Soal org pintar, bisa jadi Indonesia gudangnya. Bikin software (perangkat lunak) bagus, mereka juga jagonya. Namun, yang berhasil meraih kepercayaan pelanggan,sedikit jumlahnya. Fadil dengan Zahir Accounting-nya, ada di yang sedikit itu.
Sbg pengusaha, Fadil Fuad Basymeleh tak bisa tidak, kerap memerlukan pengambilan keputusan bisnis dan keuangan yang cepat. Masalahnya, keputusan bisnis tentu tak bisa asal cepat. Fadil harus sewaktu-waktu melihat posisi atau laporan keuangan perusahaannya beserta hasil analisisnya.
Sayangnya, selama ini, laporan dan analisis semacam itu masih memerlukan waktu yang lama. Instingnya sbg pengusaha justru membuka mata Fadil. Fadil melihat sebuah peluang bisnis: inilah yang ia dan pengusaha lain butuhkan, yaitu sebuah program komputer untuk membantu pengusaha sepertinya mengambil keputusan.
Di sisi lain, saat itu, Fadil pun sebenarnya sedang dirundung masalah. Perusahaan advertising (periklanan) yg dirintisnya sejak masa kuliah, terkena krisis. Ia terancam tak bisa bayar utang. Namun krisis justru spt membuka pintu lain buatnya. "Terus saya berpikir utk bikin bisnis lain. Utk jaga2 kalau bisnis yg ini gagal, saya bisa bayar. Apa yg bisa dibikin. Yg saya mampu itu bikin program komputer," kata pria kelahiran Surabaya 6 November 1971 ini.
ITB mengajarkan akuntansi? Tentu tidak. Sadar hanya berbekal keahlian otak-atik program komputer, alumnus Teknik Fisika ITB ini pun mengharuskan diri belajar akuntansi. Buku-buku akuntansi ia buru. Teman-temannya yang akuntan ia jadikan tempat konsultasi. Tak segan ia bertanya pada karyawannya sendiri. Seiring waktu, banyak pula teman2 yg bekerja sbg akuntan publik membantu mengoreksi program akuntansi buatannya.
Program telah selesai -yg kemudian diberi nama Zahir Accounting- dan kian sempurna, tapi masih ada satu masalah: bagaimana cara memasarkannya? "Sulit sekali ternyata di Indonesia kita bikin produk yg dijual massal, yg org bisa beli di toko. Itu repot sekali," kata Fadil.
Masalahnya, menurut Fadil, ada pada kurangnya kepercayaan konsumen Indonesia sendiri pada produk-produk bikinan dalam negeri. Harap maklum, utk urusan teknologi, terutama, bangsa yg telah lama terjajah ini memang cenderung merasa inferior atau merasa lebih rendah ketimbang bangsa lain. Kita lebih merasa mantap memakai produk bikinan asing yg blm tentu baik, ketimbang produk dalam negeri yg sebetulnya berkualitas sama atau sebetulnya lebih bagus.
Maka langkah pemasaran yg hrs ditempuh pertama kali adalah membangun kepercayaan itu. Bapak dari lima anak, Inas (14), Rania (11), Yumna (9), Ahmad (5), dan Umar (7 bulan) ini memberi jaminan tak tanggung-tanggung, yakni bahwa sekian tahun ke depan perusahaannya masih ada untuk memberi servis pada pelanggan.
Zahir juga fokus pada satu produk. "Banyak di Indonesia itu software2 house bikin produk mereka enggak fokus di satu produk. Akibatnya, bisnisnya cepat mati. Karena resikonya lebih tinggi, org mau beli takut. Banyak yg sudah beli gagal. Karena dia sudah beli, ternyata perusahaannya tutup, nggak bisa support. Nah itu, trauma2 spt itu efeknya ke kita. Merka takut mau beli software kita. Kalo software luar negeri kan perusahaan besar, aman," terang Fadil.
Dari sini Fadil melihat, ternyata yg konsumen beli bukan teknologi, melainkan rasa aman. "Rasa aman ini yg kita hrs bangun lama sekali," terang Direktur Utama PT. Zahir Internasional (Zahir Accounting) ini.
Konsumen Fadil dibuat kesengsem melalui garansi yg sungguh2. Bahkan, ia beri pelanggan nomor telepon pribadi shg si pelanggan bisa langsung menghubunginya kapan pun selama 24 jam. Konsumen bahkan boleh meminta uangnya kembali jika sotware bikinannya gagal.
Sejak saat itu, usaha software-nya mulai berkembang. Produknya kian dikenal terutama melalui promosi mulut ke mulut dari pelanggan yg sudah membuktikan kelebihan produknya. Tentu, itu memerlukan waktu. "Membangun kepercayaan itu lama. Jadi modalnya, yah, sabar aja sebenarnya," imbuh suami Rosyidah Atsigah ini.
Untuk memuaskan konsumen, ia membangun tim support yg cukup banyak meski cara-cara penggunaan software-nya telah selalu disertakan dalam paket pembelian.
Utk keperluan pelayanan ini pula, ia m'gunakan software utk customer support yg memudahkannya melihat secara rinci data dan keluhan pelanggan, termasuk kapan jadwal menelepon konsumennya.
Fadil pun yg semula sendirian memasarkan produknya, kemudian merekrut 2 org utk menangani marketing support. Kini perusahaannya yg memiliki cabang di Jakarta & Surabaya ini memekerjakan 75 karyawan. Agennya banyak, Fadil sampai tak tahu jumlah pastinya. Dan seperti prinsip usaha yg diyakininya, produk utama tetap satu, yakni fokus pada Zahir Accounting.
Utk m'jaring konsumen, Fadil terus berinovasi. Ia menawarkan sistem sewa yg harganya jauh lebih terjangkau. Sistemnya mirip dengan sistem voucher isi ulang kartu telepon seluler. "Misalnya, saya mau input untuk Januari 2009, itu saya beli untuk Januari. Saya nggak bisa input bulan April. Yang saya input bulan Januarinya. Nanti setelah habis, saya nggak bisa input lagi, harus beli voucher lagi," kata Fadil mencontohkan.
Fadil mengharapkan, konsumen yg sudah puas dengan sistem ini kemudian akan membeli software-nya. Peraih Enterprise 50 dari majalah SWA tahun 2006 ini mengibaratkan, "Silakan kamu sewa dulu deh. Sampai kamu yakin, baru beli. Nggak beli pun nggak apa2, selamanya sewa."
No comments:
Post a Comment