAW dan kaum Muslimin Madinah. Barangkali hikmahnya ialah untuk mempersiapkan sebab-sebab hijrah Nabi S’AW ke Madinah. Akan kita ketahui bahwa berita yang didengan oleh kaum musyrik ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesepakatan mereka untuk membunuh dan menghabisi Rasulullah S’AW. Bagaimanapun, bai’at Aqabah kedua merupakan pengantar pertama bagi hijrah Rasulullah S’AW ke Madinah.

• Cobaan berat yang dihadapi oleh para sahabat Rasulullah S’AW semasa di Makkah adalah berupa gangguan, penyiksaan, cacian, dan penghinaan dari kaum musyrik. Setelah Rasulullah S’AW mengizinkan mereka berhijrah, cobaan berat itu kini berupa meninggalkan rumah, tanah air, harta kekayaan, dan keluarga. Ini menggambarkan pribadi muslim yang mengikhlaskan agama kepada 4wl, tidak memperdulikan harta kekayaan, tanah air, dan kerabat demi menyelamatkan agama dan aqidahnya.

• 4wl telah Menjadikan persaudaraan aqidah lebih kuat ketimbang persaudaraan nasab. Karena itu, pewarisan harta kekayaan di awal Islam didasarkan pada asas aqidah, ukhuwah, dan hijrah di jalan 4wl.

• Hukum waris berdasarkan hubungan kerabat tidak ditetapkan kecuali setelah sempurnanya Islam di Madinah dan terbentuknya Darul Islam yang kuat.

• Dari pensyariatan hijrah ini, dapat diambil dua hukum syar’i

1. Wajib berhijrah dari Darul Harbi ke Darul Islam. Al Quthuby meriwayatkan pendapat Ibnul Arab, ”Sesungguhnya, hijrah ini wajib pada masa Rasulullah S’AW dan tetap wajib sampai hari kiamat. Hijrah yang terputus dengan Fat-hu Makkah itu hanya di masa Nabi S’AW. Karena itu, jika ada orang yang tetap tinggal di Darul Harbi, berarti dia melakukan maksiat. Yang dimaksud dengan Darul Harbi ialah tempat di mana orang muslim tidak dapat melakukan syiar-syiar Islam seperti sholat, puasa, berjamaah, adzan, dan hukum-hukum lain yang bersifat lahiriah.

2. Selama masih memungkinkan, sesama kaum Muslimin wajib memberikan pertolongan sekalipun berlainan negara dan belahan bumi. Para imam dan ulama sepakat bahwa kaum muslimin, apabila mampu, wajib menyelamatkan orang-orang Muslim yang tertindas, ditawan, atau dianiaya di mana saja berada. Jika mereka tidak melakukannya, mereka berdosa besar. Sesama kaum Muslimin wajib saling menolong dan memberikan loyalitas. Tapi pemberian loyalitas, saling menolong atau persaudaraan ini tidak boleh dilakukan antara kaum Muslimin dan orang-orang non-Muslim.
Firman 4wl: ”Adapun orang-orang yang kafir sebagian mereka menjadi pelindung dari sebagian yang lain. Jika kamu (hai para Muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan 4wl itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. (al-Anfal [8]: 73)

Pelaksanaan ajaran-ajaran Ilahi seperti ini merupakan asas dan pangkal kemenangan kaum Muslimin pada setiap masa. Sebaliknya, pengabaian kaum Muslimin terhadap ajaran-ajaran ini merupakan pangkal kelemahan dan kekalahan kaum Muslimin yang kita saksikan sekarang ini di setiap tempat.

• Hijrah Rasulullah S’AW
Pada malam hijrah Nabi S’AW, orang-orang musyrik telah menunggu di pintu Rasulullah S’AW. Mereka mengintai hendak membunuhnya. Tetapi Rasulullah S’AW lewat di hadapan mereka dengan selamat karena 4wl telah mendatangkan rasa kantuk pada mereka. Sementara itu, Ali bin Abi Thalib dengan tenang tidur di atas tempat tidur Rasulullah S’AW setelah mendapatkan jaminan dari beliau bahwa mereka tidak akan berbuat kejahatan kepadanya. Selanjutnya, berangkatlah Rasulullah S’AW bersama Abu Bakar menuju gua Tsur. Peristiwa ini menurut riwayat yang paling kuat terjadi pada tgl. 2 Rabi’ul Awwal, bertepatan dengan 20 September 622 M, tiga belas tahun setelah bi’tsah. Kaum Quraisy mengumumkan bahwa siapa saja yang dapat menangkap Muhammad S’AW dan Abu Bakar akan diberi hadiah sebesar harga diyat (tebusan) masing-masing dari keduanya. Salah seorang dari Bani Mudjil yg ingin membunuh Nabi adalah Suraqah bin Ja’tsam. Di pagi hari ia berjuang giat ingin membunuh nabi S’AW, tetapi di sore hari berbalik menjadi pelindungnya.

• Sesampainya di Quba’, Rasulullah S’AW disambut gembira oleh penduduknya dan tinggal di rumah Kaltsum bin Hidam selama beberapa hari. Di sinilah Ali bin Abi Thalib menyusul Nabi S’AW setelah mengembalikan barang-barang titipan kepada pemiliknya. Rasulullah kemudian membangun masjid Quba’, masjid yang disebut oleh 4wl sebagai ”masjid yang didirikan atas dasar taqwa sejak hari pertama”.

• Setelah itu, Rasulullah S’AW melanjutkan perjalanannya ke Madinah. Menurut al-Mas’udi (Murujudz Dzahab 2/279), Rasulullah S’AW memasuki Madinah tepat pada malam hari tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Rasulullah S’AW disambut oleh dengan meriah dan dijemput oleh orang-orang Anshor. Setiap orang berebut tali untanya karena mengharapkan Rasulullah S’AW sudi tinggal di rumahnya. Unta pun terus berjalan hingga sampai pada sebidang tanah tempat pengeringan kurma milik dua anak yatim dari bani Najjar di depan rumah Abu Ayyub al-Anshori.

Dari kisah hijrah ini, terdapat beberapa hukum yang sangat penting bagi setiap Muslim:
1. Hal yang paling menonjol dalam kisah hijrah Rasulullah S’AW adalah pesan beliau kepada Abu Bakar supaya menunda keberangkatannya untuk menemaninya dalam perjalanan hijrah. Dari peristiwa ini, para ulama menyimpulkan bahwa Abu Bakar adalah orang yang paling dicintai Rasulullah S’AW, paling dekat kepadanya, dan paling berhak menjadi khalifah sesudahnya. Rasulullah S’AW bersabda:
”Tidaklah beriman salah seorang di antaramu sehingga aku lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya, dan semua orang.”

2. Mungkin terlintas dalam benak seorang Muslim untuk membandingkan hijrah Umar Ibnul Khaththab R.’A dan hijrah Nabi S’AW, lalu bertanya, ”Mengapa Umar R.’A berhijrah secara terang-terangan seraya menantang kaum musyrik tanpa rasa takut sedikit pun, sedangkan Rasulullah S’AW berhijrah secara sembunyi-sembunyi? Apakah Umar R.’A lebih berani ketimbang Nabi S’AW? Jawabnya bahwa Umar R.’A ataupun orang Muslim lainnya tidaklah sama dengan Rasulullah S’AW. Semua tindakannya dianggap sebagai tindakan pribadi, tidak menjadi hujjah syar’iyyah. Ia boleh memilih salah satu dari berbagai cara, sarana, dan gaya yang sesuai dengan kapasitas keberanian dan keimanannya kepada 4wl. Akan halnya Rasulullah S’AW, beliau adalah orang yang bertugas menjelaskan syariat yakni bahwa semua tindakannya yang berkaitan dengan agama merupakan syariat bagi kita. Itu sebabnya, sunnah Nabi S’AW berupa perkataan, perbuatan, sifat, dan taqrir (penetapan)nya merupakan sumber syariat yang kedua. Seandainya Rasulullah S’AW melakukan seperti yang dilakukan Umar R.’A, niscaya orang-orang mengira bahwa cara dan tindakan seperti itu adalah wajib, yakni tidak boleh mengambil sikap hati-hati dan bersembunyi ketika keadaan bahaya, padahal 4wl Menegakkan syariat-Nya di dunia ini berdasarkan tuntutan sebab dan akibat. Segala sesuatu ini pada hakikatnya tejadi dengan sebab dan kehendak dari 4wl.

3. Tugas Ali R.’A menggantikan Rasulullah S’AW dengan mengembalikan barang-barang titipan yang dititipkan oleh para pemiliknya kepada Nabi S’AW merupakan bukti nyata bagi sikap kontradiktif yang diambil oleh kaum musyrik. Di satu sisi, mereka mendustakannya dan menganggapnya sebagai tukang sihir atau penipu, tapi pada sisi yang lain, mereka tidak menemukan orang yang lebih amanah dan jujur dari Nabi S’AW. Ini menunjukkan bahwa keingkaran dan penolakan mereka bukan meragukan kejujuran Nabi S’AW, melainkan karena kesombongan dan keangkuhan mereka terhadap kebenaran yang dibawanya, di samping karena takut kehilangan kepemimpinan dan kesewenang-wenangan mereka.

4. Jika kita perhatikan kegiatan dan tugas yang dilakukan oleh Abdullah bin Abu Bakar yang mondar-mandir antara Gua Tsur dan Makkah mencari berita dn mengikuti perkembangan kemudian melaporkannya kepada Nabi S’AW dan ayahnya, juga tugas yang dilakukan oleh saudara perempuannya, Asma binti Abu Bakar, dalam mempersiapkan bekal perjalanan dan menyuplai makanan, kita mendapatkan suatu gambaran dan sosok kepribadian yang harus diwujudkan oleh para pemuda Muslim yang berjuang di jalan 4wl demi merealisasikan prinsip-prinsip Islam dan menegakkan masyarakat Islam. Kegiatan yang dilakukan tidak hanya terbatas pada ritus-ritus peribadatan, tetapi harus mengerahkan segenap potensi dan seluruh kegiatannya untuk perjuangan Islam. Itulah ciri khas pemuda dalam kehidupan Islam dan kaum Muslimin pada setiap masa.

5. Apa yang dialami Suraqah dan kudanya ketika menghampiri Rasulullah S’AW merupakan mukjizat bagi beliau. Para Imam Hadits menyepakati kebenaran riwayat tersebut.

6. Di antara mukjizat terbesar yang terjadi dalam kisah hijrah Nabi S’AW ialah keluarnya Rasulullah S’AW dari rumahnya yang sudah dikepung oleh kaum musyrik yang hendak membunuhnya. Ketika Nabi S’AW keluar, mereka semua tertidur sehingga tak seorang pun melihatnya. Bahkan ketika keluar dan melewati mereka, Rasulullah S’AW menaburkan pasir ke atas kepala mereka seraya membaca firman 4wl:
”Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (Yasin [36]:9)
Mukjizat ini merupakan pengumuman Ilahi kepada kaum musyrik pada setiap masa bahwa penindasan dan penyiksaan yang dialami oleh Rasulullah S’AW dan para sahabatnya di tengah perjuangannya menegakkan Islam, selama masa yang tidak terlalu lama, tidak berarti bahwa 4wl Membiarkan mereka dan bahwa kemenangan semakin jauh dari mereka.

7. Sambutan masyarakat kepada Rasulullah S’AW memberikan gambaran kepada kita betapa besar kecintaan yang telah merasuki hati kaum Anshor. Sesatlah orang yang beranggapan bahwa mencintai Rasulullah S’AW tidak memiliki arti lain kecuali dengan mengikuti dan meneladaninya dalam beramal. Mereka tidak menyadari bahwa seseorang tidak mungkin mau meneladani kalau tidak ada dorongan yang mendorongnya ke arah itu. Tidak ada dorongan yang akan mendorong untuk mengikuti kecuali rasa cinta yang bergelora di hati yang membangkitkan semangat dan perasaan. Karena itulah, Rasulullah S’AW menjadikan gelora hati dalam mencintai dirinya sebagai ukuran iman kepada 4wl.

8. Gambaran yang kita lihat pada persinggahan Rasulullah S’AW di rumah Abu Ayyub al-Anshori menunjukkan betapa besar cinta para sahabat kepada Rasulullah S’AW. Hal yang perlu kita perhatikan adalah tabarruk Abu Ayyub dan isterinya pada bekas-bekas sentuhan jari-jari Rasulullah S’AW pada hidangan makanan ketika sisa makanan itu dikembalikan oleh Rasulullah S’AW kepada keduanya. Dengan demikian, tabarruk (mengharapkan berkah) dari sisa-sisa Nabi S’AW adalah perkara yang disyariatkan dan dibenarkan oleh Nabi S’AW.




AL QAID MOAMMAR QADAFI

KEKUATAN ASING MENJAJAH NEGARA-NEGARA ARAB


Pada sidang Konferensi Tingkat Tinggi Liga Arab di Damaskus awal tahun 2008 lalu, Presiden Libya Moammar Qadafi menyampaikan pidatonya yang membakar semangat para pemimpin Arab. Berikut kutipan pidato pemimpin yang bergelar al-Qaid tersebut:


"Dengan menyebut nama ALLAH. Selamat pagi wahai bangsa Arab di mana pun berada. Pertama, saya sampaikan terimalah penghormatan saya untuk Presiden Bashar Al-Asad dan rakyat Suriah atas kesediaannya menyelenggarakan KTT Liga Arab ini. Saya ucapkan juga terimakasih kepada saudara saya Amru Musa (SEkjend Liga Arab) yang telah bersusah payah melaksanakan tugas sulit yang semestinya diwujudkan, minimal dengan terciptanya persatuan bangsa Arab. Kemudian saya ucapkan terimakasih kepada Liga Arab dengan segala aktivitasnya yang darinya tercermin eksistensi bangsa Arab.

Tak diragukan lagi, bangsa Arab menempuh jalan berbeda (dalam persatuan). Ini hal yang memprihatinkan. Ketika kita menyebut bangsa at-Turk, kita mendapatkan bangsa Turki. Ketika kita menyebut bangsa Persia, mereka memiliki negara bersama Iran. Saat kita menyebut bangsa Talia, maka kita mendapatkan bangsa Italia. Ketika kita menyebut bangsa Cina, mereka memiliki negara Cina. Namun saat kita menyebut bangsa Arab, kita tidak mendapatkan negara yang satu.

Bangsa Arab adalah negara tanpa kesatuan negara. Sementara bangsa-bangsa lain, semuanya terhimpun dalam satu negara. Eksistensi mereka terhimpun dalam satu negara. Bangsa Arab tidak terbukti eksistensinya, karena memang tidak terdapat eksistensi negara Arab. Ini adalah persoalan gawat yang terjadi saat ini. Hal ini disebabkan bangsa Arab tidak dapat membentuk satu negara pada saat fase nasionalisme terjadi. Sebuah fase dimana identitas nasionalisme, bahasa, kebudayaan, ras, darah, dan bahkan agama sedang menguat. Saat itu, keseluruhan identitas itu tidak kita sadari malah kita sia-siakan. Kini kita memasuki sebuah fase dimana identitas nasionalisme, agama, dan kebudayaan tidak kuat lagi. Namun justru identitas materi, demografi, dan geografislah yang berpengaruh melebihi nasionalisme, agama, bahasa, dan kebudayaan Arab.

Kita mengabaikan identitas bahasa dan nasionalisme di zaman di mana identitas selain itu berpengaruh. Kini kita memasuki sebuah periode baru, yaitu zaman globalisasi dan geografi yang bertopang pada demografi serta kepentingan-kepentingan materi. Hal tersebut tidak memiliki kaitan dengan ras, bahasa, agama, dan kebudayaan.

Orang-orang Eropa berupaya membentuk negara kesatuan. Perbedaan mereka leburkan menjadi persatuan. Tak mustahil jika mereka nanti bernaung dalam satu negara. Begitu juga dengan negara-negara Amerika Latin dan Cina, sebuah negara besar yang berpotensi menjadi negara adidaya. Bahkan negara-negara yang dulu bernaung dalam Uni Sovyet, kini bersatu dalam persemakmuran.

Suatu saat, negara-negara yang dilewati Samudera Hindia pun akan melebur menjadi satu negara. Sementara bangsa Arab, bagaimana posisi mereka? Nampaknya mereka tidak mempunyai tempat dalam peta baru. Bangsa Arab tidak menempati Samudera Hindia, Asia, dan Cina. Bangsa Aab tidak tergabung dalam persemakmuran, Uni Eropa, Uni Afrika, negara-negara Amerika Latin, NAFTA, dan Amerika Utara. Dimanakah posisi bangsa Arab? Sungguh situasi yang dihadapi bangsa Arab begitu sulit dan mengkhawatirkan. Masa depan mereka dipertanyakan. Kemana kita akan berafiliasi?

Bangsa Arab harus memiliki kekuatan ekonomi yang mumpuni, pasar saham yang hebat, dan sistem pertahanan yang kuat. Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka bangsa Arab takkan bisa hidup. Negara-negara kesatuan lain memiliki kekuatan untuk memproteksi diri dan bersaing dengan yang lain. Inilah realitas yang kita hadapi saat ini. Karena itu, saya mendesak pendirian Persatuan Arab-Afrika. Maka sepertiga negara-negara Arab yang berada di luar Benua Afrika bergabung dengan Uni Afrika. Jika mereka tidak bergabung sekarang, maka suatu saat mereka akan hancur. Ini berarti negara-negara Arab kecil akan tercerai-berai. Bangsa Arab hanya akan menjadi sampah dunia.

Kemudian mengenai persoalan penting yang sering kita bahas, yaitu tentang Palestina. Semakin hari kita makin mengabaikan persoalan ini. Hingga akhirnya kondisi kita seperti ini. Musuh menyadari bahwa kita tidak mempedulikan Palestina. Dengan demikian, kondisi perpecahan ini benar-benar mereka manfaatkan. Musuh menang dan kita kalah.

Kemudian tentang Irak, kita tanyakan pada dunia, mengapa harus Irak? Mengapa Irak dihancurkan? Apakah Bin Ladin orang Irak? Bukan! Apakah orang-orang yang menyerang WTC di New York orang Irak? Bukan! Apakah yang menghancurkan Pentagon orang Irak? Bukan! Apakah di Irak terdapat senjata pemusnah massal? Tidak ada! Seandainya Irak memiliki senjata nuklir, ternyata Pakistan juga memiliki, India juga punya. Apakah AS akan menghancurkan mereka semua? Maka hancurkanlah semua negara yang memiliki senjata pemusnah massal!

Ada kekuatan asing yang menjajah negara Arab dan pemimpinnya digantung, kita hanya bisa menonton dan bahkan tertawa! Abu Ammar (Almarhum Yaser Arafat) ditahan bertahun-tahun, sedang kita malah bersuka cita mengadakan perundingan tanpa mengikut sertakan Abu Ammar. Kenapa kita tidak menunda perjanjian hingga Abu Ammar keluar dari penjara? Akhirnya mereka meracuni dan membunuh Abu Ammar. Mengapa kita tidak mengadu ke Dewan Keamanan PBB dan memperkarakan pembunuhan Abu Ammar?!

Mengapa kita berdiam diri saat Saddam Hussein digantung? Mengapa seorang tawanan perang dan para pemimpin negara-negara Arab menggantung anggotanya yang lain? Kita tidak berbicara mengenai kebijakan politik Saddam Hussein dan perbedaan dengannya. Kebijakan politik kita memang berbeda dengannya. Mengapa kita tidak melakukan investigasi terhadap pembunuhan Saddam Hussein? Seorang pemimpin Arab sejati terbunuh dan tewas di tiang gantungan, kita hanya bisa menonton. Kenapa? mungkin akan tiba masanya bagi kalian. Kalian adalah teman dekat AS, saya tidak pakai kata kalian, tapi kita semua adalah teman dekat AS. Suatu saat AS akan menggantung kita.

Saudara Amru Musa memiliki pemikiran yang berani dan ide yang telah disebutkan dalam pernyataannya, bahwa negara-negara Arab berhak menggunakan atom dan nuklir untuk kepentingan damai. Proses proliferasi nuklir haruslah sarat dengan nuansa Arab. Namun, bangsa Arab mana yang berkata akan melakukan proliferasi nuklir? siapa negara Arab itu? Kita ini siapa? Kita ini bermusuhan satu sama lainnya. Kita saling mencela. Intelijen kita saling mengintai.

Seharusnya sikap itu kita gunakan untuk musuh-musuh kita. Mana dunia Arab yang berniat menggunakan nuklir untuk tujuan damai? Mana wahai saudara Musa? Kita bangsa Arab tidak memiliki satu identitas ataupun satu negara, satu bank sentral, satu sikap, satu proses ekspor-impor dan satu perekonomian.

Kita tidak memiliki apa-apa kecuali hanya 'Arab' saja sebagai nama. Darah dan bahasa kita satu, namun selain itu tidak ada hal yang dapat menyatukan kita. Sekarang kita berkumpul di Suriah, negara Arab. Relasi Suriah dengan Rusia, Iran atau Turki lebih baik daripada dengan sesama negara Arab. Relasi antara Libya dan Italia lebih daripada dengan Mesir atau Tunisia. Inilah realita bangsa Arab.

Jika kalian ikhlas mendedikasikan diri demi warga Arab, demi masa depan Arab, demi generasi Arab, maka kita akan melakukan sebuah perenungan yang serius dan dapat menganalisa realita yang ada."


Taken From: Sabili, diterjemahkan oleh Ganna Pryadha)