Sunday, December 5, 2010
Artikel buat para Suami: 'Ungkapan Sederhana untuk Istri Tercinta'
Oleh Ust. M. Fauzil Adzim
Bila malam telah beranjak mendapati subuh, bangunlah sejenak. Lihatlah istri Anda yang sedang terbaring letih menemani bayi anda. Tataplah wajahnya yang masih dipenuhi gurat-gurat kepenatan karena seharian badannya tak menemukan kesempatan untuk beristirahat barang sekejap. Kalau saja tak ada air wudhu yang membasahi wajah itu setiap hari, barangkali sisa-sisa kecantikannya sudah tak ada lagi.
Sesudahnya, bayangkanlah tentang esok hari. Di saat anda sudah bisa merasakan betapa segar udara pagi, tubuh istri anda barangkali belum benar-benar menemukan kesegarannya. Sementara anak-anak sebentar lagi akan meminta perhatian bundanya, membisingkan telinganya dengan tangis serta membasahi pakaiannya dengan pipis tak habis-habis. Baru berganti pakaian, sudah dibasahi pipis lagi. Padahal tangan istri anda pula yang harus mencucinya.
Di saat seperti itu, apakah yang anda pikirkan tentang dia? Masihkah anda memimpikan tentang seseorang yang senantiasa berbicara lembut kepada anak-anaknya seperti kisah dari negeri dongeng sementara di saat yang sama anda menuntut dia menjadi istri yang penuh perhatian, santun dalam berbicara, lulus dalam memilih setiap kata, serta tulus dalam menjalani tugasnya sebagai istri, termasuk dalam menjalani apa yang sesungguhnya bukan kewajiban istri tetapi dianggap sebagai kewajibannya.
Sekali lagi, masihkah anda sampai hati mendambakan tentang seorang perempuan yang sempurna, yang selalu berlaku halus lembut? Tentu saja saya tidak tengah mengajak anda membiarkan istri anda membentak anak-anak dengan mata membelalak. Tidak. Saya hanya ingin mengajak anda untuk melihat bahwa tatkala tubuhnya amat letih, sementara suami tidak pernah menyapa jiwanya, maka amat wajar jika ia tak sabar. Begitu pula manakala matanya amat mengantuk dan tak kunjung mendapat kesempatan untuk tidur sejenak, ketegangan emosinya akan menanjak. Di saat itulah jarinya yang lentik bisa tiba-tiba membuat anak menjerit karena cubitannya yang bikin sakit.
Apa artinya? Benar, seorang istri sholihah memang tak boleh bermanja-manja secara kekanak-kanakan, apalagi sampai cengeng. Tapi istri sholihah tetaplah manusia yang membutuhkan penerimaan. Ia juga butuh diakui, meski tak pernah meminta kepada anda.
Sementara gejolak-gejolak jiwa memenuhi dada, butuh telinga yang mau mendengar. Kalau kegelisahan jiwanya tak pernah menemukan muaranya berupa kesediaan untuk mendengar, atau ia tak pernah anda akui keberadaannya, maka jangan pernah menyalahkan siapa-siapa kecuali dirimu sendiri jika ia tiba-tiba meledak.
Jangankan istri anda yang suaminya tidak terlalu istimewa, istri nabi pun pernah mengalami situasi-situasi yang penuh ledakan, meski yang membuatnya meledak-ledak bukan karena Nabi S'AW tidak mau mendengarkan, melainkan semata karena dibakar api kecemburuan. Ketika itu, Nabi S'AW hanya diam menghadapi 'Aisyah yang sedang cemburu seraya memintanya untuk mengganti mangkok yang dipecahkan. Ketika menginginkan ibu anak-anak anda selalu lembut dalam mengasuh, bukan hanya nasehat yang perlu anda berikan. Ada kehangatan yang perlu anda berikan agar hatinya tidak dingin, apalagi beku, dalam menghadapi anak-anak setiap hari. Ada penerimaan yang perlu kita tunjukkan agar anak-anak itu tetap menemukan bundanya sebagai tempat untuk memperoleh kedamaian, cinta, dan kasih sayang.
Ada ketulusan yang harus anda usapkan kepada perasaan dan pikirannya, agar ia masih tetap memiliki energi untuk tersenyum kepada anak-anak anda, sepenat apa pun ia. Ada lagi yang lain: PENGAKUAN. Meski ia tak pernah menuntut, tetapi mestikah anda menunggu sampai mukanya berkerut-kerut?
Karenanya, anda kembali ke bagian awal tulisan ini. Ketika perjalanan waktu melewati tengah malam, pandanglah istri anda yang terbaring letih itu, lalu pikirkanlah sejenak, tak adakah yang bisa anda lakukan sekedar mengucapkan terima kasih atau menyatakan sayang, bisa dengan kata-kata yang berbunga-bunga, bisa tanpa kata.
Dan sungguh, lihatlah betapa banyak cara untuk menyatakannya. TUbuh yang letih itu, alangkah bersemangatnya jika di saat bangun nanti, ada secangkir minuman hangat yang diseduh dengan dua sendok teh gula dan satu cangkir cinta. Sampaikan padanya ketika matanya telah terbuka, "Ada secangkir minuman hangat untuk istriku. Perlukah aku antarkan untukmu?"
Sulit melakukan ini? Ada cara lain yang bisa anda lakukan. Mungkin sekedar membantunya menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anak, mungkin juga dengan tindakan-tindakan lain, asal tak salah niat kita. Kalau anda terlibat dengan pekerjaan di dapur, memandikan anak, atau menyuapi si mungil sebelum mengantarkannya ke TK, itu bukan karena gender-friendly, tetapi semata karena mencari ridha ALLAH, sebab selain niat ikhlas karena ALLAH, tak ada artinya apa yang anda lakukan.
Anda tidak akan mendapati amal-amal anda saat berjumpa dengan ALLAH di yaumil-qiyamah. Alaakullihal, apa yang ingin anda lakukan, terserah anda. Yang jelas, ada pengakuan untuknya, baik lewat ucapan terima kasih atau tindakan yang menunjukkan bahwa dialah yang terkasih. Semoga dengan kerelaan anda untuk menyatakan terima kasih, tak ada airmata duka yang menetes, tak ada lagi istri yang berlari menelungkupkan wajah di atas bantal karena merasa tak didengar. Dan semoga pula dengan perhatian yang anda berikan padanya, kelak istri anda akan berkata tentang anda sebagaimana Bunda 'Aisyah r.'a. berucap tentang suaminya, Rasulullah S'AW, "Ah, semua perilakunya menakjubkan bagiku."
Sesudah anda puas memandangi istrimu yang terbaring letih, setelah engkau perhatikan gurat-gurat penat di wajahnya, maka biarkanlah ia sejenak untuk meneruskan istirahatnya. Hembusan udara dingin yang mungkin bisa mengusik tidurnya, tahanlah dengan sehelai selimut untuknya.
Hamparkanlah ke tubuh istri anda dengan kasih sayang dan cinta yang tak lekang oleh perubahan. Semoga anda termasuk laki-laki yang mulia, sebab tidak memuliakan wanita kecuali lelalki yang mulia. Sesudahnya, kembalilah ke munajat dan tafakurmu. Marilah kita ingat kembali ketika Rasulullah S'AW berpesan tentang istri, "Wahai manusia, sesungguhnya istri kalian mempunyai hak atas kalian sebagaimana kalian mempunyai hak atas mereka."
"Ketahuilah, kalian mengambil wanita itu sebagai amanah dari ALLAH, dan kalian halalkan kehormatan mereka dengan ikatan ALLAH. Takutlah kepada ALLAH dalam mengurusi istri kalian. Aku wasiatkan atas kalian untuk selalu berbuat baik," kata Rasulullah S'AW melanjutkan.
Anda telah mengambil istri anda sebagai amanah dari ALLAH. Kelak anda harus melaporkan kepada ALLAH Ta'ala bagaimana anda menunaikan amanah dari-Nya. Apakah anda mengabaikannya sehingga guratan-guratan dengan cepat menggerogoti wajahnya, jauh awal dari usia yang sebenarnya? Ataukah, anda sempat tercatat selalu berbuat baik untuk istri? Semoga anda memberi ungkapan yang lebih agung untuk istri anda.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment