Fatimah adalah puteri pemimpin para makhluk, Abul Qasim, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim. Ibundanya Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid. Dia juga digelari Al-Batuul, yaitu yang memusatkan perhatiannya pada ibadah atau tiada bandingnya dalam hal keutamaan, ilmu, akhlak, adab, hasab, dan nasab. Dia adalah puteri keempat Rasulullah yang paling beliau cintai sehingga beliau bersabda, "Fatimah adalah darah dagingku, apa yang menyusahkannya juga menyusahkan aku, dan apa yang mengganggunya juga menggangguku."
Cinta Rasulullah S'AW kepada Fatimah terlukis dalam sebuah hadits dari Musawwar bin Mughramah, ia berkata: "Aku mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata ketika beliau sedang berdiri di mimbar, "Sesungguhnya Bani Hasyim bin Mughirah meminta izin kepadaku agar menikahkan puteri mereka dengan Ali bin Abi Thalib, aku tidak mengizinkan mereka. Kemudian tidak aku izinkan kecuali bila Ali menceraikan putriku dan menikah dengan putri-putri mereka. Sesungguhnya Fatimah adalah bagian dariku, meragukanku apa yang meragukannya, dan menyakitiku apa yang menyakitinya." (HR. Ash-Shahihain)
Fatimah lahir tahun ke-5 sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul, bertepatan dengan peristiwa besar yaitu ditunjuknya Rasulullah S'AW sebagai penengah ketika terjadi perselisihan antara suku Quraisy tentang siapa yang berhak meletakkan kembali Hajar Aswad setelah ka'bah diperbaharui. Dengan kecerdasan akalnya beliau mampu memecahkan persoalan yang hampir menjadikan peperangan di antara kabilah-kabilah yang ada di Mekah.
Kelahiran Fatimah disambut gembira oleh Rasulullah S'AW dengan memberikannya nama Fatimah dan julukannya Az-Zahra, sedangkan kunyahnya adalah Ummu Abiha (Ibu dari bapaknya). Al Batuul (yang mencurahkan perhatiannya pada ibadah), Az-Zahra (yang cemerlang), Ath-Thahirah (yang suci), yang taat beribadah dan manjauhi keduniaan.
Ketika menginjak usia 5 tahun, terjadi peristiwa besar terhadap ayahnya, yaitu turunnya wahyu dan tugas besar yang diemban oleh ayahnya. Ia juga menyaksikan kaum kafir melancarkan gangguan kepada ayahnya. Sampai cobaan yang berat dengan wafatnya ibunda Khadijah. Ia pun sangat sedih dengan kepergian ibunya.
Pada saat kaum muslimin hijrah ke Madinah,Fatimah, dan kakaknya Ummu Kultsum tetap tinggal di Mekkah sampai Nabi S'AW mengutus orang untuk menjemputnya. Setelah Rasulullah S'AW menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar, para shahabat berusaha meminang Fatimah. Abu Bakar dan Umar maju lebih dulu untuk meminang, namun Nabi menolak mereka dengan lemah lembut. Lalu Ali bin Abu Thalib datang kepada Rasulullah untuk melamar Fatimah, Nabi S'AW bertanya kepada Ali bin Abu Thalib, "Apakah engkau mempunyai sesuatu?" Ali pun menjawab, "Aku tidak memiliki apa-apa wahai Rasulullah." Beliau lantas bertanya lagi, "Dimana pakaian perangmu yang hitam, yang aku berikan kepadamu." Ali menjawab, "Masih ada padaku wahai Rasulullah." Nabi berkata, "Berikan itu kepadanya (Fatimah) sebagai mahar."
Lalu Ali pun bergegas pulang dan membawa baju besinya, setelah itu Nabi menyuruh menjualnya, dan baju besi itu dijual kepada Utsman bin Affan seharga 470 Dirham, kemudian, kemudian hasil penjualan itu diberikan kepada Rasulullah yang lantas beliau serahkan kepada Bilal untuk membeli perlengkapan pengantin.
Kaum muslimin merasa gembira atas perkawinan Fatimah dan Ali bin Abi Thalib, setelah setahun menikah mereka dikaruniai anak bernama Hasan, saat Hasan putranya genap berusia 1 tahun lahirlah Husein pada bulan Sya'ban tahun ke-4 H. Pada tahun ke-5 H ia melahirkan anak wanita bernama Zainab dan Ummu Kultsum.
Rasulullah S'AW sangat menyayangi Fatimah, setiap kali Rasulullah tiba dari bepergian ia lebih dulu menemui Fatimah sebelum menemui isteri-isterinya . Aisyah R'A berkata, "Aku tidak melihat seseorang yang perkataan dan pembicaraannya menyerupai Rasulullah selain Fatimah, jika ia datang mengunjungi Rasulullah, Rasulullah berdiri lalu mencium dan menyambutnya dengan hangat, begitu juga sebaliknya yang diperbuat Fatimah bila Rasulullah datang mengunjunginya."
Rasulullah S'AW mengungkapkan rasa cintanya kepada putrinya tatkala beliau berdiri di atas mimbar. "Sungguh Fatimah bagian diriku, Siapa saja yang membuatnya marah berarti ia telah membuat aku marah."
Setelah Rasulullah S'AW menjalankan haji wada' dan ketika ia melihat Fatimah, beliau menemuinya dengan ramah sambil berkata, "Selamat datang wahai putriku." Lalu beliau menyuruhnya duduk di samping kanan beliau dan membisikkan sesuatu, sehingga Fatimah menangis dengan tangisan yang keras, tatkala Fatimah sedih, beliau membisikkan sesuatu kepadanya yang membuat Fatimah tersenyum.
Tatkala Aisyah R'A bertanya tentang apa yang dibisikkan Rasulullah S'AW kepadanya, Fatimah menjawab, "Saya tak ingin membuka rahasia." Setelah Rasulullah S'AW wafat, Aisyah bertanya lagi kepada Fatimah tentang apa yang dibisikkan Rasulullah S'AW kepadanya sehingga membuat Fatimah menangis dan tersenyum. Lalu Fatimah menjawab, "Adapun yang beliau bisikkan kepadaku pertama kali adalah beliau memberitahu bahwa sesungguhnya Jibril 'AS telah membacakan Al Quran dengan hafalan kepada beliau setiap tahun sekali, sekarang dia membacakannya setahun 2 kali, lalu beliau bersabda, "Sungguh aku melihat ajalku telah dekat, maka bertakwalah dan bersabarlah, sebaik-baik salaf (pendahulu) untukmu adalah aku." Maka aku pun menangis, itu yang engkau lihat saat kesedihanku. Dan saat beliau membisikkan yang kedua kali, beliau bersabda, "wahai Fatimah, apakah engkau tidak suka menjadi penghulu wanita-wanita penghuni surga, dan engkau adalah orang pertama dari keluargaku yang akan menyusulku." Kemudian aku tersenyum.
Tatkala 6 bulan sejak wafatnya Rasulullah, Fatimah jatuh sakit, namun ia merasa bahagia karena kabar gembira yang diterima dari ayahnya. Tak lama kemudian ia pun kembali ke sisi Rabb nya pada malam selasa tanggal 13 Ramadhan tahun 11 H dalam usia 27 tahun.
Sumber: Mushaf Fatimah
No comments:
Post a Comment