Sunday, February 14, 2010

Mengembangkan Kecerdasan Ketahan-malangan (Adversity Intelligence)...

Tulisan ini dikutip dari buku 'Mengapa Ibu adalah Bintang' yang disusun oleh Neno Warisman. Dari judulnya,,,,bisa disimpulkan kalo tulisan ini ditujukan buat kaum wanita,,,baik yang sudah menjadi ibu maupun calon ibu.

Tidak ada orang besar di dunia ini yang tidak mendapatkan pendidikan langsung dari Tuhan, tentang kehilangan, kesedihan, cobaan, ujian, dan sebagainya, dan apalagi para nabi. Tidak ada satu nabi pun yang tidak diusir, dimusuhi, dianiaya, ditindas, difitnah, dicoba bunuh, dan seterusnya. Oleh karena itu, penting bagi kita supaya punya daya tahan, agar kita menang dalam menghadapi persaingan dan menang dalam menyiasati kehidupan.

Ada sebuah kisah yang sangat menarik. Kisah Ibunda Asma dan anaknya, Abdullah.

Suatu saat, seluruh pasukan yang dipimpin melakukan desersi. Abdullah langsung pulang menghadap ibunya.

"Kenapa kamu ke sini?" tanya Bunda Asma.

"Maaf bunda, aku ke sini hanya untuk bertanya, apa pendapat Ibu tentang pasukanku yang sedang desersi dan jika kulanjutkan, mereka akan mengoyakkan badan dan kepalaku di hadapanmu, ibu!?"

Dengan senyum tenang, Bunda Asma menjawab, "Kembalilah kamu pada pasukanmu, sesungguhnya tak ada yang dapat diperbuat orang hidup pada yang mati, tak akan dirasakan lagi," jawab Ibu Asma yang amat tegar dan gagah hatinya." tidak lama kemudian, Abdullah syahid di medan perang dengan tubuh bersimbah darah, koyak moyak dan ibundanya bersujud syukur pada ALLAH memiliki anak yang gugur sebagai pejuang di jalan ALLAH.





Kemudian, ada cerita seorang sahabiah lainnya, seorang janda bernama Khansa. Ia memiliki empat orang anak lelaki yang gagah-gagah. Khansa telah mendidik anaknya sejak kecil agar jangan takut menghadapi peperangan. Kemudian putera2nya itu telah diserahkan untuk berjuang demi kemenangan dan kepentingan Islam.

Pada tahun 14 Hijriyah, Khalifah Umar bin Khattab menyediakan satu pasukan tempur untuk menentang Persia. Khansa mengerahkan keempat puteranya agar ikut mengangkat senjata dalam perang suci itu. Khansa sendiri juga ikut ke medan perang dalam kumpulan pasukan wanita yang bertugas merawat dan menaikkan semangat pejuang tentara Islam.

"Wahai anak-anakku, singsingkanlah lengan baju dan berangkatlah, majulah paling depan, niscaya kalian akan mendapatkan pahala di akhirat, Negeri keabadian. Wahai anakku, sesungguhnya tiada Tuhan selain ALLAH dan bahwa Muhammad itu Rasul ALLAH. Inilah kebenaran sejati, maka untuk itu berperanglah dan demi itu pula bertempurlah sampai mati. Wahai anakku, carilah maut niscaya dianugerahi hidup."

Pemuda-pemuda itu pun keluar menuju medan perang. Mereka berjuang mati-matian dan mengalahkan banyak musuh, sampai akhirnya mereka pun gugur, keempat-empatnya.

Seusai perang, ramailah tentara Islam datang menemui Khansa memberitahukan bahwa keempat anaknya telah menemui syahid. Khansa menerima berita itu dengan tenang, gembira, dan hati tidak bergoncang. Ia terus memuji ALLAH dengan ucapan: "Segala puji bagi ALLAH, Yang telah Memuliakanku dengan kesyahidan mereka, dan aku mengharapkan dari Tuhanku, agar Dia mengumpulkan aku dengan mereka di tempat tinggal yang kekal dengan rahmat-Nya."

Dari peristiwa peperangan itu pula wanita ini mendapat gelaran kehormatan Ummu Syuhada (Ibu orang-orang syahid). Subhanallah, sungguh sangat tangguh hati Khansa. Sungguh tinggi daya tahan-malangnya.





Daya tahan malang yang dimaksud di sini juga bermakna, cerdas dalam menjadikan musibah atau kekurangan menjadi peluang.

Seringkali kita melihat kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita. Suatu musibah yang kemudian menjadi berkah. Manusia dianugerahi kemampuan untuk mengubah/membalik kemalangan menjadi tantangan peluang.

Kemampuan untuk tahan secara berulang-ulang menerima dan mengatasi berbagai kesedihan, kekecewaan, kerugian, ketidakberuntungan, dan sebagainya dengan sikap tenang, tangguh, akan memberikan pada kita jiwa besar yang tidak terbayar.

Pertanyaannya sekarang, apa yang akan kita lakukan jika mengalami musibah kehilangan, kematian, bangkrut, di-PHK, dimadu, mendapat suami berakhlak tidak terpuji, anak kena narkoba, anak mencandu seks, suami terlibat korupsi, mengalami kebanjiran, harta benda habis, kebakaran, dan sebagainya? apa yang akan kita lakukan? Apakah dengan menangis saja sepanjang hari? atau mengucilkan diri, jera, kapok, tidak mau lagi bersosialisasi? Atau meminta pertolongan pada orang lain yang berkompeten untuk menyelesaikan masalah? Berapa orangkah dari kita yang akan melakukan hal ini, merinci semua kesulitan dengan tenang dan menyelesaikan dari yang paling mudah sambil memohon terus pertolongan ALLAH, adakah kita akan melakukan tindakan seperti ini??? semoga saja... :)




No comments:

Post a Comment