Monday, January 6, 2014

Autobiografi Sederhana Bunga Mardhotillah (Part 1)

Bismillahirrahmaanirrahim...



Assalaamu 'alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh...
Salam kompak buat semua pembaca setia blog MultiFlower atau pun buat yang baru mampir. Selang beberapa hari menuju usia 28, Bunga tergerak untuk menuliskan sebuah autobiografi sederhana tentang sekelumit perjalanan diri ini. Lika-likunya, jerih-payah, segala letih, sebersit senyuman yang terkadang menghiasi, segala aktivitas yang dengan segala daya dilakoni dengan kesungguhan, cerita-cerita yang tak melulu diakhiri sukses, dan berbagai pernak-pernik hidup Bunga yang mungkin selama ini belum pernah dipublikasikan pun diceritakan pada siapa pun. Kali ini akan bunga coba untuk menceritakan bagian-bagian yang mungkin bisa sama-sama kita renungkan dan diambil ibrohnya.

Dalam persepsi seorang Bunga, autobiografi ditulis tak harus menunggu kita sukses sesukses Pak Habibie, tak perlu menanti hingga tiba kesempatan menjadi seorang menteri seperti pak Tifatul Sembiring (dengan buku 'Sepanjang Jalan Dakwah' nya), dan tentu saja "ngga' mesti banget" harus jadi Presiden Partai atau pun Presiden Republik Indonesia terlebih dahulu untuk bisa menuliskan sebuah autobiografi. Sebaliknya, seorang pemulung, seorang tukang sapu masjid, dan bahkan seorang penjahat kriminal pun sebagai makhluk Tuhan yang telah dianugerahi hidup, berhak untuk menuliskan sebuah autobiografi. Intinya, semua berhak menuliskan autobiografinya. Urusan dibaca oleh orang lain atau tidak, itu pertimbangan urutan ke-sekian. Biarlah Allah saja menjadi penilai Yang Maha Adil bagi setiap hamba-Nya.

Sebagian perjalanan hidup Bunga, sudah bunga publikasikan sebelumnya di Blog MultiFlower ini juga, readers bisa klik kategori/label 'About Me, atawa link berikut ini:

http://mardhotillah-islamic-deepfeeling.blogspot.com/search/label/aBout%20mE

Dalam autobiografi sederhana ini, Bunga berusaha menuliskan dengan hati-hati (karena bukan lisan saja yang bisa salah dan menyinggung, tulisan juga) perjalanan hidup Bunga dalam rentang (range) waktu tahun 2003 - 2010. Karena jika diperhatikan detail link 'about me', ada missing link pada range tersebut. Kalau pun ada bunga singgung, mungkin bagian sukses atau pun moment bahagianya saja. Sisi-sisi perjuangan belum sepenuhnya tergambar di sana. Sebelumnya terima kasih buat readers yang bersedia meluangkan waktu berharganya demi membaca autobiografi yang di mata orang lain belum tentu berarti ini. Namun sungguh, bagi Bunga, range tersebut banyak mengubah jalan hidup, karakter, dan cara pikir seorang bunga. Mungkin di mata teman-teman Bunga pada masa-masa sekolah dulu (Temen SD, SMP, dan SMA), sampai detik ini bunga adalah orang yang sama. Di permukaan mungkin benar, semoga setelah membaca tulisan kali ini, penilaian teman-teman sedikit bergeser. Bunga akui beberapa karakter Bunga yang dulu masih bunga bawa hingga sekarang (contohnya, Bunga masih suka emosian), tapi sebagian besar lainnya, sudah berubah. Memang tidak terlalu bunga perlihatkan dalam interaksi, sejatinya hanya untuk menjaga segala yang perlu dijaga.

Autobiografi ini dimulai dengan tahun 2003, tahun yang penuh dengan kekhawatiran. Bunga dengan sedikit terpaksa, kembali harus membawa-bawa masa-masa terakhir di sebuah SMA Negeri di kota Jambi. Kenapa tahun 2003 ini menjadi tahun penuh kekhawatiran? Khawatir itu bermula dari dengan suatu ketiba-tibaan, prestasi Bunga yang tanpa disangka-sangka merosot jauh. Padahal dari kelas 1 SMA Bunga selalu 5 besar. Setelah dievaluasi, ada beberapa faktor yang menyebabkan kemerosotan tersebut, di antaranya: Kelas III IPA 3 dikondisikan sebagai kumpulan mayoritas 3 Besar dari tiap kelas II, bahkan beberapa Juara Umum terdampar di kelas ini. Faktor berikutnya, Bunga harus tetap ingat, walaupun saat ini keluarga kami tergolong mapan, dulu, di tahun 2003, kondisinya 180 derajat berbeda. Sangat berbeda. Pada saat itu, Bunga, dan teman-teman seangkatan tentunya dihantui dengan UAN, UAS, dan SPMB yang menghadang (dengan Peraturan yang sedikit berbeda dibanding tahun sebelumnya). Bunga amati mayoritas teman-teman pada masa itu ikut Bimbingan Belajar (Bimbel). Dalam hati pastinya Bunga juga ingin ikut Bimbel seperti teman-teman, tapi Bunga sangat tidak tega dengan mama (sebagai dosen sebuah PTN), tidak tega membebani mama yang pada masa itu boleh dibilang menjadi tulang punggung keluarga. Bukan maksud Bunga ingin mengabaikan peran papa yang di masa itu adalah tukang ojeg, tapi pada kenyataannya, Bunga menilai tekad dan daya juang papa tidak maksimal dan menjadi sangat tidak optimal untuk menafkahi istri dan anak-anaknya, salah satu bukti yang menunjukkan hal itu, untuk cicilan motor yang digunakan papa ngojeg, juga harus mengandalkan gaji mama. Dan Bunga selalu bertanya-tanya, kemana hasil ojeg papa selama ini raibnya?

Beranjak dari ketidak tegaan dengan segala perjuangan mama dan juga kondisi papa, serta adanya jalan yang awalnya tidak terpikirkan sama sekali, Bunga kemudian memutuskan untuk berjualan 'Nasi Gemuk' di sekolah. Oiya, 'Nasi Gemuk' adalah sebutan masyarakat Jambi untuk sajian nasi dengan campuran tempe, kacang, telor dadar, dan sambel sebagai menu sarapan. Pada saat itu, Bunga sangat semangat menjalaninya, karena Bunga bisa membeli banyak buku persiapan UAN, UAS, dan SPMB dengan keuntungan penjualan Nasi Gemuk tersebut, meski tak mencukupi untuk membayar biaya Bimbel, Bunga sudah sangat bersyukur bisa membeli beragam buku untuk dipelajari secara autodidak. Readers tentunya bingung, koq tiba-tiba jualan nasi gemuk, gimana ceritanya?

Begini (hehehe), untuk menghemat uang jajan Bunga yang pada masa itu Rp.20-ribu per minggu (termasuk ongkos angkot ke sekolah), Bunga hampir setiap hari membawa Nasi Gemuk (bawa bekal a.k.a bontot) ke sekolah untuk dimakan pada jam istirahat. Pada saat teman-teman yang lain jajan di kantin, Bunga makan di kelas sambil buka-buka buku pelajaran. Bawa air minum juga dari rumah. Trus, temen2 cewek yang malas ke kantin, pada pengen nyicipin nasi gemuk itu. Sebenernya Nasi gemuk itu Bunga beli di warung dekat rumah. Kami di lingkungan RT memanggil dengan akrab sang Bibi penjual Nasi Gemuk itu dengan panggilan Bi Intin. Dan Hampir 2 tahun ini Bi Intin sudah berpulang ke rahmatullah, semoga Allah Menempatkan beliau di tempat yang mulia di sisi-Nya. Nasi gemuknya memang berbeda, seger, oreg tempenya gurih, dan telor dadarnya ngga' amis sama sekali. Jadinya setiap yang udah nyobain nasi gemuk Bi Intin, insyaAllah ngga' bosen (buktinya bunga tiap hari di jam istirahat makan nasi gemuk itu). Maka beberapa hari setelah Bunga rutin membawa Nasi Gemuk ke sekolah untuk konsumsi sendiri, Bunga membawakan sekitar 4 bungkus nasi pesanan teman-teman sekelas. Besoknya, nambah lagi yang minta tolong dibawain Nasi Gemuk juga (nitip duit & minta tolong dibeliin maksudnya). Mama jadi kasihan ngeliat Bunga bawa berat-berat di tas ransel. Akhirnya, entah ide siapa duluan, entah ide Bunga, entah celetukan bi Intin, atau saran dari mama, tercetuslah sebuah gagasan, bagaimana kalo Bunga jualan Nasi gemuk aja ke sekolah? Lalu dimulailah story tentang Bunga seorang penjual Nasi Gemuk, yang mengawali bisnisnya dengan mencoba membawa 10 bungkus nasi gemuk ke sekolah. Ajaib, 10 bungkus nasi tersebut habis dalam waktu 10 menit. Lalu besoknya Bunga bawa 20 bungkus, habis juga. Besoknya lagi, Bunga nekad bawa 30, ternyata segmentasi pasar meluas, temen2 dari kelas IPS juga berminat nyobain. Malah pesen/booking buat besoknya, 'biar gak kehabisan' katanya. Hingga akhirnya rutin bunga bawa 50 bungkus Nasi gemuk per harinya, dan alhamdulillah selalu laris manis a.k.a. habis dan banyak pelanggan yang kadang kecewa karena gak kebagian. Nasi gemuk yang lezat itu sungguh murah meriah dan banyak penggemarnya, Subhanallah. Pada saat itu juga, Bunga nobatkan Nasi gemuk bi Intin sebagai salah satu keajaiban dalam hidup Bunga. Gimana dengan tanggapan para guru? Hm, pro-kontra juga sih sebenernya.

Oke, lanjut lagi ceritanya, sempat beberapa bulan Bunga berjualan nasi gemuk, Bunga merasa sudah saatnya untuk berhenti dan lebih fokus untuk persiapan menghadapi UAS, UAN, dan SPMB tentunya. Dan itu bertepatan dengan terbukanya suatu fakta yang tak Bunga ketahui selama ini. Iseng, siang itu Bunga ke warung Pak Do, pesen mie goreng, setelah sekian lama gak turun buat jajan di kantin atau pun ke warung Pak Do. Pak Do dan istrinya kenal Bunga (soale kelas II Bunga sering beli jajanan di warungnya Pak Do, dan Bunga rajin juga ngobrol2 dan menyapa Pak Do dan istrinya). Lalu Pak Do membuka wacana, Pak Do mengira Bunga masih berjualan Nasi Gemuk, "kekmano jualan nasi gemuknyo hari ini? laris lagi?". Bunga senyum sambil menggeleng, "Udah stop jualannyo Pak do". Ekspresi wajah Pak Do sedikit heran, "sudah lamo berenti jualan?" lanjutnya. "Sudah semingguan Pak Do", jawabku. "Syukurlah", imbuh pak Do. Sekarang gantian aku yang heran, "Ngapo kok syukur pak Do?". Pak Do melanjutkan, "Iyo, kalo dalam seminggu ini Bunga masih jualan, orang-orang kantin nak demo ke pak kepsek." Gubrak, sedikit kaget juga Bunga mendengar penjelasan Pak Do. Lalu beliau melanjutkan obrolan yang mulai serius ini, "Sebenarnyo sudah lamo orang kantin tu ngeluh, kok anak kelas tigo makin dikit be yang jajan di kantin, nampaknyo ado yang ngasih tahu: 'iyolah mang, sekarang ado Bunga jualan nasi gemuk, enak, murah.' Langsunglah orang-orang kantin emosi, iyolah dio biso jual murah, dak ado bayar sewo tempat." Pak Do menghela nafas seraya melanjutkan, "kami (baca: Pak Do & Istrinya) ado la bela-in Bunga, kami bilang be Bunga dak banyak dak bawak nasi gemuknyo." Bunga masih mendengarkan lalu menimpali, "Mokasi Pak Do, tapi yang jualan di kelas tigo tu bukan Bunga bae, ado jugo kawan yang jualan roti. Yo sudahlah Pak Do, Bunga terimo kasih nian Pak Do sudah ngingatin Bunga, kalo dak tu, Bunga dak tahu kalo kek gini ceritonyo. Biarlah setelah makan ni, Bunga ke kantin, minta maaf samo orang-orang kantin, sekalian jelasin bahwa Bunga sudah berenti jualan nasi gemuk." Pak Do manggut-manggut, "iyolah, baeknyo kek itu lah". Lalu tanpa pikir panjang, setelah makan, aku mengajak temanku ke kantin, untungnya lagi sepi, aku ngobrol lama dengan semua pedagang-pedagang yang eksis di kantin. Aku minta maaf, dan jelasin semua, bahwa aku jualan buat bantu-bantu orang tua, meringankan beban beli buku sembari belajar bisnis kecil-kecilan (baca: latihan berwira usaha *masa itu istilah entrepreneur belum sepopuler sekarang). Alhamdulillah mereka bisa mengerti dan mau memaafkan. 'Lega' ^_^


Hari demi hari berlalu, saat teman-teman sibuk mengikuti prosesi UM-UGM, Bunga memilih jalur lain, mengajukan PMDK ke UNAND, dengan pilihan pertama Farmasi, dan ke-2 Teknik Lingkungan. Tapi gak jebol. Kemudian tibalah detik-detik Pra-UAN, sebagai kebijakan sekolah yang tak lain dan tak bukan, bertujuan untuk ajang Try Out, mengukur kemampuan dan sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi UAN. Karena UAN tahun 2003 sedikit lebih berat dibanding UAN tahun 2002. Ini moment keterpurukan Bunga, ternyata rata-rata nilai Pra-UAN Bunga rendah sekali. Sebetulnya Bunga juga ngerasa belum optimal belajarnya, di samping itu, Bunga ditanamkan mama, bahwa dalam mengerjakan berbagai test, usahakan untuk tidak mencontek, kalau pun situasi memaksa, biarlah kita sebagai pemberi contekan, bukan kita yang meminta jawaban kepada orang lain. Karena baik itu Ulangan Harian, Ujian, Test apa pun, bertujuan untuk mengukur kemampuan kita. Kalo kita nyontek, sama artinya dengan membohongi diri sendiri. Kita jadi tidak bisa mengevaluasi diri dengan baik untuk menghadapi Ujian/Test tahapan berikutnya. Jika kita mencontek dan ternyata nilai kita tinggi, efeknya, kita jadi malas belajar dan bersusah-susah untuk Ujian berikutnya, mungkin kita jadi memanjakan otak untuk terbiasa mengandalkan otak orang lain. Bukan ciri-ciri orang sukses itu namanya. Prinsip itu Bunga pegang teguh hingga saat ini, dalam test apa pun, Bunga selalu berjuang dan berusaha sungguh-sungguh. Bersaing secara sehat dan tidak curang.

Faktor berikutnya penyebab menurunnya prestasi belajar Bunga, adalah karena sebetulnya ketika Kelas II caturwulan 3, Bunga mulai merasa ada gangguan dengan penglihatan. Naik kelas III, sepertinya minus pada mata Bunga bertambah. Namun lagi-lagi Bunga tidak ingin membebani mama dengan meminta kacamata. Dan dulu mengurus kacamata Askes tidak semudah sekarang. Akhirnya Bunga mengandalkan pendengaran (auditori) dalam proses belajar di kelas, lebih sering Bunga menyimak/mendengar penjelasan guru lalu mencatatnya ketimbang menulis ulang apa yang ditulis di papan tulis. Wajarlah prestasi belajar Bunga jadi menurun. Dan Karena nilai Pra-UAN ku kurang bagus, waktu itu rada down juga. Tapi dengan di-support oleh mama, Bunga berusaha bangkit lagi. Setiap harinya bisa ber jam-jam Bunga berkutat dengan latihan-latihan soal di rumah. Hingga tibalah masa-masa UAS dan UAN lengkap dengan Ujian Prakteknya. alhamdulillah bisa melewati itu semua dengan nilai lumayan dan murni hasil otak sendiri. Setelah pengumuman kelulusan, saatnya berjuang menghadapi SPMB.

Dalam rangka mengoptimalkan kemampuan belajar sebelum SPMB, mama menyiapkan alokasi dana untuk bunga mengikuti Bimbel. Waktu itu Bunga pilih Primagama (Tahun 2003 masih di Broni), tidak seperti kebanyakan teman-teman SMA yang lainnya. Alasannya sederhana, ingin ganti suasana, ingin belajar dengan saingan-saingan baru, bukan yang itu itu melulu. Serta kelihatannya Mentor-mentor primagama cukup bersahabat dan tidak mengabaikan aspek religi dalam mencapai kesuksesan. Di Primagama Bunga pilih kelas IPC, karena memang niat SPMB mengambil IPC, agar kesempatan lulusnya lebih besar. Ternyata hasil belajar dan kesiapan Bunga lumayan juga. Untuk Try Out IPS, seringnya Bunga juara 1 untuk grade hasil try outnya. Untuk IPA, masih kalah dengan anak Xaverius, jadi harus puas di posisi ke-2 atau pun ke-3. Pastinya Bunga sungguh-sungguh dengan Bimbel ini, tak mau harapan dan pengorbanan mama tersia-siakan.

Lumayan kondusif proses belajar di Primagama. Sewaktu mengikuti kelas IPS pun, ketemu mentor-mentor hebat yang wawasannya luas, tentang sejarah, candi, dan lain-lainnya. Tak melulu melahap soal-soal, tapi kebanyakan dari mereka juga bercerita, memotivasi, dan menyemangati. Sepertinya juga menyiapkan mental para siswa-siswa di sana. Selain itu sering konseling seputar SPMB juga. Mereka selalu punya waktu. Oh iya, Bunga punya strategi tersendiri juga terkait SPMB. Bunga mengamati karakter beberapa teman, sepertinya cenderung ikut-ikutan dan belum punya pilihan sendiri yang mantap. Jadi ketika mereka bertanya Bunga nanti bakalan milih jurusan apa di SPMB, Bunga tidak menjawab pilihan yang sebenarnya. Bunga ingat ketika itu, kalau ditanya mau pilih apa, Bunga Jawab Farmasi Unpad, Fisika UPI, dan Sastra Jepang Unpad. Sebenarnya itu buat ngejaga kalo-kalo ada temen yang ikut-ikutan aja. Ternyata beneran ada yang milih jurusan Farmasi Unpad ketika SPMB. Nah, semua orang heran, kenapa Bunga malah lulusnya di Statistika Unpad. Sama sekali tidak terpikirkan oleh mereka pilihan itu. Hehehe, namanya juga strategi. Bunga dalam beberapa kali try out, mengukur grade Bunga, jika ingin kuliah di Bandung, itu bisa melewati passing grade di Statistika Unpad dan Teknik Geofisika ITB. Tapi karena harus menjaga level aman, akhirnya Bunga memilih: Statistika Unpad sebagai pilihan pertama, Fisika UPI sebagai pilihan ke-2, dan Teknologi Pendidikan UPI sebagai pilihan ke-3.

Tibalah detik-detik Pengumuman SPMB, deg-degan juga. Bunga udah coba menghitung sendiri kalkulasi poin hasil ujian SPMB, sedikit ragu dengan jawaban-jawaban soal Bahasa Inggris, lalu konsultasi ke Tante Ami, teman mama yang dosen Pendidikan Bahasa Inggris Unja. Tapi kata beliau, jawaban Bunga banyak betul kok. Sebaliknya, Bunga yakin banget dengan soal-soal matematika dasar (matdas), kalo gak salah, hanya 1 soal matdas yang tidak Bunga jawab. Yang lainnya, dijawab dengan penuh keyakinan dan percaya diri. Di Hari Pengumuman SPMB 2003, malemnya Bunga ke warnet, check Nama peserta dan nomor Ujian, dan....subhanallah, lulus di pilihan pertama: Statistika Unpad. Inilah yang dinamakan meraih kesuksesan karena mengukur kemampuan diri sendiri dengan tepat, serta mempertebal spiritualitas untuk bisa bangkit kembali setelah kejatuhan (merosotnya prestasi belajar). Readers Tentunya punya pengalaman yang juga berkesan tentang kesuksesan, ditulis aja & dipublikasikan. Siapa tahu bisa menginspirasi.


(To be Continued)

3 comments: