Sunday, October 23, 2011

Husnuzhan Billah

Sulit mendefinisikan husnuzhan billah secara pasti. Beberapa ulama hanya menyebutkan maksudnya secara parsial. Ibnul Qoyyim menyebutkan, "husnuzhan billah huwa husnul 'amal", prasangka baik kepada Allah adalah amal yang baik." Yang lain menyebutkan, al fa'lu atau optimisme merupakan bagian dari husnuzhan billah. Secara umum husnuzhan billah adalah berprasangka dan berharap kebaikan dari Allah berupa pertolongan, ampunan dengan keyakinan yang utuh,

Ada kemiripan antara husnuzhan billah (berprasangka baik kepada Allah), ats-tsiqah billah (yakin kepada Allah) dan roja' (harapan), meski pada hakikatnya berbeda. Untuk membedakannya, barangkali beberapa contoh berikut dapat sedikit memberi gambaran.

Seseorang yang diuji dengan penyakit, dan tetap ridha serta berharap kebaikan kepada Allah, perasaan itu adalah contoh dari husnuzhan billah. Adapun yang telah mengikat kendaraannya, lalu berserah diri kepada Allah mengenai apa yang bakal terjadi pada kendaraannya, itulah salah satu contoh tawakal. Sedang yang berhijrah dari tempat tinggalnya yang penuh kemaksiatan meskipun di sana hidupnya sukses, dia yakin Allah pasti memberi ganti yang lebih baik, itulah contoh ats-tsiqah billah. Yang terakhir ar-roja' atau harapan, bukan lain adalah bersit harapan dalam hati dalam makna umum, yang juga terdapat dalam ketiga hal di atas. Wallahu a'lam.

Namun begitu, ketiga hal di atas memiliki keterkaitan satu sama lain, bahkan sangat erat. Imam Ibnul Qoyyim al jauziyah menjelaskan, husnuzhan billah dan ats-tsiqah billah sebenarnya adalah unsur yang juga menyusun tawakal. Ketawakalan seseorang tidak akan sempurna jika tidak memiliki prasangka yang baik dan keyakinan hati pada Allah. Khusus untuk husnuzhan billah, beliau bahkan menyebutkan, sejauh mana rasa husnuzhanmu kepada Allah, sejauh itu pula rasa tawakalmu kepada-Nya. (Terjemah Madarijus Salikin, 194).


Ciri-ciri Husnuzhan Billah

1. Quwatul Qalbi, kekuatan hati berupa keteguhan dan kemantapan dalam berharap kepada Allah. Orang yang berprasangka baik kepada Allah memiliki kemantapan hati karena ia memahami, di samping dahsyatnya siksa yang dijanjikan-Nya, rahmat Allah sangatlah luas.

2. Fushatur roja'indaz zillah, atau luasnya harapan ketika yang dituju tak dapat diraih. Manakala hasil akhir yang ditemui tak seperti yang diharapkan berikut usaha yang telah dikeluarkan, prasangka baik kepada Allah akan tetap membasahi hatinya dengan asa. Rasulullah S'AW bersabda: "sesungguhnya Allah itu Maha Malu dan Maha Murah, Allah malu jika ada seorang hamba yang mengangkat tangan memohon pada-Nya, lalu tangan itu kembali tanpa membawa apa-apa." (HR. at Tirmidzi)

3. Nafyul iyash ma'a husnil inabah. Nihilnya rasa putus asa diiringi kepasrahan dengan mengembalikan semuanya kepada Allah. Sudut hatinya akan mencoba mengail pelajaran, "Lain kali, usaha harus lebih baik lagi" atau "Barang kali Allah menghendaki hasil lain yang lebih baik."


Satu ciri penting yang lain:

Husnuzhan billah huwa husnul 'amal, prasangka yang baik tidak lain adalah usaha yang baik itu sendiri. Manakala seseorang mengharap ampunan dan rahmat-Nya, dia juga harus berusaha melakukan berbagai hal yang balasannya adalah ampunan dan rahmat dari Allah.


Sumber: Ar-Risalah

No comments:

Post a Comment