Monday, November 2, 2009
Kopi Organik,,,,Si Buruk Rupa yang Disuka...
Barang jelek, tetapi dihargai mahal. Itulah produk organik. Orang rela untuk membayar mahal untuk sayur mayur dan buah-buahan produk pertanian buruk rupa berembel-embel organik.
Produk buruk rupa itu bermutu emas karena ditumbuhkan secara alami tanpa menggunakan pestisida dan pupuk sintetis. Kesadaran masyarakat untuk hidup sehat secara alami, bebas zat kimia berbahaya adalah pemicu laris manisnya produk organik.
Butik resor sekaligus perkebunan kopi Losari hanya menanam kopi organik. Perkebunan kopi yang berlokasi di desa Losari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini memupuk pepohonannya dengan dedaunan dari pohon yang tumbuh menjulang melindungi tanaman kopi.
Kulit kopi yang dikupas oleh mesin khusus pun langsung dialirkan melalui pipa ke tempat tertentu, untuk diolah menjadi pupuk alami. Tanaman yang dikenal di tanah Jawa bernama orok-orok atau Ketrosia candida adalah sumber pupuk alami sekaligus pembasmi tanaman yang merugikan pohon kopi.
Menghadapi serangan hama kutu dompol, Suhadi, pengawas perkebunan kopi Losari, hanya menggunakan selang air untuk mengusirnya," kata pria yang sudah bergelut di dunia perkebunan kopi lebih dari 40 tahun ini.
Untuk mendapatkan label kopi organik, sebuah perkebunan diharuskan bebas pestisida selama 6 tahun. Dengan label organik, produksi biji kopi memang secara kuantitas tidak sebanyak nonorganik. Petani penghasil produk ini rugi karena sistem organik mengurangi 30 sampai 50 persen produksinya. Rasanya pun sedikit light. Mungkin seperti makan gula yang santannya encer. Pasti kurang nendang untuk peminum kopi sejati.
Namun, sekali mendapat label organik, harga sebungkus kopi bisa meroket jauh di atas harga kopi biasa. Seperti halnya sayuran buruk rupa berlabel organik di pasar swalayan papan atas.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment