Thursday, October 30, 2008

HIERARKI KONSUMEN

Penelitian PT SYNZYGON BRAND KOMUNIKASI mengungkapkan, konsumen berbeda tidak saja dalam aspek demografi ”tradisional” (penghasilan, umur, dan sebagainya). Tapi juga karena perubahan gaya hidup, pola pikir, dan kesenjangan generasi. Pemahaman atas konsumen yang hanya berdasarkan faktor demografis akan memberikan gambaran statis dan tidak lengkap. Mempelajari hanya nilai-nilai yang dianut konsumen juga tidak cukup karena nilai-nilai tersebut berubah (contohnya, prestasi kerja mulai dinilai lebih dari senioritas). Simbol-simbol dari barat yang telah masuk ke alam bawah sadar orang Indonesia (seperti ”just do it”) mendorong re-evaluasi secara mental terhadap ikon-ikon tersebut. Oleh karena itu, sebuah organisasi perlu mengevaluasi kembali customer knowledge-nya agar bisa selalu ”connect” dengan nilai dan aspirasi konsumen yang selalu berubah. Penelitian kami di Indonesia menuju pada pemahaman atas konsumen yang secara umum bisa digambarkan dalam piramida hierarki konsumen.

Piramida ini mengungkapkan kompleksitas dalam memahami konsumen. Sebagai contoh, generasi tua dan generasi muda ”super rich” berbeda dalam apresiasi estetik atas sebuah merek. Dalam perbedaan ini terjadi lintas geo-demografis, yang artinya, seorang pelajar ”super rich” di Surabaya berbeda dengan eksekutif ”super rich” yang berusia lebih tua yang tinggal di Jakarta. Seiring dengan semakin canggihnya konsumen Indonesia dalam lingkungan sosial-budaya-politik yang semakin terbuka, penentuan pasar sasaran dan daya tarik merek menjadi semakin kompleks.

Dengan kenyataan ini, perusahaan yang mendedikasikan sumber daya untuk memahami konsumen akan mampu memperthankan pertumbuhan, menciptakan brand yang menghasilkan keuntungan, dan memenangkan pasar. Merek-merek yang tidak melakukannya akan terus melakukan promosi sampai marjin keuntungannya menipis dan akhirnya menghilang dari pasaran. (WING LOKE Founder PT SYNZYGON BRAND KOMUNIKASI | wingloke@synzygon.com)

No comments:

Post a Comment