Buku berjudul Life of Pi berkisah tentang seorang anak lelaki enam belas tahun yang terbuang di atas sebuah perahu penyelamat. Satu-satunya teman Pi dalam perahu itu adalah seekor harimau Bengal yang beratnya 250 kg! Pi mendapati dirinya berada di atas kain terpal dengan si harimau berada di balik terpal itu. Mereka terombang-ambing di lautan selama berbulan-bulan.
Pi harus menjalin hubungan dengan si harimau. Dia tahu, si harimau bisa dengan mudah membunuhnya. Sementara sebaliknya, dia tidak bisa membunuh si harimau. Dia juga tidak tahu, dia tidak bisa mengendalikan atau menjinakkan harimau itu. Padahal, mereka di atas perahu, berdua terapung di lautan!
Meskipun Pi sangat kelaparan, dia tak sanggup mengalahkan dan membunuh harimau itu untuk memakannya. Bahkan, satu-satunya cara agar dia bisa bertahan hidup adalah dengan memberi makan si harimau. Pi menemukan cara untuk menangkap ikan dan membaginya dengan teman berkaki empatnya. Ketika dia menemukan cara untuk memurnikan air laut, dia pun membagi air itu dengan si harimau.
Mereka hidup dalam hubungan saling ketergantungan yang rentan dan menakutkan selama berbulan-bulan seiring perahu mereka mengapung tak tentu arah dan mengarungi lautan. Begitu sekoci itu terdampar di daratan, si harimau segera lari ke hutan.
Dan Pi menangis.
Tahu kenapa?
Cerita tentang Pi adalah cerita tentang kita semua. Kita semua memiliki harimau di bawah terpal, harimau yang menurut kita bisa merusak kita. Kita mengira kita ingin menyingkirkan harimau itu. Namun sesungguhnya, kita akan merasakan kehilangan yang luar biasa jika mereka meninggalkan kita, karena bagaimana pun, mereka adalah bagian dari diri kita.
(Ulasan Daniel Gottlieb mengenai Buku 'Life of Pi')
No comments:
Post a Comment