Ada banyak ayat dalam Surat Al Anfaal yang menunjukkan adanya keserasian di antara pengertian tawakal dengan melakukan usaha yang menjadi penopang tercapainya kemenangan. Di samping itu, terlihat pandangan yang sangat penting diketahui dalam surat ini.
Surat ini diawali dengan menyebutkan sifat orang-orang yang beriman dan penegasan terhadapnya: "...mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman." Juga pada ayat 74 menyebutkan mengenai sifat orang-orang yang beriman, "...mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman." Kedua ayat ini sama-sama menyebutkan tentang ciri-ciri orang yang beriman dalam bentuk yang berbeda.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal." (Al-Anfaal: 2)
Itulah sifat-sifat keimanan yang sangat halus. Bagian awal surat ini berbicara tentang sisi keimanan yang merupakan syarat tercapainya kemenangan.
Adapun pada bagian akhir surat berbicara tentang segi material yang merupakan faktor pendukung tercapainya kemenangan. Disebutkan sifat-sifat orang yang beriman adalah:
"...orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia." (Al-Anfaal: 74)
Orang-orang yang beriman adalah orang yang terkumpul padanya sifat-sifat yang disebutkan pada awal dan akhir surat. Mereka adalah orang-orang yang khusyu' (tunduk dan patuh) dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Mereka selalu berjihad di jalan-Nya, menolong agama-Nya, hidup demi Islam, dan terus berusaha secara konkret (dari segi material) mewujudkan tercapainya kemenangan. Ini ditegaskan dalam ayat yang secara fokus membicarakan hal itu. Allah SWT berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu, dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung."
Dalam ayat ini disebutkan sejumlah faktor yang menjadi penopang tercapainya kemenangan. Perintah, 'Maka berteguh hatilah kamu' merupakan bagian dari usaha mencapai kemenangan. Perintah berdzikir dalam ayat, "dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya " meupakan bagian dari berserah diri kepada Allah sebagai Dzat yang menentukan kemenangan. Dan akhir ayat "agar kamu beruntung" bahwa keberuntungan berarti turunnya pertolongan (kemenangan) itu dari Allah. Aturan2 tersebut tetap berlangsung sepanjang sejarah. Hal itu tergambar dengan bentuk pengulangan pada ayat 52 dan 54,
"(keadaan mereka) serupa dengan keadaan Firaun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya...." (Al-Anfaal: 52 & 54)
Redaksi ayat tersebut diulang hingga dua kali sebagai bentuk penegasan maknanya. Ayat 52 menjelaskan bahwa sebab kebinasaan mereka adalah kufur kepada Allah SWT. Adapun ayat 54 menjelaskan bahwa sebab kebinasaan mereka adalah berbuat zhalim.
"... dan kesemuanya adalah orang-orang yang lalim." (Al-Anfaal: 54)
No comments:
Post a Comment