SOSOK PEJUANG TAUHID: SAYYID QUTHB
Mesir, 13 April 1966, pukul 12 siang: Seorang Hakim Ketua di sebuah pengadilan di Mesir mengajukan pertanyaan kepada terdakwa: "Saudara Sayyid Quthb: saya dengar saudara mempunyai pandangan tersendiri tentang sistem pemerintahan yang ada sekarang. Anda katakan ini adalah sistem pemerintahan yang sia-sia? Saudara mengatakan bahwa sistem pemerintahan sekarang ini adalah sistem pemrintahan jahiliyyah? Betul? Sayyid Quthb baru menjawab sedikit: "Yang saya maksud dengan jahiliyyah...", hakim ketua pengadilan pengikut diktator Gamal Abdul Naser itu sudah memotong: "Tidak usah dilanjutkan...Semua anggota Dewan Revolusi berpendapat bahwa menurut saudara kini masyarakat seakan merupakan orang-orang mukmin yang berada dalam pemerintahan jahiliyyah...Mereka tidak terikat oleh suatu negara, tidak pula oleh kesatuan masyarakat, serta tidak oleh satu sistem pemerintahan apa pun. Mereka kini berada dalam suasana perang melawan negara dan penguasa. Kesimpulannya, saudara menempatkan sikap Anda sebagai seorang 'agresor'.
Demikianlah harian Al-Ahram Mesir menceritakan sekelumit proses persidangan yang penuh kezaliman dari rezim Gamal Abdul Naser atas seorang ulama tauhid sekaligus asy-syahid (InsyaALLAH) yang namanya tidak akan pernah dilupakan oleh seluruh umat Islam, Sayyid Quthb.
Eksekusi hukuman mati terhadap Sayyid Quthb didahului dengan tuduhan makar terhadap beliau oleh Gamal Abdul Naser tahun 1965. Saat itu, Abdul Nasser berada di Moskow dan mengumumkan dari sana bahwa ada upaya pembunuhan terhadap dirinya dan penggulingan pemerintahannya oleh ikhwanul muslimin di bawah pimpinan Sayyid Quthb. Akhirnya Sayyid Quthb ditahan tanggal 9 Agustus 1965. Selanjutnya diadakan penyelidikan thd Sayyid Quthb di penjara perang tanggal 19 Desember 1965 selama tiga hari dan akhirnya menjatuhkan hukuman mati atas Sayyid Quthb tanggal 21 Agustus 1966.
Hukuman mati terhadap Sayyid Quthb merupakan tragedi menyakitkan bagi kaum muslimin, mengguncang dunia Arab dan Islam, mengobarkan kemarahan ulama, da'i, dan masyarakat Islam. Kaum muslimin mengecam keras kejahatan keji ini, melakukan sholat ghaib di penjuru Timur dan Barat. Surat kabar Islam menampilkan edisi khusus tentang Asy-Syahid (InsyaALLAH) Sayyid Quthb dan rekan-rekannya. Pada hari Senin tanggal 29 Agustus 1966, sebelum terbit fajar, Sayyid Quthb menghadap Ilahi Robbi, dieksekusi di tiang gantungan rezim Gamal Abdul Nasser. Konsekuensi ini diterima beliau karena keteguhan tauhid dan keberanian beliau dalam menyampaikan al-Haq. Sayyid Quthb pernah berkata: "Jari telunjuk yang setiap hari memberi kesaksian tauhid kepada ALLAH saat sholat menolak menulis satu kata pengakuan untuk penguasa tiran. Jika saya dipenjara karena kebenaran, saya rela dengan hukum kebenaran. Jika saya dipenjara dengan kebatilan, pantang bagi saya minta belas kasihan kebatilan.
DARI BALIK JERUJI PENJARA LAHIRLAH FI ZHILALIL QUR'AN
Para tiran, penguasa-penguasa zhalim negeri Mesir mengira dengan memenjarakan dan membunuh Sayyid Quthb berarti berhasil menumpas Islam. Mereka salah, dan ALLAH SWT tidak mengizinkan hal itu. Terbukti, dari balik jeruji penjara lahirlah karya2 Sayyid Quthb, termasuk yang paling monumental, sebuah tafsir, Fi Zhilalil Qur'an.
Tafsir Fi Zhilalil Qur'an mjd bukti bahwa walau fisik Sayyid Quthb dikerangkeng, namun pikirannya menerobos keluar tembok2 penjara dan menembus langit utk tetap menyampaikan risalah Illahi. Tafsir Fi Zhilalil Qur'an dan Ma'alim fit Thariq terbukti mampu menggugah ribuan pemuda utk bangkit melawan kejahiliyyahan dan menegakkan Islam. Siapa menyangka, justru dari balik jeruji penjaralah beliau menyelesaikan karyanya yang paling berpengaruh, Fi Zhilalil Qur'an. Karya2 Sayyid Quthb semakin berkibar di penjuru dunia, di mana sebagian besar buku-bukunya dicetak dua puluh lima lebih penerbit, dan diterjemahkan ke berbagai bahasa, hingga masyarakat dunia mengenal Asy-Syahid Sayyid Quthb.
No comments:
Post a Comment