Dulu di masa kuliah S1, saya sempat bertanya-tanya ketika masih aktif di BEM Fakultas (baca: Badan Eksekutif Mahasiswa FMIPA Unpad), "kenapa ya, temen-temen atau pun kakak tingkat yang perempuan dari berbagai jurusan di fakultas ini ketika psikotest dan penempatan, lebih memilih untuk ditempatkan di Biro-biro semisal Kajian Strategis (Kastrat), Litbang, Kaderisasi, dan biro-biro kumpulan konseptor lainnya?" bahkan mereka 'terkesan' rela adu argumen di berbagai rapat, berdiplomasi sehebat mungkin, dan lagi-lagi 'terkesan' seolah ingin dinilai sebagai konseptor, intelek, visioner, dan layak ditempatkan di biro-biro potensial dan ujung tombak di BEM. Melihat kondisi seperti itu, saya memilih mengalah dan memilih untuk ditempatkan di biro yang kurang populer dan saya rela dianggap 'bukan konseptor' hanya untuk menghindari persaingan intelektualitas di berbagai forum-forum dan rapat-rapat para organisator fakultas. Saya rela juga mendapat predikat aktivis 'teknis' atawa aktivis lapangan yang lebih banyak menggunakan otot (baca: Biro entrepreneur kan kerjaannya jualan) dibanding argumentasi dan diplomasi. Sempat terlintas kekecewaan dan ketidak puasan dalam diri karena terkadang di rapat-rapat koordinasi saya tidaklah sedominan temen-temen yang berada di Biro-biro favorit tersebut. Di situ kadang saya merasa sedih (wkwkwk) :D
Hikmahnya baru saya rasakan saat ini, saya lihat-lihat kembali beberapa teman dan kakak tingkat dari berbagai jurusan alumni MIPA Unpad angkatan 2001 - 2003 (liat-liat di FB maksudnya, hehehehe :D), yang dulunya jebolan biro-biro potensial dan ujung tombak (motor) di BEM, ternyata kebanyakan mereka kini berprofesi menjadi entrepreneur, guru, motivator, dan lain-lain, serta bukanlah di lembaga-lembaga pemerintah atau birokrasi. Justru malah saya yang tadinya hanyalah aktivis kampus yang banyak berkiprah di urusan teknis, yang sekarang ini bekerja di bidang R&D (baca: Research & Development) a.k.a Litbang (Penelitian dan pengembangan) dan kerap kali juga saya menulis berbagai kajian strategis untuk perencanaan pembangunan, dan ketika saya ditugaskan untuk mengajar di salah satu perguruan tinggi milik Pemkab, saya rasa ada unsur dedikasi yang saya berikan pada mahasiswa berupa muatan pendidikan karakter yang dapat dikategorikan sebagai upaya kaderisasi dalam hal-hal positif.
Hikmahnya baru saya rasakan sekarang, begitulah adilnya Allah SWT, yang memberikan kesempatan pada teman-teman dan kakak-kakak tingkat saya di MIPA yang dulu itu untuk berkiprah di biro-biro potensial (Biro Kastrat, Litbang, dan Kaderisasi), sementara saya lebih ke teknis, Allah jualah Yang Maha Tahu, bahwa setelah lulus, ternyata mereka tidak lagi merasakan nuansa bekerja di biro-biro ujung tombak pada suatu badan/organisasi/birokrasi. Allah ingin memberikan mereka pengalaman manis dan sarat makna. Sementara saya, kini merasakan betul bagaimana rasanya berada di Litbang, beberapa kali mengikuti jalannya Musyawarah Perencanaan Pembangunan, dan merasakan bagaimana berkoordinasi dengan SKPD Teknis. Dan ini semua di dunia nyata, bukan lagi simulasi. Sasaran kegiatan sudah lebih luas, dibanding semasa di BEM dulu. Dan sekarang pun, insyaAllah saya tidak keberatan jika nantinya ada kesempatan berkiprah di SKPD Teknis (beberapa waktu yang lalu sempat kepikiran untuk pindah lapak, tapi gak jadi hehehe), untuk mendapatkan berbagai pengalaman nyata dan menjalani berbagai proses pembelajaran (satu-satunya hal yang membuat kita awet muda adalah terus belajar dan haus ilmu) ^_~
Apapun itu, yakinlah, menurut Allah itu terbaik. Kita mungkin terkadang mempertanyakan sisi-sisi keadilan dalam perjalanan hidup kita. Dan Allah menunda jawabannya di masa depan. Asalkan kita mau merenungkan kembali dan ambil hikmahnya ^_^
Wallahu a'lam bish showwab, mohon maaf jika ada salah kata, saya hanya tengah mengambil hikmah, merenung, dan berpikir (di situ kadang saya jadi happy, karena terus berpikir dan mencoba mengerti) ^^
*alumni BEM MIPA Unpad dari berbagai generasi, ayo dong mampir dimari & kasi comment dunk, biar rame, hehehe... ;)
No comments:
Post a Comment