Monday, May 3, 2010

Mengolah Sampah jadi Semen...

(Bahan Bakunya Abu Pembakaran Sampah)


Tidak selamanya sampah itu jadi masalah. Di tangan orang-orang kreatif dan cerdas, sampah bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai tinggi. Kabarnya di Jepang, kata Dedy Eka Priyanto, mahasiswa Tokyo National College of Technology, sudah ada orang yang mampu mengubah sampah jadi produk semen yang kemudian dinamakan dengan ekosemen. Mau tahu caranya???


EKOSEMEN

Pada tahun 1992, beberapa peneliti Jepang telah meneliti abu hasil pembakaran sampah, dan endapan air kotor. Hasilnya diketahui bahwa abu hasil pembakaran sampah itu ternyata mengandung unsur yang sama dengan bahan dasar semen pada umumnya. Sehingga pada tahun 1998, setelah melalui proses uji kelayakan, akhirnya pabrik ekosemen pertama di dunia yang mengubah sampah jadi semen didirikan di kota Chiba. Pabrik tersebut mampu menghasilkan ekosemen sebanyak 110.000 ton per tahunnya. Sedangkan sampah yang diubah menjadi abu yang kemudian diolah menjadi semen mencapai 62.000 ton per tahun. Sementara, endapan air kotor dan residu pembakaran sebanyak 28.000 ton per tahun. Hingga saat ini sudah dua pabrik di Jepang yang memproduksi ekosemen.



PEMBUATAN EKOSEMEN

Karena sudah diketahui bahwa abu sampah dan endapan air kotor ini mengandung senyawa-senyawa oksida seperti CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3, abu ini bisa berfungsi sebagai pengganti clay yang digunakan pada pembuatan semen biasa.

Namun, karena CaO yang terkandung pada abu hasil pembakaran sampah dinilai masih belum mencukupi, sehingga limestone (batu kapur) sebagai sumber CaO masih tetap dibutuhkan sekitar 52 persen dari keseluruhan. Sedangkan pada semen biasa, limestone yang dibutuhkan mencapai 78 persen dari keseluruhan.

Proses selanjutnya adalah abu hasil pembakaran sampah (39 persen), limestone (52 persen), endapan air kotor (8 persen) dan bahan lainnya dimasukkan ke dalam rotary klin untuk kemudian dibakar. Untuk mencegah terbentuknya dioksin, pada proses pembakaran di rotary klin, dilakukan pada suhu 1400 derajat celcius lebih. Di mana pada suhu tersebut dioksin terurai secara aman.

Setelah itu, gas hasil pembakaran pada rotary klin didinginkan secara cepat untuk mencegah proses pembentukan dioksin ulang. Sehingga hasil gas buangnya tidak berbahaya bagi manusia. Apabila pada hasil pembakaran masih mengandung senyawa logam, maka sebaiknya dipisahkan, untuk kemudian dapat dipergunakan untuk kebutuhan lain. Demikianlah hasil akhir dari proses ekosemen.


KUALITAS EKOSEMEN

Berdasarkan hasil pengujian JSA (Japan Standard Association), ekosemen memiliki kualitas yang sama baiknya dengan semen biasa. Sehingga saat ini ekosemen sudah banyak digunakan dalam pembuatan jembatan, jalan, rumah, dan bangunan lainnya di Jepang.




PELUANG DI INDONESIA

Indonesia belum bisa lepas dari masalah sampah. Meskipun sudah banyak upaya yang dilakukan, termasuk dengan mengubahnya menjadi sumber energi seperti metan, namun karena kurang prospek dari segi ekonomi, akhirnya dalam perkembangannya masih jalan di tempat.

Pengolahan sampah menjadi semen, tentu menjadi peluang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia. Sebab di jakarta saja sampah yang dihasilkan oleh warganya mencapai 6000 ton lebih per hari. Apalagi pembuatan ekosemen hampir sama dengan pembuatan semen biasa, sehingga mungkin saja bisa dilakukan kerja sama antara pemprov dengan industri semen. Apabila kerjasama ini bisa dilakukan, maka aka jadi kerjasama yang menguntungkan baik pihak pemprov maupun pihak industri. Dari pihak pemerintah penanganan masalah sampah lebih dapat diatasi dengan cara yang tidak menimbulkan masalah. Sedangkan bagi pihak industri, pembuatan ekosemen ini dapat mengurangi penggunaan limestone yang cukup signifikan (26 persen), sehingga biaya produksinya jauh lebih murah.



Sumber: Majalah Pelajar

No comments:

Post a Comment