Di salah satu update-an status fb teman, ybs menulis kurang lebih seperti ini: "Terkadang kemurahan hati merupakan bentuk ambisi terselubung". Saya jadi teringat beberapa bulan lalu, eh, mungkin hampir setahun yang lalu, saya pernah ngobrol dengan seorang teman tentang efek bersedekah. Saya mengutip kata-kata ust.Yusuf Mansur bahwa sedekah dapat melipat gandakan harta, bahwa sedekah itu ajaib. Saya kembali ceritakan bahwa saya mulai menerapkan prinsip sedekah ini sejak masa-masa kuliah S1, sedekah pada siapa pun, orang susah atau orang berduit, saya gak pilih-pilih kalo insting memberi itu lagi kuat, saya sedekahkan sebagian rejeki saya tanpa banyak pertimbangan. Dan alhamdulillah hingga saat ini, saya belum pernah merasakan kekurangan rezeki secara signifikan. Mengalami masa-masa sulit pasti pernah, tapi paling hanya sehari-dua hari, selanjutnya rezeki kembali mengalir lancar. Meskipun pas-pasan, tapi entah karena efek sedekah atau apa, saya selalu merasa pas butuh pas ada.
Nah, kembali ke status fb teman tadi, dia menyebut 'kemurahan hati', identik dengan sedekah. Entah ada kaitannya dengan ceramah UYM atau tidak, Mungkin maksudnya si teman ini 'sedikit menyindir' orang yang murah hati/dermawan/suka bersedekah, bahwa orang-orang yang murah hati cenderung memiliki ambisi terselubung yakni ingin dilipat gandakan hartanya. Hm, saya sih gak nyalahin statusnya itu, cuma pengen ngelurusin aja, harusnya kata-katanya 'kemurahan hati memiliki motivasi tersendiri' itu baru benar. 'Ambisi terselubung' koq rada berlebihan ya menurut saya.
Dalam bersedekah, sebenarnya kita sedang bertransaksi dengan Allah, terkoneksi dengan Allah. Mungkin ada orang yang sedang membutuhkan, lalu dia meminta kepada Allah, kebetulan kita yang dipilih Allah untuk titipan rejekinya. Jadi kalo kita tahan rejeki itu, bayangkan betapa kecewanya Allah dengan sikap kita. Di masa depan Allah akan mencari orang lain untuk dititipi rejeki dan bukan kita. Beda kalo kita murah hati, Allah akan semakin percaya untuk menitipkan banyak rejeki lewat tangan kita. Allah yakin, ketika kita yang diberi kelancaran rejeki, akan membantu distribusi rejeki pada orang-orang di sekitar kita. Jadi semakin berlipat-lipatlah rejeki kita.
Jadi sah sah saja kita bersedekah dengan motivasi agar Allah melipat gandakan rejeki. Itu bukan ambisi kalo menurut saya. Sangat boleh kita mengharapkan rejeki kepada Allah. Daripada kita berambisi melipat gandakan rejeki lewat meja judi online misalnya, atau mengharap pelipat gandaan rejeki lewat riba, mana yang lebih baik? Sebagaimana janji Allah, bahwa Allah mengharamkan riba dan menyuburkan shodaqoh. riba semakin ditanam semakin merugikan praktisinya, rejeki itu akan keluar misalkan melalui sakit yang penyembuhannya butuh biaya mahal, ketidak tenangan hati karena makan uang hasil riba, dan lain sebagainya. Sedangkan shodaqoh, Allah janjikan akan tumbuh subur, semakin di tanam, akan semakin rimbun. Dan sedekah juga dapat menghapus dosa dan memanjangkan umur, itu diketahui dengan membaca riwayat para sahabat rasulullah di masa lalu yang gemar bersedekah, sedekahnya gak tanggung-tanggung pula, kadang sedekah kebun kurma, kadang sedekah onta, dan lain sebagainya. Subhanallah.
Wallahu a'lam bish showwab....
No comments:
Post a Comment