Anak adalah investasi orangtua dunia dan akhirat. Kenali kesalahan-kesalahan orangtua dalam mendidik anak yang berakibat anak tidak shalih.
LIMA KESALAHAN
KH. Abdullah Nasih Ulwan, dalam bukunya 'Pendidikan Anak dalam Islam', mengingatkan bahwa generasi Islam akan rusak bila dalam pendidikan orangtuanya melakukan beberapa hal di bawah ini:
1. Sekolah Asing. Kesalahan pertama orangtua adalah menyerahkan anaknya kepada sekolah-sekolah asing, atau sekolah-sekolah missionaris. Tidak syak lagi anak-anak akan tumbuh besar atas dasar-dasar kesesatan. Akhirnya melekat dalam hatinya kebencian terhadap Islam, melakukan permusuhan terhadap agamanya.
2. Jahat. Kesalahan berikut adalah menyerahkan pimpinan anaknya kepada guru-guru mulhid, dan pendidik-pendidik yang jahat, menyematkan prinsip-prinsip kufur dan sesat dalam jiwanya. Akhirnya, anak-anak besar dalam pendidikan ilhad dan petunjuk yang sangat membahayakan, serta akan menjauhkan mereka dari Islam.
3. Bacaan. Kesalahan lain adalah membiarkan anaknya membaca buku apa saja karya orang mulhid dan matrealistis. Ia membiarkan anaknya membaca bacaan yang menikam agamanya sendiri, agitasi yang dilakukan oleh para missionaris dan penjajah. Akibatnya, anak menjadi ragu-ragu terhadap aqidah dan agamanya. Tidak mustahil, kelak ia akan menjadi musuh yang menentang Islam.
4. Pergaulan. Membebaskan anak berbuat sesuka hati dan membiarkan dia bergaul dengan orang-orang yang sesat, dan percaya kepada segala nilai-nilai kesesatan, kesalahan ini sangat fatal. Akibatnya, anak akan mencaci segala nilai-nilai agama dan akhlak yang diajarkan Islam.
5. Kufur. Kesalahan orang tua pula membuka jala bagi anaknya memilih komunitas yang sesat dan kufur. Akibatnya, anak akan terdidik dengan kepercayaan-kepercayaan yang sesat dan kufur, pada akhirnya akan menjadi musuh yang hebat bagi Islam.
SEGEROBAK KESALAHAN
Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd dalam kitabnya At-Taqshir Fi Tarbiyatil Aulad, Al-Mazhahir Subulul Wiqayati wal Ilaj, mengemukakan beberapa kesalahan orangtua dalam mendidik anak.
Pertama,,,menumbuhkan rasa takut dan minder pada anak. Kadang, ketika anak menangis, kita menakut-nakuti mereka dengan gambaran hantu, jin, suara angin, dll. Dampaknya, anak akan tumbuh menjadi seorang penakut. Takut pada bayangannya sendiri, takut pada sesuatu yang sebenarnya tidak perlu ditakuti. Misalnya, menjadi takut ke kamar mandi sendiri dan takut tidur sendiri. Dan yang paling parah tanpa disadari, kita telah menanamkan rasa takut kepada dirinya sendiri. Misalnya, kita khawatir ketika mereka jatuh dan ada darah di wajah, tangan, atau lututnya. Padahal, semestinya kita bersikap tenang dan menampakkan senyuman menghadapi ketakutan anak tersebut.
Kedua, mendidiknya jadi sombong, panjang lidah, congkak, dan menganggapnya sebagai sikap pemberani. Kesalahan ini merupakan kebalikan kesalahan pertama. Padahal, berani tidak harus dengan bersikap sombong atau congkak. Sikap berani harus dibangun secara tepat, sehingga keberanian anak tidak meluruhkan rasa takut yang benar, misalnya takut berbohong karena ALLAH, atau takut berbohong karena ALLAH, atau takut pada binatang buas yang memang dapat membahayakan.
Ketiga, membiasakan anak bergaya hidup mewah. Kebiasaan ini membuat anak tumbuh menjadi generasi hedonis dan asosial. Anak semestinya diajari zuhud.
Keempat,,,,selalu memenuhi permintaan anak.
Kelima,,,terlalu keras dan kaku dalam mendidik anak.
Keenam, terlalu pelit terhadap anak.
Ketujuh,,,kurang mengasihi dan menyayangi.
Kedelapan, hanya memperhatikan kebutuhan jasmaninya. Banyak orang tua mengira, mereka telah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya dengan memenuhi hajat hidup dunianya. Sementara itu, anak merasa kehilangan orang tua dalam keseharian mereka. Bapak-ibu baru sadar ketika si anak memiliki orang tua tandingan, yakni televisi, pembantu, anak-anak jalanan, dan sebagainya.
Sumber: Majalah Alia Edisi Maret 2010
No comments:
Post a Comment