Thursday, October 21, 2010

Melestarikan Nilai-nilai Ramadhan...

(Oleh Drs. H. Ahmad Yani, Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah (LPPD) Khairu Ummah Jakarta)

Setelah Ramadhan berlalu, bukan berarti berlalu pula suasana ketaqwaan kepada ALLAH SWT. Justru ada tugas berat bagi kita untuk membuktikan keberhasilan ibadah Ramadhan itu dengan peningkatan ketaqwaan kepada ALLAH SWT. Karenanya bulan sesudah Ramadhan adalah Syawal yang artinya peningkatan. Di sinilah letak pentingnya melestarikan nilai-nilai ibadah Ramadhan.


Sekurang-kurangnya, ada lima nilai ibadah Ramadhan yang harus kita lestarikan, paling tidak hingga Ramadhan tahun yang akan datang. Pertama, tidak gampang berbuat dosa.

Ibadah Ramadhan yang kita kerjakan dengan sebaik-baiknya membuat kita mendapat jaminan ampunan dari dosa-dosa yang kita lakukan selama ini. Karena itu semestinya setelah melewati ibadah Ramadhan, kita tidak gampang lagi melakukan perbuatan yang bernilai dosa, apalagi secara harfiyah Ramadhan artinya membakar, yakni membakar dosa. Jika dosa itu kita ibaratkan seperti pohon, maka bila sudah dibakar, pohon itu tidak mudah tumbuh lagi, bahkan bisa jadi mati, sehingga dosa-dosa itu tidak mau kita lakukan lagi.


Dengan demikian, jangan sampai dosa yang kita tinggalkan pada bulan Ramadhan hanya sekadar ditahan-tahan untuk selanjutnya dilakukan lagi setelah Ramadhan berakhir dengan kualitas dan kuantitas yang lebih besar.


Kalau demikian jadinya, ibarat pohon, hal itu bukan dibakar, tapi hanya ditebang cabang-cabangnya sehingga satu cabang ditebang tumbuh lagi tiga, empat, bahkan lima cabang dalam beberapa waktu kemudian. Dalam kaitan dosa, sebagai seorang muslim jangan sampai kita termasuk orang yang bangga dengan dosa, apalagi kalau mati dalam keadaan bangga terhadap dosa yang dilakukan. Bila ini yang terjadi, maka sangat besar risiko yang akan kita hadapi di hadapan ALLAH SWT, sebagaimana firmanNya: "Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka bisa masuk ke dalam surga, hingga unta masuk ke dalam lubang jarum. Demikianlah Kami Memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan." (QS. Al A'raf, 7:40)


Kedua, nilai ibadah Ramadhan yang harus kita lestarikan adalah hati-hati dalam bersikap dan bertindak. Selama beribadah Ramadhan, kita cenderung berhati-hati dalam melakukan sesuatu, hal itu karena kita tidak ingin ibadah Ramadhan kita menjadi sia-sia dengan sebab kekeliruan yang kita lakukan. Secara harfiyah, Ramadhan juga berarti mengasah, yakni mengasah ketajaman hati agar dengan mudah bisa membelah atau membedakan yang haq dengan yang bathil. Ketajaman hati itulah yang akan membuat seseorang menjadi sangat berhati-hati dalam bersikap dan bertingkah laku. Sikap seperti ini merupakan sikap yang sangat penting sehingga dalam hidupnya, seorang muslim tidak asal melakukan sesuatu, apalagi sekadar mendapat nikmat secara duniawi.


Kehati-hatian dalam hidup ini menjadi amat penting mengingat apapun yang kita lakukan akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan ALLAH SWT, karenanya apa yang hendak kita lakukan harus kita pahami secara baik dan dipertimbangkan secara matang, sehingga tidak sekadar ikut-ikutan dalam melakukannya, ALLAH SWT Berfirman: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al Isra, 17:36)


Nilai ibadah Ramadhan ketiga yang harus kita lestarikan dalam kehidupan setelah Ramadhan adalah bersikap jujur. Ketika kita berpuasa Ramadhan, kejujuran mewarnai kehidupan kita sehingga kita tidak berani makan dan minum meskipun tidak ada orang yang mengetahuinya. Hal ini karena kita yakin ALLAH SWT Yang Memerintahkan kita berpuasa selalu Mengawasi diri kita dan kita tidak mau membohongi ALLAH SWT dan tidak mau membohongi diri sendiri karena hal itu memang tidak mungkin, inilah kejujuran yang sesungguhnya. Karena itu, setelah berpuasa sebulan Ramadhan semestinya kita mampu menjadi orang-orang yang selalu berlaku jujur, baik jujur dalam perkataan, jujur dalam berinteraksi dengan orang, jujur dalam berjanji, dan segala bentuk kejujuran lainnya.


Dalam kehidupan masyarakat dan bangsa kita sekarang ini, kejujuran merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Banyak kasus di negeri kita yang tidak cepat selesai. Bahkan tidak selesai-selesai karena tidak ada kejujuran, orang yang bersalah sulit untuk dinyatakan bersalah karena belum bisa dibuktikan kesalahannya dan mencari pembuktian memerlukan waktu yang panjang, padahal kalau yang bersalah itu mengaku saja secara jujur bahwa dia bersalah, tentu dengan cepat persoalan bisa selesai. Sementara orang yang secara jujur mengaku tidak bersalah tidak perlu lagi diselidiki apakah dia melakukan kesalahan atau tidak. Tapi karena kejujuran itu tidak ada, yang terjadi kemudian adalah saling curiga-mencurigai bahkan saling menuduh yang membuat persoalan semakin rumit. Ibadah puasa telah mendidik kita untuk berlaku jujur dan kepada hati nurani kita yang sehat dan tajam, bila kejujuran ini tidak mewarnai kehidupan kita di bulan-bulan setelah Ramadhan, maka tarbiyah (pendidikan) dari ibadah Ramadhan kita menemukan kegagalan, meskipun secara hukum puasanya tetap sah.


Keempat, yang merupakan nilai ibadah Ramadhan yang harus kita lestarikan adalah memiliki semangat berjamaah. Kebersamaan kita dalam proses pengendalian diri membuat syaithan merasa kesulitan dalam menggoda manusia sehingga syaithan terbelenggu pada bulan Ramadhan. Hal ini diperkuat lagi dengan semangat yang tinggi bagi kita dalam menunaikan sholat lima waktu secara berjamaah sehingga di bulan Ramadhan inilah mungkin sholat berjamaah yang paling banyak kita laksanakan,bahkan melaksanakannya juga di masjid atau musholla. Selain itu, ibadah Ramadhan yang membuat kita dapat merasakan lapar dan haus, telah memberikan pelajaran kepada kita untuk memiliki solidaritas sosial kepada mereka yang menderita dan mengalami berbagai macam kesulitan.


Nilai ibadah Ramadhan kelima yang harus kita lakukan setelah Ramadhan berakhir adalah melakukan pengendalian diri. Kemampuan kita mengendalikan diri dari hal-hal yang tidak benar menurut ALLAH dan Rasul-Nya merupakan sesuatu yang amat penting dan mendesak. JIka tidak demikian, maka kehidupan ini akan berlangsung seperti tanpa aturan, tak ada lagi halal dan haram, tak ada lagi yang haq dan yang bathil, bahkan tak ada lagi pantas dan tidak pantas atau sopan dan tidak.


Karena itu, harus kita sadari bahwa Ramadhan adalah bulan pendidikan dan latihan, keberhasilan ibadah Ramadhan justru tidak hanya terletak pada amaliyah Ramadhan yang kita kerjakan denga baik, tapi juga sangat penting adalah bagaimana menunjukkan adanya peningkatan ketaqwaan yang dimulai dari bulan Syawal hingga Ramadhan tahun yang akan datang. Wallahu a'lam bish showwab...


Sumber: Majalah Al-Intima'

No comments:

Post a Comment