Saturday, August 8, 2009

Cegah Kepikunan dengan Vitamin B...

Studi mutakhir menunjukkan, kekurangan vitamin B dapat menyebabkan melemahnya daya kognitif dan pelbagai kelainan fisik. Ini bisa menyebabkan kepikunan (demensia), baik alzheimer maupun vaskular. Jika kekurangan itu juga meliputi niasin dan tiamin, dampaknya akan meluas sampai ke jantung.

Jangan kira kemampuan memori otak tak berhubungan dengan kualitas pembuluh darah. Sesuatu yang menghubungkan keduanya adalah homosistein, asam amino yang diatur oleh asam folat dalam sel darah merah. Dalam keadaan normal, homosistein diubah ke dalam asam amino yg lain utk digunakan tubuh. Itulah sebabnya, kandungan homosistein dalam tubuhselalu terbatas. Jika kadarnya bertambah, bahaya. Homosistein dikenal sebagai faktor resiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Dalam banyak studi kedokteran ditemukan, meningkatnya konsentrasi homosistein menghasilkan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah) dan berujung pada stroke.

Karena homosistein mempunyai efek pada pembuluh darah yang menyokong terjadinya penyakit jantung dan stroke, ia juga meningkatkan resiko demensia (pikun) vaskular. Ini sejalan dengan temuan baru dunia kedokteran, kekurangan vitamin B dan tingginya konsentrasi homosistein juga mendorong penurunan daya kognitif melalui silent brain infract (kerusakan otak yang tersembunyi).

Analisis berdasarkan studi Framingham memperlihatkan, jika tingkat homosistein lebih dari 14, maka risiko demensia alzheimer menjadi dua kali lipat. Pemeriksaan homosistein dapat dilakukan dengan tes darah tanpa perlu puasa. Kadar homosistein orang sehat kurang dari 10 mikro-mol/liter. Kadar di atas dianggap tinggi dan harus diturunkan.

Penelitian pada pasien usia lanjut yang relatif sehat dengan status plasma vitamin B12 rendah dan melemahnya kognitif, pemberian suplemen kobaltamin (vitamin B12) terbukti menurunkan plasma homosistein. Ketika dilakukan tes verbal learning dan verbal fluency pun hasilnya membaik. Berdasarkan tanda elektrografik juga tampak, fungsi otak membaik.

Penelitian itu membuktikan, intervensi dini lebih disukai sebelum gejala terlihat jelas. Vitamin bermanfaat pada saat gejala belum terlihat. Jika terlambat, vitamin tak bisa memperbaiki kerusakan.

Konsentrasi homosistein bisa meningkat jika tubuh kekurangan asam folat, vitamin B6, dan vitamin B12. Asam folat biasa terdapat pada sereal, kacang-kacangan, kacang panjang, asparagus, bayam, dan biji-bijian lain. Selain mengkonsumsi vitamin dalam kemasan, disarankan juga untuk mengkonsumsi banyak buah-buahan, dan sayuran, terutama sayuran berwarna hijau.


Sumber: Intisari Mind Body & Soul

No comments:

Post a Comment