Ummul Banin Binti Abdul Aziz bin Marwan
Dia adalah wanita dari keturunan keluarga Marwan dan pemimpin kaum wanita keluarga itu.
Ia melihat cahaya kehidupan di bumi hijrah dan negeri Rasulullah S'AW, Madinah.
Di tanah yang suci itu Ummul Banin berdiam untuk menuntut ilmu yang bermanfaat dari bintang-bintang yang diberkahi, para pembesar tabi'in dan para tokoh ulama Rabbani dan para pewaris ilmu orang-orang yang diberkahi. Ia tumbuh dan berkembang dengan mempelajari sunnah-sunnah yang diridhai. Maka jadilah ia bangsawan wanita mulia dari keluarga Marwan dan wanita yang memiliki sikap yang menakjubkan.
Di sana, di Damaskus, sebuah negeri di Syiria, setelah Ummul Banin menjadi istri al-Walid bin Abdul Malik, Khalifah yang menjabat setelah ayahnya Abdul Malik bin Marwan, ia duduk untuk meriwayatkan ilmu yang ia pelajari di kota Madinah yang diberkahi. Maka jadilah ia berada dalam barisan para perawi hadits dan para penyampai petunjuk Nabi S'AW. Banyak para ulama besar dan tokoh mulia yang meriwayatkan darinya.
Sungguh menakjubkan pemimpin yang mulia ini, naungan istana tak melalaikannya dari menuntut kemuliaan yang luhur.
Usai sholat ia meminta maaf kepada teman-temannya dengan kata-katanya yang cerdas. Ia berkata, "Aku ingin berbincang-bincang dengan kalian, tapi jika aku sedang sholat, aku lalai dan lupa terhadap kalian."
Cukuplah engkau wahai putri Abdul Aziz, ranjang yang indah dan keindahan yang menyenangkan tak membuatmu lalai!
Di Istana, dimana Khalifah kaum muslim yang berkuasa saat itu, al-Walid bin Abdul malik tinggal di dalamnya terdengarlah berita kemenangan tentara Islam dan harta rampasan kaum kafir membanjiri istana Khalifah. Maka Ummul Banin Rahimahullah ikut pula merasakan kegembiraan bersama suaminya.
Maka setiap hari Jum'at ia membeli seekor kuda lalu kuda itu ia berikan kepada seorang penunggang kuda agar ia ikut menjadi tentara dalam pasukan yang menang itu. Setiap hari Jum'at pula ia memerdekakan seorang budak.
Karena kecintaannya pada kedermawanan, terungkap dari lisannya kata-kata yang lebih indah dari kedermawanannya. Ia berkata, "Dijadikan bagi setiap kaum sebuah keinginan terhadap sesuatu, dan dijadikan keinginanku adalah pada perbuatan memberi. Demi ALLOH, menyambung tali silaturrahim dan membantu adalah lebih aku cintai daripada menikmati makanan enak di saat lapar dan meminum minuman dingin di saat dahaga.
Dialah yang mengatakan, "Aku tak pernah iri hati kepada siapa pun terhadap apa pun yang ia lakukan kecuali bila ia seorang yang suka berbuat baik, maka sungguh aku ingin bersama dengannya dalam perbuatan itu.
taken from: 14 wanita mulia dalam sejarah Islam
No comments:
Post a Comment