Wednesday, December 2, 2009

Pengorbanan Seorang Ibu.....

(Dalam Rangka Menyambut Hari Ibu)


Terkisah di suatu desa ada seorang ibu yg sudah tua hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Anak satu-satunya suka mencuri, berjudi, mengadu ayam, dan banyak lagi yg membuat si ibu sering bersedih dan menangis.

Begitupun ibu tua itu selalu berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lebih banyak lagi. Aku sudah tua dan aku ingin menyaksikan dia bertobat, sebelum aku mati."

Perbuatan jahatnya sangat keterlaluan dan sudah sangat sering ia keluar masuk bui karena kejahatan yang dilakukannya. Suatu hari ia kembali mencuri di sebuah rumah penduduk desa. Malang nasibnya akhirnya ia tertangkap oleh penduduk yg kebetulan lewat. Kemudian ia dibawa ke hadapan raja utk diadili sesuai dengan kebiasaan di kerajaan tersebut.

Setelah ditimbang berdasarkan sudah seringnya ia mencuri, maka tanpa ampun lagi si anak tersebut dijatuhi hukuman pancung dan akan dilakukan esok harinya tepat pada saat lonceng jam kota berdentang menandakan pukul enam pagi. Berita hukuman itu sampai juga ke telinga si ibu. Dia menangis, meratapi anak yang dikasihinya.

Sembari berlutut ia berdoa kepada Tuhan. "Tuhan, ampunilah anak hamba. Biarlah hamba-Mu yang sudah tua renta ini yang menanggung dosa dan kesalahannya." Lalu dengan tertatih-tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan, tapi keputusan sudah bulat, si anak tetap harus menjalani hukuman. Dengan hati hancur si Ibu kembali ke rumah.

Tidak berhenti dia menangis dan berdoa, akhirnya tertidur dan bermimpi bertemu dengan Tuhan.

Keesokan harinya, di tempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong-bondong untuk menyaksikan hukuman pancung tersebut. Sang algojo sudah siap dengan pancungnya, dan si anak tadi sudah pasrah menantikan saat ajal menjemputnya. Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, tanpa terasa dia menangis dan menyesali perbuatannya.

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai waktu yang ditentukan, lonceng jam di menara kota belum juga berdentang. Suasana mulai berisik. Sudah lima menit lewat dari waktunya. Akhirnya datang petugas yang membunyikan lonceng. Dia juga mengaku heran, karena sudah sedari tadi dia menarik lonceng tapi, suara dentangnya tidak ada.

Ketika mereka sedang terheran-heran, tiba-tiba dari tali yang dipegangnya mengalir darah. Ternyata darah segar tersebut datang dari atas, berasal dari tempat dimana lonceng diikat.

Dengan jantung berdebar-debar, seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah itu.

Tahukah apa yang terjadi? Ternyata di dalam lonceng besar itu ditemukan tubuh si ibu tua dengan kepala berlumuran darah. Dia memeluk bandul di dalam lonceng yg mengakibatkan lonceng tidak berbunyi, sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur ke dinding lonceng.

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan. Dia menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya.

Rupanya, malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng tersebut serta memeluk besi di dalam lonceng agar lonceng itu tidak berbunyi, untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

Demikianlah, sangat jelas kasih sayang seorang ibu untuk anaknya, betapa pun jahatnya si anak. Marilah kita mengasihi orang tua kita masing-masing, selagi kita masih mampu karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini...


Dikutip dari buku: Kisah-kisah Mengharukan tentang Ibu

No comments:

Post a Comment