Perkara yang akan paling banyak menghalangi seorang hamba meraih derajat yang tinggi di surga adalah tindakan menyia-nyiakan waktu, atau menggunakannya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Sebab, membuang waktu itu membuat kita tidak sempat mengerjakan amal-amal sholeh yang dapat meninggikan derajat di surga. Renungkanlah!
Banyak pekerjaan yang tergolong sebagai menyia-nyiakan waktu. Dan umumnya, termasuk perbuatan maksiat kepada ALLAH. Misalnya, bersenda gurau sambil mengolok-olok orang lain, duduk menonton film-film minim manfaat di depan televisi, berlama-lama menyaksikan saluran televisi dari satu acara ke acara yang lain, dan melihat gambar-gambar bernuansa negatif di majalah. Ingat: setiap perbuatan dan pandangan mata, kelak akan dimintai pertanggung jawaban.
Biasanya, orang-orang yang senang menyia-nyiakan waktunya itu, bila kita nasehati untuk berlomba-lomba dalam beramal sholeh dan meninggikan derajat mereka di dalam syurga, mereka akan berkata, "Kami masih berharap semoga ALLAH memasukkan kami ke surga, meskipun hanya di pintunya saja, atau di surga paling rendah."
Tampak bahwa semangat mereka untuk meraih derajat tertinggi surga sangat rendah dan tidak sebanding dengan semangat mereka dalam meraih kesenangan dunia yang fana. Padahal, Rasulullah S'AW memerintahkan umatnya agar berlomba-lomba meraih derajat tertinggi di surga, bukan berlomba-lomba meraih kehormatan dunia yang pasti akan binasa. Rasulullah S'AW bersabda, "Jika kalian berdo'a kepada ALLAH, mintalah surga firdaus, karena ia merupakan surga yang paling luas dan paling tinggi, yang di atasnya adalah Arsy Ar-Rahman serta darinya memancar sungai-sungai surga." (HR. Ahmad)
Derajat orang yang beramal tidak sama dengan orang yang tidak beramal. Demikian halnya, tidak sama pula derajat orang yang menghabiskan waktunya dalam ketaatan kepada ALLAH dengan orang yang menghabiskan waktunya untuk urusan-urusan remeh, apalagi untuk bermaksiat kepada ALLAH. Maka, apakah kita akan mencari derajat tanpa beramal sholeh? Dengarkanlah firman ALLAH berikut ini:
"Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang sholeh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka. Amat buruklah apa yang mereka sangka itu." (QS. Al-Jatsiyah: 21)
Muhammad bin An-Nadhar berkata, "Tidak ada seorang pun yang beramal di dunia ini kecuali tersedia baginya (para malaikat yang senantiasa berdo'a memohonkan kenaikan derajat baginya di akhirat. Jika dia berhenti, maka mereka pun berhenti. Sehingga, ketika mereka ditanya, "Mengapa kamu tidak bekerja?" Mereka menjawab, "Karena sahabat juga telah berhenti berbuat." (HR. Baihaqi)
Ibnul Qayyim al-Jauziyah berkata, "Orang yang selalu memelihara waktunya untuk beramal sholeh, ia akan terus naik menuju derajat kesempurnaan. Dan jika suatu saat ia menghambur-hamburkan waktu, sama sekali ia tidak akan tetap berada pada tempatnya yang tinggi, tetapi ia akan turun menuju tingkatan yang lebih rendah. Jika tidak naik, ia akan turun. Ini sebuah kepastian. Dan seorang hamba akan terus berjalan dan tidak akan pernah berhenti, dia pasti akan naik ke atas, atau turun ke bawah, atau mundur ke belakang.
Tak ada istilah berhenti bagi manusia dalam kehidupan ini. Demikian halnya dalam syariat; tak ada yang mengalami kemandegan sama sekali. Kehidupan ini tidak lain merupakan fase-fase yang ditempuh untuk menuju syurga, atau neraka. Tentu saja, dalam menjalani fase tersebut ada yang cepat dan ada yang lambat, ada yang maju atau mundur di tengah perjalanan. Semuanya bergerak; tidak ada yang berhenti sama sekali. Yang ada hanyalah perbedaan dalam cara berjalan, dalam kecepatan dan kelambanan.
"Sesungguhnya Saqar itu adalah salah satu bencana yang amat besar, sebagai ancaman bagi manusia. (Yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur." (QS. Al Muddatstsir: 35-37)
ALLAH tidak menyebut kata berhenti, karena tidak ada tempat yang ada di antara surga dan neraka. Tidak ada jalan bagi yang menempuh perjalanan selain dunia dan akhirat. Barangsiapa tidak maju dengan amal sholeh, maka dia akan mundur dengan amal yang buruk. (Tabdzib Madaarijus Saalikin, Ibnul Qayyim al-Jauziyah, hal 155)
Taken From: Buku Amalan-amalan untuk Meraih Tingkatan Tinggi Surga
No comments:
Post a Comment