Tuesday, March 17, 2009

Tazkiyatun Nafs (4)

MENSUCIKAN JIWA (PART 4)
(SA’ID HAWA)

DZIKIR

Al-Ghazali Rahimahullah berkata:
Ketahuilah bahwa orang-orang yang memandang dengan cahaya bashirah mengetahui bahwa tidak ada keselamatan kecuali dengan pertemuan dengan Allah ta’ala, dan tidak ada jalan untuk bertemu Allah SWT kecuali dengan kematian hamba dalam keadaan mencintai dan mengenal Allah SWT. Sesungguhnya cinta dan keakraban tidak akan tercapai kecuali dengan selalu mengingat yang dicintai. Sesungguhnya pengenalan kepada-Nya tidak akan tercapai kecuali dengan senantiasa berpikir tentang berbagai penciptaan, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya. Di alam wujud ini yang ada hanyalah Allah dan perbuatan-perbuatan-Nya. Sementara itu, tidak akan bisa senantiasa dzikir dan pikir kecuali dengan berpisah dari dunia berikut syahwat-syahwatnya dan mencukupkan diri dengannya sesuai keperluan. Tetapi itu semua tidak akan tercapai kecuali dengan mengoptimalkan waktu-waktu malam dan siang dalam tugas-tugas dzikir dan pikir.

Barangsiapa yang ingin masuk surga tanpa hisab maka hendaklah ia mengoptimalkan waktunya untuk keta’atan, dan barangsiapa ingin daun timbangan kebaikan dan kebajikannya lebih berat maka hendaklah ia menggunakan sebagian besar waktunya untuk keta’atan. Jika ia mencampur aduk amal sholeh dengan amal keburukan maka ia berada dalam bahaya, tetapi harapan tidak pernah terputus dan ampunan dari kedermawanan Allah senantiasa dinantikan: semoga Allah berkenan mengampuninya dengan kedermawanan-Nya.

Allah Berfirman kepada hamba-Nya yang paling dekat dan paling tinggi derajatnya di sisi-Nya:

”Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (al-Muzzammil: 7-8)

”Dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam.” (Qaaf: 39-40)

”Dan bertasbihlah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.” (Thaha: 130)

Sa’id Hawwa berkata: Orang yang menghendaki akhirat harus membuat program rutin untuk dirinya berupa bacaan istighfar, tahlil, sholawat atas Rasulullah S’AW dan dzikir-dzikir ma’tsur lainnya, sebagaimana ia harus membiasakan lisannya untuk dzikir terus menerus seperti tasbih, istighfar, tahlil, takbir, atau hauqalah (laa haula walaa quwwata "dan amalan-amalan lainnya. Kesucian dan ketinggian jiwanya akan sangat ditentukan oleh sejauh mana ia telah melaksanakan sarana-sarana tazkiyah, baik ia merasakannya ataupun tidak.


TAFAKKUR

Allah SWT Berfirman:
”Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah?” (al-A’raf:185)

”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.” (Ali Imran: 190-191)

Dari nash kedua kita mengetahui bahwa kesempurnaan akal tidak akan tercapai kecuali dengan bertemunya dzikir dan pikir manusia.


MENGINGAT KEMATIAN DAN PENDEK ANGAN-ANGAN

Sesungguhnya di antara hal yang membuat jiwa melantur dan mendorongnya kepada berbagai pertarungan yang merugikan dan syahwat yang tercela adalah panjang angan-angan dan lupa akan kematian. Oleh karenanya, di antara hal yang dapat mengobati jiwa adalah mengingat kematian yang notabene merupakan konsekuensi dari kesadaran akan keniscayaan keputusan Ilahi, an pendek angan-angan yang merupakan dampak dari mengingat kematian.

Sesungguhnya pendek angan-angan dan mengingat kematian dapat memindahkan manusia dari tingkatan kedua ke tingkatan pertama.

Rasulullah S’AW bersabda:
”Orang yang cerdas ialah orang yang mengendalikan dirinya dan bekerja untuk kehidupan setelah kematian.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ia meng-hasan-kannya)

No comments:

Post a Comment